Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Inspirasi Menulis Dari Penulis Yang Menginspirasi

Gambar
Jika ditanya aku ingin menjadi seperti siapa dalam menulis, aku akan dengan lantang menjawab J.K.Rowling. Bagaimana tidak? Karyanya sampai ke seluruh pelosok dunia. Karyanya dibaca dan diimajinasikan oleh seluruh penikmat dunia literasi di seluruh dunia. Tanpa mengenal dan belum pernah melihat, nama dan karyanya sudah sampai lebih dulu dan dinikmati tak kenal waktu. Bukankah itu menakjubkan? Jika ditanya lagi, apa alasan ingin menjadi penulis? Hmm... ingin menginspirasi atau menularkan pikiran kepada orang lain. Hmm... atau sebagai terapi hati karena katanya menulis itu membuang racun dalam tubuh terutama dalam pikiran. Selain itu, menulis menjadikan sesuatu abadi sehingga bisa dibuka dan dibaca lagi kapanpun sesuka hati. Memang pertanyaan ini mulai membuatku agak bingung. Namun, bukankah seluruh perbuatan kita selalu dilandasi dengan alasan atau sebuah alasan untuk melakukannya? Jika ditanya bagaimana cara atau gaya penulisan? Hmmm.... Hmmm.... Hmmm.... Mulai berpikir ker

Serangan Writer's Block

Gambar
Di tengah malam yang sunyi. Aku masih terjaga. Memandangi layar putih dari salah satu program office. Jemariku masih kaku, diam. Belum juga menyentuh tiap jajaran huruf pada keyboard. Mataku hanya berputar  melihat dan mengamati kondisi di sekitar. Hanya ada sepi dan sunyi. Semua benda mati. Hanya napasku saja yang terdengar menderu. Dalam ruang 3 m x 4 m ini hanya ada aku, seorang. Jariku masih tak ingin bergerak. Belum ada perintah dari otak untuk menggerakannya. Padahal komitmen untuk berusaha konsisten mengisi postingan setiap hari seharusnya menjadi tanggung jawab untuk segera ditunaikan. Namun, dari timeline aku justru tersadar sudah nyaris seminggu ini aku tidak menulis. Apa yang terjadi padaku? Aku teringat sebuah istilah writer’s block. Katanya istilah ini merupakan penyakit yang menyerang penulis sehingga tidak bisa menuliskan apa yang dipikirkannya terutama ketika melakukan proses kreatif sebagai penulis. Bagaimana hal ini bisa menyerang? Kesibukan yang t

Buku Catatan

Sayang aku belum meletakanmu pada sebuah gambar yang abadi. Aku kira kamu akan menemaniku lama. Setidaknya seperti yang lain, sampai habis lembaranmu karena tulisanku. Saat itu, April, aku melihatmu ditumpukan souvenir. Bukan pernak-pernik lucu, umumnya orang beli. Tanganku justru menggapaimu. Mataku tak lagi bisa berpaling. Iya. Saat itu aku telah memilihmu. Menjadi salah satu bagian penting dalam hidup seorang pelupa sepertiku. Aku mantap menukarkan sejumlah uang untuk mendapatkanmu. Diantara barang yang aku bawa, aku memutuskan kamu sebagai hadiah untuk diriku. Itu seperti ucapan terima kasih pada diri sendiri. Bukankah penting mengapresiasi diri? Meski belum lama waktu kita bersama, aku ingat baik dirimu. Rupa depanmu unik bergambar gajah dengan sebuah tulisan dan bercak warna-warni. Sungguh menimbulkan kesan bahagia dan manis. Ditambah lagi dengan isi polos aku bisa sesukaku berekspresi. Menggores ini dan itu, di sini dan situ, tanpa ada batasan dua garis yang selalu berja

Tidak Lagi

"Setelah ini aku mau pergi." "Kemana?" Tanyaku penasaran. Belakangan ini, sikap Fahmi memang agak berbeda. Belum cukup dengan berhenti dari tempat kerja yang hampir delapan tahun dia singgahi, kini dia memilih pergi dari rumah untuk mengontrak sendiri. "Ada apa denganmu? Kamu aneh akhir-akhir ini. Kamu seperti bukan Fahmi yang aku kenal." "Aku hanya ingin tumbuh lebih dewasa," katamu singkat sambil berlalu. Begitulah pertemuan terakhir kita. Kamu yang berlalu tanpa alasan panjang. Dan, aku yang membiarkanmu berlalu dengan mudah. Sampai pada suatu hari, aku tahu bahwa perubahanmu adalah tentang prinsip hidup baru yang kamu yakini dengan benar. "Ini perintah Tuhanku!" Jawabmu ketus ketika aku bertanya sorban hitam yang melilit kepalamu. "Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah adalah perintah Tuhan kita! Bukan menyalahgunakan sorban hitam itu demi kesenangan dunia. Menipu. Menggandakan uan

Persimpangan Bagi Remaja

Gambar
Hurlock (2003) menerangkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sarwono (2006) menambahkan bahwa perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Sedangkan perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik. Pada masa remaja, keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup serta ingin bersenang-senang sangatlah besar. Walaupun semua kecenderungan itu bersifat wajar, tetapi jika tidak terkontrol bisa menimbulkan permasalahan bagi remaja itu sendiri. Tiga masalah utama yang mengintai para remaja yaitu narkoba, pergaulan bebas dan bullying . Marak diberitakan akhir-akhir ini remaja terjerat narkoba akibat pergaulan yang salah. Seperti di tahun  2011 BNN melakukan survei nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pe

Penyamun

Gambar
Lentera malam belum mati. Fajar masih jauh tenggelam. Ruang di ujung gedung tertinggi sudah terisi manusia penuh semangat. Duduk pada bangku-bangku yang mengelilingi meja bundar. "Lokasi ini potensial!" Kata lelaki berambut klimis sambil menunjuk bagian bawah pulau terpadat negeri ini. "Terlalu banyak kepentingan di sana," sanggah lelaki berkumis tebal. Lima belas pasang mata sisanya hanya saling memandang. Menikmati perdebatan adalah kesukaan mereka. Jauh dari itu menyulut perdebatan makin panas adalah kesenangan. Tentu bukan musyawarah yang mereka lakukan, hanya menimbang kemudahan dan keuntungan paling tinggi. Menilik lebih jauh pada kesenangan melihat mata-mata bernanar si miskin yang bodoh dan bau tengik. Itu kenikmatan bagi mereka. "Lancarkan segera!" Hardik lelaki tambun yang duduk di kursi paling depan. Terang saja. Pagi itu di saat ayam belum sempat berkokok. Mentari masih malu menerkam malam. Perlahan tapi pasti, mobi

Perhatikan 4 Kriteria Ini Agar Hijrahmu Terarah

Gambar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hijrah adalah engkau meninggalkan segala kekejian baik yang tampak ataupun tersembunyi. Engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, kemudian engkau disebut sebagai Muhajir sekalipun engkau tetap berada di tempatmu.” (Musnad Ahmad 2: 224) Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, perlu dimaknai dengan benar. Secara bahasa, hijrah berarti meninggalkan jika telah memenuhi 2 syarat, yaitu ada sesuatu yang ditinggalkan dan ada sesuatu yang dituju (menjadi tujuan). Keduanya harus terpenuhi oleh seorang yang ingin berhijrah. Meninggalkan segala hal buruk menju keadaan lebih baik dalam menegakkan ajaran Islam. Memang dalam sejarahnya, hijrah identik dengan peristiwa hijrah Rasulullah Saw dan para sahabat meninggalkan tepat yang tidak kondusif untuk berdakwah (dari Mekkah menuju Madinah). Bahkan peristiwa hijrah itulah yang dijadikan dasar umat Islam sebagai permulaan tahun Hijriyah. Tidak melulu tentang perkara berpindah te

Doa Arwah

Aku gugup memandangmu kaku Hujan ini telah meluluhkan batinku Aku terpaku pada tanda pengenalmu Tersemat malu pada diamnya qolbu Bayangan itu terbersit Pertama kali kamu pamit Menyusul mimpi hingga ke langit Menampar pedih seperti sampit Hujan itu membasuh otot Melunturkan gambar sunyi jadi copot Gelap runtuh tak lagi membelot Menjadi pengecut yang bolot Kamu pergi dengan sadar Memikul janji yang memudar Hilang lalu dalam pendar Tersisa tubuh yang datar Habis masamu super Berulin mendengkur kuper Terasing dari dunia Hitler Bahagia sampai nyawa di ujung koper

Biarkan Pulang

Jadi biarkan di pagi ini aku hembuskan napas panjang. Meretas semua pelik pikiran yang mengikat. Lantaran tak bisa lagi malam membasuh temaram. Membangunkan gundah tersapu kenangan. Terik mentari biarlah datang. Mengundang hangat tanpa sekat. Bisikan udara sejuk memikat. Berkabar sendu dari yang tak pernah pulang. Secarik rindu biarku tawar. Pada ruang segi empat. Lewat kaca tembus pandang. Hadirkan sepimu yang masih berkeliaran. Tidakkah kamu rindu jalan pulang? Menetap dan bukan lagi berlabuh di tiap pelayaran. Memiliki utuh tidak separuh agar lengkap. Dengan pasrah berusaha saling paripurna. Izinkan yang berlayar itu pulang. Menceritakan kisah heroik kepahlawanan. Menghunus pedang pada setiap perlawanan. Menjadi tabir dalam sukses kemenangan.

Sepucuk Surat Merah Muda Untukmu

Hari ini kamu ulang tahun ya? Apa kamu pikir aku lupa? Ditanggal cantik ini, kamu juga layak jadi yang paling cantik loh. Barakallah sayang! Beberapa tahun lalu ditanggal ini, sejak ruhmu ditiupkan ke dalam rahim mamahmu, Allah membukukan lagi satu takdir perjalanan hidup anak cucu Adam-Hawa. Tentang rejeki, jodoh dan usia, semua dirancang begitu indah. Iya, itu semua tentang kamu. Khusus. Spesial. Hanya untukmu. Seperti kisah kebanyakan, taglinenya sama. Awal-konflik-akhir. Lahir-hidup-mati. Begitu juga kisahmu, kisahku dan kisah kita semua. Tapi Allah keren ya! Setiap kita tidak ada yang punya kisah sama. Untuk sementara, mari kita tinggalkan kisah kita semua karena hari ini adalah hari istimewamu. Hanya tentangmu. Seberapa panjang perjalanan yang telah kamu lalui tentu belum berakhir. Semua peristiwa itu, ambil dan peluk lekat. Dari setiap kejadiannya kamu diminta untuk belajar, berproses, mendewasakan diri dan pada akhirnya terbiasa lalu dengan bangga berkata, "Telah a

Cerita Hujan

Aku tak pernah bisa memilih kepada siapa aku diturunkan. Aku tak sanggup meraba terhadap hati yang mana hadirku disyukurkan. Aku tiada paham dalam pijakan apa aku harus dijatuhkan. Tenang saja. Aku selalu bersama-sama. Sendiri bukanlah kebiasaanku. Lagi pula sendiri terlalu memilukan dan aku tidak suka. Meskipun terkadang aku sering dikaitkan dengan kesedihan atau air mata kegundahan. Padahal, sebenarnya aku merupakan karunia langit dan bumi. Denganku jiwa-jiwa layu itu akan bertenaga. Hadirku melarutkan hati-hati letih nan pedih. Bersamaku vitamin ceria anak-anak itu akan muncul. Sederhana yang membahagiakan. Biarlah yang tak suka padaku mengunci diri selagi aku datang. Abaikan yang tak menginginkanku mengumpat pedas ketika harus aku basahi tubuhnya. Alamatkan saja luka dendam dan benci itu padaku seorang. Aku tak peduli. Sungguh. Karena Tuhan teramat mengistimewakanku. Aku bahagia disebut-sebut membawa rejeki. Berkali-kali sebutan itu ditujukan padamu. Hanya padaku. Ditambah

Mata Nanar

Setiap pasang mata nanar kita mulai mengiba, terbiasa. Pada hal yang teramat sangat dirindukan. Sebuah pertemuan tanpa akhir. Suatu penghidupan tanpa mati. Diantara kita semakin ahli, pada pertentangan batin yang tiada henti. Tentang mendengarkan pelik bisa mulut tetangga. Tentang diam pada keyakinan bahwa diri ini bisa. Atau tentang berlari pergi sambil menggenggam bisa lalu perlahan tapi pasti ikut binasa. Ke arah mana seharusnya dayung ini dikayuh? Melawan ombak menerjang busuknya pengap keringat. Bukan tak sopan mendengkur sangar agar air beriak. Sementara asik dalam buai pertentangan itu, kita lupa bahwa setiap pasang mata nanar kita mulai mengiba, terbiasa. Pada lubang tanah yang telah siap memeluk. Jika itu adalah pertanda maka alphalah kita. Pendusta akut hingga tak dibiarkan tahu dalam dusta telah menjadi benar dan pembenaran. Kesakralan ingin terlampiaskan dendam. Kebutuhan lahir menipu batin. Sekelumit itu hidup kita. Andai tak kita biarkan telinga ini mendengar bi

Indonesia dan Perang Narkotika

Gambar
Presiden Joko Widodo menyatakan Indonesia berada pada kondisi gawat darurat narkotika. Pada acara puncak peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI), 13 Juli 2017, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) dilansir dari Metrotvnews, menegaskan narkotika saat ini menjadi salah satu senjata dalam proxy war untuk melumpuhkan kekuatan bangsa. Seluruh elemen bangsa harus memerangi kejahatan narkotika di Indonesia. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1997, n arkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis. Zat tersebut menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiktif). Sedangkan WHO mendefinisikan narkotika merupakan suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan memengaruhi fungsi fisik dan/atau psikologi (kecuali makanan, air, atau oksigen).             Penyalahgunaan narkotika sangat membahayakan bagi k

Sekejap Waktu

Gambar
"Bukankah sudah aku peringatkan bahwa setiap bagian tubuh akan memberi kesaksian?" Sumpah demi apapun aku tidak berbuat buruk. Sungguh.... "Alat pendeteksi ini buktinya. Semua kesaksian terekam di dalamnya. Sudah jangan lagi berdusta!" Hardik suara itu semakin keras. Alat pendeteksi baru saja mengeluarkan manuskrip penuh tulisan merah. Warna merah yang berarti emosi kemarahan dan ketidakterimaan terhadap suatu hal. Berlembar-lembar manuskrip keluar dari alat pendeteksi tersebut. Ada geram dan puas. Tawanya semakin terkekeh-kekeh. Hujan lebat turun bersama gemuruh petir. Ruang berukuran 8 meter x 6 meter mendadak gelap. Alat pendeteksi mati disebabkan listrik yang padam. Ruangan sunyi mencekam. Aku bergidik. Entah apa yang aku lakukan. Aku tak berdusta. Sungguh telah aku usahakan semampuku. Memberi tanpa pamrih. Berbagi tanpa balas. Menolong tanpa harap kembali. Menunaikan dengan sesempurna yang aku bisa. Kemudian suasana sepi. Gelapnya te

Ruang Sendiri

Tak jauh dari keramaian itu Aku merasakan keterasingan Dekat dengan kesunyian itu Aku seperti makhluk terabaikan Alam tak kuasa menghentikan waktu Dalam kotak aku terlihat Langit tiada sanggup mengurai kelambu Pada ruang aku kasat Ini diriku bukan sepertimu Yang tak pernah lelah bercengkrama Aku butuh ruang sendiri itu Dimana hanya ada aku dan diriku saja Bukan karena aku tak pandai bersenda gurau Aku hanya tak suka bersandiwara Apalagi berucap kesenangan semu Dengan hal palsu dunia Andai kamu tau ruang sendiriku Dindingnya berhias gambar rupa makna Cahayanya bersumber dari angkasa timur Jika malam berganti temaram purnama Ruang sendiriku Damai, sejuk dan tenang Mencandu kata rindu Memeluk hangat bagai keluarga

Meninggikan Syukur

Adzan Subuh berkumandang merdu dari bilik surau di samping kantor Kepala Desa. Udara masih begitu dingin menghujam. Satu dua lelaki paruh baya sudah khusyuk berdzikir. Beberapa orang tergesa melangkahkan kaki agar tidak tertinggal shalat berjamaah. "Pak Tua itu pasti telah larut dalam syukurnya. Apakah hidupnya begitu bahagia?" Ucap salah satu pemuda berkopiah putih yang baru saja masuk surau dan mensejajarkan duduknya. "Apakah yang kamu maksud Pak Umar? Kakek yang selalu dibicarakan warga desa," kata pemuda di sisinya yang juga mengenakan kopiah putih. "Iya yang itu," ucapnya sambil menunjuk lelaki tua di pojok barisan pertama. "Apa kamu tidak lihat baju yang lusuh, rambut putih tak terawat, kopiah hitam yang kusam dan celana panjang hitamnya yang telah memudar? Apa yang kamu pikirkan?" "Entahlah, tetapi Pak Tua itu selalu bersyukur, tidakkah kamu dengar suara Alhamdulillah dari mulutnya?" "Iya tentu aku juga menden

Rasa Pecah

Saat langkah melemah Ketika gundah gulanah Turun hujan mengguyur nanah Menyepuh perih mengais ramah Ada kala raga tak saling menjamah Jemari terlepas putus pernah Ribuan mili hening memanah Adalah peluh mencoba masuk rumah

Menjadi Hadir

Karena gelap maka terang ada Pada hitam maka putih datang Dengan jahat maka baik hadir Dalam pengap maka sejuk melipir Di sini cinta bukan karat Di sana rindu meski kedap Itu hati bukan tempat jalan kaki Ini ruang meski separuh sepi Untuk sebuah ikatan kita berkorban Menggenap janji perlu kekompakan Jaga persaudaraan butuh bicara saling Pendidik harus mementingkan memberi Usahakan hadir pada setiap kesempatan Cepat berfokus di peralihan perkara Alamatkan jiwa dan raga mengisi Kuatkan semua informasi di pijakan bumi

Hati Di Ujung Senja

Gambar
Pandangannya melumat habis diriku. Sejak awal aku mulai bercerita tidak sedetikpun arah matanya beralih. Sungguh aku berperang hebat terhadap rasa malu ini. Dipandangi oleh lelaki yang selalu membuatku jatuh cinta berkali-kali seperti mempertahankan kaki agar tetap berpijak pada bumi. Sore ini sangat indah. Meskipun awan mendung masih sigap bertengger di langit-langit. Namun, hatiku ceria seperti pagi. Bukan karena kesempurnaan yang aku miliki tetapi keikhlasan merapalkan setiap syukur kepada Ilahi yang tak pernah tertandingi. "Aku tak pernah percaya bisa ada kamu di sisi," sungguh senyumku teramat tulus kali ini. "Aku juga tidak percaya kamu duduk di sampingku saat ini," sungguh itu senyummu paling tenang. Tidakkah kamu tahu jantungku nyaris mencuat sekarang. Entah dengan jurus apalagi aku tahan semua semu merah di wajah. Ataukah bisa jadi drum band di jantungku telah mendendangkan lagu cinta yang terdengar keras olehmu. "Sebaiknya kita pulang.

Hati Adalah Cermin

Kadang terasa banyak hal sulit dipahami Apalagi cara memahami diri Mungkin telah banyak metode pengembangan diri Dengan satu tujuan mandiri Satu hal yang tidak pernah pasti Bahwa manusia selalu cerdas beradaptasi Menyamarkan jati diri Seperti bunglon tak terdeteksi Akupun mulai menyadari Ada banyak kekurangan diri Yang merengek minta diampuni Atau disempurnakan sekuat hati Lalu ada pedih dalam bereaksi Bahwa tak segalanya bisa terealisasi Butuh lapang dalam dada sendiri Tak bisa terganti lagi Kesulitan itu akan memiliki arti Tentang Tuhan yang Maha Pemberi Segala keresahan ini Kembali lagi pada kondisi hati Katanya hatilah tempatmu berpikir Dibilang hatilah tempatmu berdiskusi Dikata hatilah yang paling suci Jadi hatilah cerminan diri

Pilihanmu

"Gajinya berapa kerja di sana?" "Belum tahu. Nanti coba tanya sama bapaknya saja. Yang jelas di sana suasana kerjanya bagus. Lingkungannya baik. Dan ukhuwah banget gitu. Hehe...." ... Keesokan hari. "Kepo dong, gajinya berapa kerja di sana?" "Enggak tahu. Serius deh! Orang yang kerja di sana juga enggak mau ngasih tau. Katanya tanya saja sama bapaknya nanti". "Perlu banget tahu nih. Soalnya kalo gajinya habis cuma buat ongkos dan enggak ada lebih gimana?" "Gini saja deh. Besok datang dulu, tanya deh berapa gajinya. Kalau enggak cocok ya sudah ditolak saja. Deal?" "Oke deh kalau gitu. Thanks!" ... "Kamu benaran enggak tahu gajinya berapa? Kan aku kerja bukan cari suasana, lingkungan apalagi pengalaman sama belajarnya. Tapi mencari uangnya untuk bantu ekonomi keluarga". "Aku seriusan enggak tahu. Aku sampai sini saja nganternya. Kamu temuin sendiri bapaknya. S

Hanya Percayalah

Jika kamu ingin pergi, maka pergilah dengan lapang dada. Karena yang kamu tinggalkan bisa jadi tak rela melepasmu atau justru berharap kamu segera enyah dari hidupnya. Jika kamu lelah mengerti maka berhentilah. Karena lelahmu bisa jadi adalah beban bagi orang yang berusaha kamu mengerti atau justru kesenangan baginya. Jadilah kamu yang memegang kuasa atas kamu. Percayalah pada dirimu yang tak pantas disakiti oleh siapapun termasuk oleh dirimu sendiri. Kamulah yang berhak memilih untuk tetap bahagia pada jalan yang kamu tempuh dan kamu pilih. Untuk kamu. Hanya untuk kamu. Ingatlah ketika langkah terasa berat, hanya percaya yang akan menguatkan segalanya. :D :D :D

Tingkat Sabar

"Dek, kenapa nangis?" "Hari ini semuanya buruk. SEMUANYAAA!!! Aku kesel, sebel dan marah. Makanya, aku nangis kayak gini". "Hal buruk apa yang terjadi?" "Semuanya pergi. Semuanya mengecewakan. Semuanya mengkhianati. Semuanya lenyap. Semuanya yang aku miliki. Semuanya. Tanpa terkecuali!" "Apa imanmu ikut juga mengkhianati dan pergi?" "Iman apa?" "Sabar, Dek. Imanmu kepada Tuhan apa ikut pergi, mengecewakan, mengkhianati dan lenyap?" .... "Simpan imanmu dalam-dalam. Karena Dia tidak akan pergi, mengecewakan, mengkhianati dan lenyap. Miliki dan peluk Dia selamanya. Semuanya boleh pergi, tetapi tidak dengan imanmu". "Entahlah! Mungkin iman itu ikut hilang". "Tidak jika kamu mulai berhitung pada yang tidak pernah kamu pinta tetapi diberikan cuma-cuma oleh-Nya". "Misalnya?" "Udara ini dan seluruh hal yang ada padamu". ....

Malam Itu Gelap

Sudah menjadi rahasia umum, kamulah yang sedang dijodohkan padaku. Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa mantanmu kembali dan kalian ingin merajut cinta itu lagi. Lalu aku? Sudah menjadi rahasia umum, aku adalah tokoh tersakiti dalam percintaan ini. Biarlah. Aku tidak peduli dengan kata orang. Toh, mereka bukan pemberi kehidupanku. Bagiku yang terpenting lebih baik tersakiti saat ini, bukan nanti setelah ikrar suci terucap. "Iya kemarin mantanku ke rumah. Ngajakin balikan". "Trus kalian balikan? Kamunya gimana?" "Ya aku masih ada sayang sama dia". "Yasudah kalau begitu balikan. Kenapa masih dipikir-pikir?" "Lah...emang sudah balikan". Luluh lantah hatiku mendengar kalimat terakhirmu. Namun, aku berusaha tegar. Sejak awal aku tahu kita tidak akan berhasil. Jalan kita terlalu berbeda. Iya seingin apapun kita menyamakannya, tetap tidak bersatu. Aaah...kita mungkin tertakdirkan untuk saling berhimpit kali ini tetapi tidak unt

Titipan Rindu

Sudah lebaran kesekian. Rasanya rindu kampung halaman. Terutama keluarga kecil di rumah. Namun, hidup diperantauan tidak semudah itu untuk pulang. Kalau dipikir-pikir, sayang uang dan waktu. Apalagi suasana lebaran banyak juga yang cari keuntungan. Mumpung-mumpung katanya. Jadi, aku lebih memilih mendatangkan sepucuk surat dengan berlembar-lembar uang ratusan ribu rupiah. Setidaknya bisa menjadi penawar rindu orang rumah. Dan rinduku atas kebahagiaan mereka. Lebaran kesekian ini, aku ingin yang berbeda. Ooh... sepertinya memang ditakdirkan berbeda. Bukan. Bukan tentang surat dengan berlembar-lembar uang ratusan ribu rupiah. Hal itu sudahku kirimkan di waktu biasa. Ini ada yang lain. Aku juga ingin pulang. Menyaksikan langsung mereka menerima kiriman dariku. Berarti aku harus lebih dulu sampai sebelum suratnya. Kalau begitu aku harus bergegas. Tentu, aku anak rantau yang hebat. Selalu tahu cara untuk pulang. Kampung halaman. Rumah. Keluarga kecilku. Aku datang. Iya. Aku pulang u