Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

24 Tahun 8 Bulan

    Hanya beberapa bulan lagi umurku akan menggenap. Rasanya belum siap, tapi harus disiapkan agar siap. Beberapa waktu lalu, aku membaca sebuah artikel mengenai umur 25 tahun. Intinya artikel itu bercerita apa yang akan terjadi saat umur kita 25 tahun. Hal menarik yang perlu diperhatikan adalah pada umur 25 tahun, bukan berarti seketika itu kita akan berubah dewasa. Namun, saat umur kita sudah 1/4 abad itu, akan banyak tuntutan-tuntutan yang secara langsung dan tidak langsung membuat kita lebih dewasa, tentu saja seiring berjalannya waktu dan kepekaan kita terhadap permasalahan itu.     Aku akan menjadi bagaimana dan seperti apa nanti, tergantung dari kemudi yang aku jalankan. Semoga saja aku tetap di jalan yang benar dan Engkau ridhoi. Mengingat aku pun masih harus terus belajar dan banyak hal yang belum aku ketahui. Aku hanya belum tau apakah aku siap menyandang umur 25 tahun? Tapi aku harus tetap melangkah karena waktu tidak bisa dihentikan. Aku harus semangat dan terus berdoa m

Bersama Masa Depan

    Kebersamaan adalah keajaiban kecil yang Tuhan berikan kepada kita. Terkadang kita lupa mensyukurinya. Hari ini aku belajar bagaimana kebersamaan itu bisa ditercipta, tentu saja karena ini termasuk dari takdir Nya, tapi bagaimana skenarionya. Hal itu pasti menarik sekali untuk diamati bagi sebagian orang.     Tidak sedikit orang yang bersama karena sebuah urusan, seperti teman satu sebangku, satu kelas, satu sekolah, satu kamar kos, satu asrama, sebelah rumah, satu pekerjaan, atau sebelah rumah. Namun, banyak juga karena kesamaan histori, seperti satu desa, satu suku, satu bangsa, atau satu hobi. Kemudian semuanya akan akan tersaring menjadi sangat dekat, dekat dan tidak dekat.     Proses penyaringan ini adalah bagian dari peran kenapa Tuhan menciptakan kita dengan karakter atau kepribadian yang berbeda. Berwarna tapi tetap bisa berdampingan seperti pelangi. Indah sekali. Lucunya, terkadang kita menemukan keistimewaan jaringan koneksi diantaranya. Ini luar biasa, dan inilah nik

Analitik Menggelitik

    Tulisanku kali ini akan banyak sok tahu dan asal sebut. Analisis yang hanya dipikirkan selintas dan dalam waktu kilat. Jadi, tolong persiapkan diri Anda, pembaca semua, agar tidak cepat emosi dan pandai-pandailah menahan sabar.     Pertama kita mulai dari kisah sepele tentang perubahan iklim. Ngerasa gak sih kalau tahun ini musim hujan dan musim panasnya gak jelas? Inget gak dulu bulan yang akhirannya -ber itu adalah bulan dimana curah hujan meningkat. Tapi tahun ini sepertinya tidak berlaku. Usut punya usut katanya karena ada gejolak yang terjadi di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Meskipun begitu, menurutku ini tidak semudah itu. Mau tau kenapa? Simple aja, ini semua karena Ramadhan. Coba inget-inget lagi ya, pernah gak saat Ramadhan tidak terjadi hujan? Kalau seingetku, setiap Ramadhan selalu ada hujan. jadi, siapa yang berkuasa di sini? Allah... tentu saja... haha..      Kedua, ngomongin soal sinetron yang makin gak banget. Menurutku sih gak ada yang bisa disalahkan kar

Mulailah Lagi

    Turun naiknya kehidupan adalah kesadaran mulai disadari. Lumrah jika sisa umurmu kian sedikit, kamu akan mulai terbiasa dengan kondisi ini. Lambat laun, ini akan menjadi makanan sehari-hari. Namun, belum saatnya bagiku.     Ya! Aku sudah pada tahap mulai sadar, tapi belum terbiasa. Sebut saja ababil. Mungkin kata ini cocok untukku. Kebanyakan orang sudah lebih dulu merasakannya atau terlambat merasakannya atau bahkan tidak sedikit yang mengabaikannya.     Lalu aku memilih untuk merasakannya saat ini. Aku jatuh selanjutnya terasa melayang, jatuh lagi lalu melayang lagi. Lompatan emosiku seperti roller coaster yang melaju cepat. Mungkin ini juga menjadi salah satu timbulnya jerawat-jerawat di wajahku.     Aah... Toh aku hanya bisa menerimanya dengan pasrah. Jadi biarkan saja, semuanya juga akan berlalu dan indah pada waktunya. Meskipun begitu aku tetap akan berusaha semampuku. Seperti pohon yang selalu berusaha tumbuh meski harus menggugurkan daunnya.     Walaupun terjatuh. Aku aka

Warung Ibuku

   Aku selalu heran dan terkadang tidak menerima kenapa Ibuku selalu menomorsatukan warungnya. Mungkin sudah berkali-kali aku berkata untuk menutupnya. Tak tega aku melihatnya lelah seharian menjaganya. Bahkan katanya sampai sakit pergelangan tangan kanannya karena mengikat bungkusan es. Meskipun begitu, tetap saja setiap hari dibukanya warung itu.     Warung Ibuku tidaklah besar. Dulu mungkin bisa dibilang cukup besar tapi kini cukup sepetak karena sisanya sudah dikontrakan ke orang lain. Jahatnya, aku malah suka warung ini bertambah kecil atau ditutup saja lebih baik. Aku tidak suka. Menurutku, ini seperti tidak ada privasi. Orang-orang silih berganti datang. Salah satu yang menyebalkannya adalah mereka datang di waktu-waktu yang tidak tepat seperti saat adegan drama korea yang aku tonton sedang greget atau saat waktu shalat. Menyebalkan sekalikan?     Apapun yang terjadi warung itu masih kokoh berdiri sampai tulisan ini aku buat. Kenapa? Karena Ibuku tidak akan pernah rela jika