Mesta

 palingseru.com

Tergerus sudah. Iya. Bumi ini sudah tidak layak huni sepertinya. Ada saja kelakuan dan tingkah polahnya mencari perhatian. Sementara pelaku pemberi perhatian yang dicari justru angkuh. Sibuk pada dunia lain. Tidak lagi mengindahkan.

"Bumi kecewa? Sakit hati? Sudah... lemparkan saja muntahmu yang membara itu. Biar tahu mereka dimana tuan sesungguhnya."

"Memang betul. Jika aku tidak diamanahkan titipan rejeki untuk mereka maka sudah tiada lagi sabar," sungut Bumi pilu.

"Apa maksudmu dengan amanah titipan rejeki untuk mereka? Aku di sini untuk menyanggamu. Melindungi dan menemani setiap perjalananmu. Aku sungguh tidak rela perlahan wajah hijaumu berubah merah bata atau kelabu. Aku pun tidak suka biru rupamu menjadi kelam kotor tercemar. Garis-garis itu menjadi keruh bersedimen. Tiang-tiang langitmu nyaris rata diciduk. Tidakkah semua hal tersebut menyakitkan? Dan kamu diam seribu bahasa."

"Untuk ikan maka dititipkan terumbu karang. Untuk tumbuhan maka dititipkan unsur hara. Untuk manusia maka dititipkan tumbuhan dan ikan. Sangat menyakitkan. Dari itu mendekatlah Bulan. Hibur aku," hela pasrah bumi sangat mengkhawatirkan.

Bulan sigap. Perlahan tapi pasti mendekat. Memperpendek jarak di antara keduanya. Semakin dekat. Biru rupa bumi mulai tidak stabil, perlahan meninggi. Ombak bergemuruh berlomba menyapu daratan. Bulan bergerak lebih dekat. Aktivitas seismik di Bulan meningkat. Bebatuan terombang ambing. Bergetar. Bulan berguncang. Namun tidak surut untuk terus mendekat.

Jarak Bulan ke Bumi mendekat beberapa senti. Wajah Bulan tampak besar di mata Bumi sekarang. Bahkan sinar pantulannya ikut serta menambah hangat Bumi. Kini, giliran Bumi panik. Atau justru bergembira hingga tercipta guncangan. Terutama guncangan terjadi di inti kedekatan Bulan dan Bumi. Biru rupa bumi semakin terbidik. Meninggi.

Tampaknya, biru rupa Bumi paling siap menyapa. Gagah tubuhnya makin kuat berdiri. Sekarang bukan lagi sama dengan daratan. Melainkan tinggi menjulang. Meminta pelukan. Sandaran untuk membuncahkan aliran tersucinya.

Kini, pencari perhatian mutlak mendapat perhatian. Kalang kabut pelaku pemberi perhatian. Suara panik. Kepala berita mengelu-elu namanya. Ribuan doa terpanjat. Kasih dan sayang terucap.

Walaupun demikian Bumi belum puas. Ternyata wajah Bulan lebih cantik dari dekat. Sinar pantulannya memesona. Akhirnya Bumi berharap agar Bulan selalu lebih dekat. Namun, isi Bumi menentang. Titipan rejeki itu akan sirna.

"Jadi kalian tahu dimana tuan sesungguhnya?" Senyum Bumi merekah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran