Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Bertambah Usiamu

Hari ini adalah hari istimewa untukmu. Dua puluh empat tahun yang lalu kamu dilahirkan dengan sambutan senyum terbaik yang orang tuamu miliki. Meskipun saat itu kamu membalas dengan jerit tangis yang memecah suasana panik, khawatir dan tegang dari seisi ruang persalinan. Sampai hari ini pun masih seperti itu. Senyum terbaik mereka selalu hanya untuk hari istimewamu. Walaupun ditambah nyanyian beribu doa dan nasehat, itupun juga demi kebaikanmu. Namun ada yang berbeda, ada lebih banyak senyum, ucapan dan doa yang ditujukan khusus untukmu kali ini. Iya, itu berasal dari kami, teman, sahabat dan orang yang menyayangimu. Kami tidak memiliki hubungan kerabat denganmu tetapi karena banyak waktu dihabiskan bersama, kedekatan dan keakraban mulai terjalin. Begitulah kita saling mengenal dan mengerti satu sama lain. Kemudian, berbahagialah di hari istimewamu. Inilah senyum, ucapan dan doa dari kami untukmu. Setahun bukanlah waktu yang singkat tetapi juga bukan waktu yang panjang

JOSH

Jika jomblo adalah title kekolotan Maka akulah si kolot itu Jika jomblo adalah penanda ketidak gaulan Maka akulah si cupu itu Jika menunggu adalah bentuk kepasrahan Maka aku bersiaga dalam keistiqamahan Jika kesepian adalah teman sepermainan Maka persahabatanku erat dengan kemandirian Hidup tidak akan berhenti karena title jomblo Hidup juga tidak akan habis karena sendirian Justru ini adalah puasa yang menanti berbuka Justru ini adalah ujian yang menanti kelulusan Justru ini adalah perlombaan yang menanti dimenangkan Dan justru ini adalah proses untuk mencapai tujuan JOSH

Ara

Sembilu belati menghantam bersama dengan tusukan air hujan di sekujur tubuhku. Air mata yang bercampur air hujan berlomba memasuki rongga mulut. Baru saja aku saksikan kemelut basa basi dunia yang fana ini. Dimana pada akhirnya yang tersisa adalah pernyataan betapa Tuhan teramat memercayai manusia. -------------------- Sore tadi, Ara dan ibunya pergi ke salah satu rumah di kompleks pertanian. Rumah itu dihuni oleh keluarga yang terbilang besar, ada nenek, ayah, ibu dan kelima anaknya yang masih usia sekolah. Ibu Ara berniat meminta uang sewa mobil yang berbulan-bulan belum juga dibayar kan oleh sang kepala keluarga pemilik rumah itu. Maklum, Ibu Ara adalah seorang janda, jadi Ara lah sebagai anak tertua yang mengantar ibunya menagih uang tersebut. Ara sudah yakin bahwa ini hanya sia-sia tapi karena rasa kasihnya kepada ibu, maka Ara dengan senang hati mengantarkan. Pucuk dicinta ulampun tiba2. Sesampainya di sana, seribu alasan yang intinya tidak ada uang untuk membayar sewa mobi

Tentang Waktu

Tahu apa yang paling sering kita lupakan selama ini? Waktu. Tanpa kita sadari sesungguhnya waktu mungkin menertawai kita. Bahkan Sang Pencipta sudah memberikan peringatan Nya melalui "Demi masa!" Berbicara tentang waktu berarti juga menceritakan tentang kamu. Memahami waktu berarti juga berusaha mengingatmu. Kemudian merelakan waktu berarti mencoba berdamai dengan kehilanganmu. Waktu itu pertama kali kita bertemu. Kemudian seiring berlalunya waktu, kebersamaan kita semakin dekat. Akhirnya, waktu kemarin adalah saat aku harus kehilanganmu. Aku tahu waktu sedang menertawaiku. Waktu juga sedang bermain dengan hidupku. Mungkin waktu yang hanya bisa menyadarkanku. Namun, aku belum mampu menghilangkan biasmu dari waktu. Setiap angka pada waktu selalu saja tentangmu. Setiap bunyi detik selalu saja tawamu. Aku berharap waktu pergi dan lenyap agar hilang kamu dari pikiran dan hidupku. Bahkan aku membuang semua waktu ke tempat sampah. Membiarkannya termakan belatung dan ber

Manusia Pinggiran

Kebahagiaanku sederhana Kereta lewat dengan cepat dan bising Aku sudah bahagia Tontonan dan hiburan Kebahagiaanku sederhana Lompat diantara bantalan rel Aku sudah bahagia Ceria dan penuh Canada tawa Kebahagiaanku sederhana Tidak didatangi petugas pemerintah Aku sudah bahagia Rumah dan hidup aman Kebahagiaanku sederhana Tanaman sayur mayurku utuh Aku sudah bahagia Perut kenyang dan uang tersimpan Aku si miskin dari pinggiran Hanya berharap Empat kesederhanaan ini selalu ada Sambil menunggu habis masaku

Opini Cetek

Jengah, mual, gumoh, melihat pemberitaan akhir-akhir ini. Tidak bermaksud menyindir siapapun. Saya hanya ingin sedikit menyeimbangkan panasnya dunia pemberitaan. Para penikmat media sosial pasti paling banyak menyolong kabar pemberitaan. Jika merasa apa yang diberitakan relevan atau sedikit relevan dengannya, sudah tentu menu share akan segera dipilih. Padahal, psikologis manusia secara alamiah berpikir berdasarkan apa yang ingin dipikirkan. Tentu, subjektivitas paling merdeka. Bahkan, semburat-semburat provokasi sudah tidak diindahkan. Selama pemberitaan yang dishare, dishare juga oleh orang lain. Ini yang disebut ikut-ikutan. Kadang, karena terlalu bersemangat ingin dianggap update, isi dari pemberitaan tidak ditangkap sempurna atau tidak banyak sumber pemberitaan yang dibacanya, hanya tertarik pada judul pemberitaan yang panas. Ini mengkhawatirkan, mengingat etika jurnalistik tidak genap diterapkan pada setiap pemberitaan. Kemudian penafsiran menjadi semakin bertolakbelakang.

Tolong Aku!

Gambar
https://indraibe.files.wordpress.com/2011/10/cermin-pecah.jpg Pukul 00.15 WIB. Aku tersentak bangun karena terjatuh dari tempat tidur. Sekujur tubuhku berkeringat. Nafasku tersengal. Aku baru saja bermimpi tetapi lupa mengenai apa. Sudah genap sebulan ini aku terbangun di tengah malam selalu pada jam dan kejadian yang sama. Awalnya aku anggap biasa tetapi saban hari masih terjadi dan makin menjadi. Akibat jatuh dari tempat tidur yang lumayan tinggi, siku dan lututku memar. Kini semakin nyeri dan lebam. Belum penuh kesadaranku, tiba-tiba jendela kamarku berbunyi keras. Suaranya seperti ada benda yang dilemparkan keras ke arah kaca jendela. Aku sontak melompat kaget. Apa itu? Tanyaku dalam hati. Seketika kesadaranku dipaksa mengumpul. Aku dekati jendela. Dalam sekejab banyak benda asing menumbuk kaca jendelaku, beramai-ramai. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena suasana di luar begitu gelap dan terlalu banyak benda membentur secara bersamaan. Bahkan kaca jendel

Aku Bangga Padamu

Terkagum melihatmu Menyibak getir rasa takutmu Tak juga hilang arahmu Melangkahkan tegar kakimu Padahal kau bersimbah darah Berpeluh luka sampai bernanah Jerami gulita turut melempar panah Mengoyak jiwa terhempas jengah Tapi pijakanmu tetap apik Seperti tak pernah ada litik Bahkan ditemani guyonan menggelitik Berpadu suara hujan rintik Setahun aku dibuat tertegun Lalu diam-diam jadi pengagum Kau tumbuh dengan anggun Poros duniapun telah terbangun Kemudian Aku tak bisa lagi merangkai kata Hingga ditemukan sebuah ungkapan Bahwa Aku bangga padamu

Asa

Aku tidak tahu bagaimana kau tercipta Aku juga belum mengerti bagaimana kita bertemu Tapi semenjak kita sering bersama Aku tahu senyum ini milikmu Asaku tak ingin berhenti Asaku terus saja mencari Tapi semenjak kau disisi Asaku lemah terkendali Kau itu candu Sakau aku bila kau tak ada Lumpuh asaku tanpamu Beku hati mutlak melanda

Sebuah Ikatan

Ikatan yang diawali dari sebuah janji suci untuk menjadi kesatuan dalam mahligai keluarga memang tidak mudah dibangun. Bagaikan membangun sebuah rumah, pernikahan juga harus memiliki bahan-bahan yang kokoh agar tidak mudah runtuh. Setiap bahannya harus dipilih dan dicermati dengan standar terbaik yang kita miliki. Beberapa waktu yang lalu, aku duduk di salah satu bangku bus antar kota. Ketika itu, seorang wanita sambil menggendong bayi yang usianya belum juga genap setahun, duduk di sampingku. Wanita dengan guratan keriput samar di tubuhnya yang nampak. Bus mulai berjalan meninggalkan bus lain di terminal. Aku mulai memperbaiki posisi duduk untuk bersiap memejamkan mata. Meskipun terpejam tetapi aku masih sadar dan mendengarkan bayi di sampingku menangis. Aku lihat wanita ini berusaha menidurkan bayinya kembali. Namun tangis si bayi justru bertambah keras. Dengan sigap, susu dalam botol dimasukan ke dalam mulut si bayi. Suasana mulai hening karena tangis bayi mereda. Perla

Kabar Dalam Kereta

Hari itu aku memutuskan untuk pulang sebentar ke rumah diakhir pekan. Rasanya sudah lama tidak pulang ke rumah. Aku sibuk mengurus pernak-pernik urusan praktek kerja lapang dan tugas akhirku. Bahkan aku harus membawa serta tugas-tugasku pulang ke rumah. Semoga bisa dikerjakan saat di rumah. Maklum sudah tingkat akhir dan aku bertarget tidak akan melebihi batas waktu study -ku. Maka, jadilah aku Bang Toyib  yang tidak pulang-pulang ke rumah. Padahal jarak kosan dan rumahku bisa ditempuh selama 3,5 jam perjalanan menggunakan kereta api commuterline . Aku juga sudah rindu dengan masakan Ibu. Biasanya, waktu terlama aku pulang hanya sebulan, jika lebih dari itu aku akan terpaksa harus pulang karena sakit. Aneh memang, tapi itu sepertinya bukti bahwa aku tidak bisa jauh dari keluargaku terutama Ibu dalam waktu yang lama. Namun, kali ini adalah rekor pertamaku, nyaris dua bulan aku tidak pulang. Walaupun, harus berusaha menguatkan diri dengan bayak meminum vitamin dan sekali harus di- k

Woman's Room

Berbicara tentang wanita pasti yang terlintas pertama kali adalah simbol cinta. Wanita yang identik dengan kasih sayang dan kelembutannya akan selalu dikaitkan dengan cinta, terutama cinta pertama. Ketertarikan tersendiri bagi saya, yang juga seorang wanita, untuk membicarakan cinta pertama dari seorang wanita. Cinta pertama. Seperti banyak diceritakan orang, bahwa cinta pertama adalah cinta paling tulus dan murni. Cinta pertama tidak mengharapkan pamrih dan mengalir begitu saja seperti darah dalam tubuh. Cinta pertama juga meninggalkan kesan paling mendalam yang akan sulit untuk dilupakan. Penggambaran cinta paling hakiki tentu saja cinta Tuhan kepada hambanya. Jika kamu juga wanita, siapakah cinta pertamamu? Semestinya bagi wanita, cinta pertamanya tentulah sang ayah. Ayah merupakan lelaki pertama yang mengajarkan bagaimana berperilaku kepada laki-laki sedarah (keluarga atau muhrim) dan yang bukan muhrim. Ayah juga yang mengajarkan bagaimana menjaga harga diri dan kehormatan seb

Hari Ini

Aku suka sensasi hujan di kulitku Karena saat itu kita bertemu Aku suka tumpukan sampah itu Dari itu aku tahu sifat aslimu Aku suka kemacetan ini Karena kesabaranmu tak tercurigai Aku suka bau busuk bangkai Dari itu kamu benar pandai Hingga hari ini Untuk pertama kalinya Aku suka melihatmu tertidur damai Karena ternyata kamu sesederhana itu Lalu aku tanpa sadar Menitipkan hatiku pada Hujan, tumpukan sampah, kemacetan dan bau busuk bangkai Untuk membuatmu tetap hidup ketika aku rindu

Aah... Bos!

Hari ini, baru saja aku melihat salah seorang teman bbm mengganti foto profilnya dengan gambar dan caption dari Bob Sadino. Mari kita ingat sedikit tentang tokoh inspiratif Bob Sadino yang sudah banyak membawa perubahan bagi dunia bisnis di negara ini. Kesehariannya yang sederhana dan kisah hidupnya yang menginspirasi dari pekerja rendahan menjadi seorang miliuner, memang tidak boleh dilupakan begitu saja. Dalam gambar tersebut terdapat Bob Sadino dengan captionnya yang berisi 'Setinggi apapun pangkat yang dimiliki, Anda tetap seorang pegawai.. Sekecil apapun usaha yang Anda punya, Anda adalah bosnya'. Langsung tepat menohok setelah melihatnya. Aku jadi teringat secarik kertas kecil yang terhimpit diantara buku-buku pada rak lemari itu.  Ketika itu, aku menulis keinginan untuk memiliki 1000 pegawai yang tersebar diseluruh pelosok negeri dan aku hanya akan sibuk berkeliling negeri ini untuk melihat pegawaiku hidup dengan sejahtera. Entah apa yang aku pikirkan saat itu.

Pertemuan Yang Aku Pertanyakan

Semoga hari pertama kelas kursusku menyenangkan. Aku berharap mendapat teman-teman yang baik, syukur kalau bisa menjadi seperti keluarga sendiri. Akhirnya dengan perdebatan panjang aku memutuskan untuk memilih kursus di tempat ini. Aku sendiri lupa bagaimana caranya aku bisa tahu tempat kursus ini. Mungkin sudah jalan dari Tuhan. Aku berjalan menyusuri jalan raya yang padat. Sudah biasa pada jam pulang kantor, jalan ini akan padat seperti ini. Aku harus mulai terbiasa dengan ini. Dengan mengendarai motor matik, aku sampai di tempat kursus. Masih lima belas menit sebelum kelas dimulai. Hanya ada seorang laki-laki paruh baya sedang duduk menghadap pintu. Sedang menuliskan sesuatu dan sesekali melihat ke arah jam di tangannya. Tidak mempedulikan aku yang baru saja masuk dan berjalan melewatinya. Aku memilih kursi di pojok ruangan. Kemudian tidak lama datang seorang wanita yang aku kenal. Dia adalah admin dari tempat kursus ini. Aku sudah beberapa kali bertemu dengannya untuk berk

Wanita Dalam Gerbong

Sayup-sayup aku buka mataku. Gerbong kereta ini tampak lengang. Meskipun seluruh kursi penumpang sesak terisi. Aku mencari tahu sudah berada di stasiun mana kereta yang membawaku ini. Karena terlalu lelah, aku langsung tertidur lelap. Ternyata masih cukup lama untuk sampai di stasiun tujuanku. Kini kereta berhenti di stasiun transit. Tentu saja banyak penumpang yang turun dan beberapa naik ke dalam kereta. Aku duduk di gerbong terakhir sebelum gerbong khusus wanita. Tidak banyak penumpang kereta yang mau bersusah payah berjalan ke gerbong terakhir, kecuali ingin sekali memperoleh tempat duduk. Salah satu dari penumpang yang baru saja naik adalah wanita muda belia. Wanita itu menarik perhatianku karena berdiri di hadapanku, tepatnya di depan pintu gerbong kereta. Sambil menyenderkan tubuhnya di samping pegangan pintu di belakangnya. Cantik sekali wanita itu. Dari map plastik yang didekapnya, sepertinya dia baru saja pulang kuliah. Ada judul laporan yang aku ingat sekali logo ka

Edukasi Demokrasi

Hari ini negara kami akan mencetak sejarah baru. Sejarah demokrasi yang bersih dan adil. Seluruh mata dunia tertuju pada negara kami hari ini. Demonstrasi yang merupakan perwujudan dari demokrasi sebagai wadah menyalurkan aspirasi hari ini akan digelar. Sejauh mana pencapaian kami sebagai negara yang bermartabat akan dinilai hari ini. Hari ini juga kita akan meyaksikan bahwa Bhineka Tunggal Ika kami tetap kokoh atau sudah hilang bersama matinya para pahlawan kami. Berbicara tentang demonstrasi, negara kami memang sudah memiliki sejarah yang cukup panjang tentang ini. Sebenarnya, demonstrasi bisa menjadi cukup efektif saat dilakukan dengan tepat. Memang dibutuhkan sekali adanya edukasi demonstrasi untuk mencegah tindakan anarkis atau hal lain yang tidak diinginkan. Teringat beberapa waktu lalu, saat masih masuk masa orientasi mahasiswa. Salah satu materinya adalah edukasi demonstrasi. Dahulu, saat masih lugu-lugunya masuk dunia perkuliahan, rasanya tidak penting kegiatan sepert

Hamparan Hijau

Gambar
http://www.jualsewatanah.com/iklan Jika aku boleh memilih. Aku ingin merasakan damainya hidup di pedesaan. Similir hembusan angin yang datang silih berganti. Ramai suara burung, gemericik aliran air di salurannya yang sempit, dan daun-daun yang menari karena tiupan angin. Setiap pagi yang cerah kilau matahari akan terpantul indah dari embun diujung pucuk dedaunan. Kemudian aku akan berjalan kaki berkeliling, menyapa setiap wajah ramah yang juga sedang berkeliling. Aku hampir tidak menemui pertengkaran keegoisan, yang ada hanya persaudaraan dan rasa ingin saling membantu. Setiap hari hamparan hijau hingga ujung pandang memenuhi penglihatan. Ada hiasan manis dari gunung yang membelah langit biru. Aku akan bercocok tanam dan berdoa disetiap tanamannya agar semua tanaman tumbuh subur dan bisa menjadi sumber energi positif bagi yang memakannya. Aku ingin hidup dikelilingi tanaman hijau ini tanpa bising kendaraan dan polusi. Hidup bersama kerumunan kupu-kupu dan capung yang canti

Di Luar Nalar

Semestinya peraturan dibuat untuk mempermudah pengerjaan sesuatu. Bagaimana jika peraturan menjadi hambatan dan menghimpit hal-hal yang diaturnya? Berdalih pada kerapian administratif. Tahu apa administratif, jika memunculkan banyak kecurangan dan kebohongan? Bukankah itu sudah menjadi pemicu perbuatan dosa? Tidakkah mereka, orang-orang berkuasa itu, sadar ada berapa banyak peraturan yang mereka buat justru menghasilkan trik licik pelaku yang diaturnya? Memang sudah kacau lingkungan ini. Sekarang bisa dimaklumi banyak orang dewasa hidup dengan tidak baik. Doktrin-doktrin dunia picisan yang ditanamkan sejak belia, hancur seketika saat beranjak remaja dan memasuki dunia dewasa. Perkataan "dunia yang sebenarnya" itu jadi bukan hanya mitos belaka. Mungkin mereka yang terlalu idealis akan mati tercekik, sedangkan mereka yang terlatih jauh dari norma dan nilai baik yang ditanamkan sejak kecil malah hidup dengan gelimang nikmat. Ini hidup yang seperti apa? Anomali. Orang ba

Harum Pasir Di Pantai Pok Tunggal Yogyakarta

Gambar
Sudah penat rasanya diriku dengan segala rutinitas sehari-hari yang menguras emosi dan pikiran. Sudah bosan rasanya melihat keegoisan dan kemunafikan manusia yang tiada henti mengejar kekuasaan dan harta. Sudah resah juga rasanya hidup terhimpit oleh balutan asap dan zat kimia. Hidup seperti mati. Bergerak seperti robot. Bernapas seperti cerobong. Aku ingin lenyap dan muncul di peradaban baru. Peradaban yang selaras dengan lingkungan. Dimana manusia tidak lagi keras kepala mendewakan kehebatannya dari makhluk lain. Peradaban baru yang damai dengan ribuan rangkulan dan genggaman tangan antara manusia dan alamnya. Aku ingin muncul di peradaban itu. Ketika aku lenyap dan muncul kembali. Aku telah berada di tempat yang indah. Hamparan biru laut dan langit seperti tidak ada perbedaan. Deburan air ombak yang berlarian menuju bibir daratan. Udaranya.. Sungguh udara yang selama ini aku impikan. Aku mampu menghirupnya dengan dalam tanpa rasa sakit di dada. Di tempat itu hanya ad