Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Dua Bulan Sebelum Menggenap 25 Tahun

    Sudah semakin dekat ya.. Rasanya aku semakin deg-degan apa yang akan terjadi saat hari aku menggenap. Mungkin akan jauh dari apa yang aku harapkan, tetapi semoga yang terbaik yang aku butuhkan terjadi pada hari itu. Amiiin....     Hari itu, aku hanya berharap menjadi hari istimewa. Tentu saja, meskipun tidak terjadi apapun, hari itu akan menjadi hari istimewa untukku. Tapi, aku hanya manusia yang selalu memiliki harapan, mimpi dan keinginan. Pada hari itu, aku berharap aku bisa meniup lilin bersama orang yang akan menjadi partner hidupku hingga di akhirat nanti. Aku berharap bisa berkumpul bersama keluargaku yang aku sayangi kerena Mu, Allah. Aku berharap pada hari itu, aku sudah bisa lebih dewasa, memiliki kamar tidur sendiri, memiliki usaha sendiri meskipun masih minimalis, dan memiliki kekuatan untuk lebih baik dengan mengenakan rok.     Jika ada sedikit kejutan di hari itu, mungkin menyenangkan tapi jika tidak ya tidak apa-apa. Aku memang memiliki harapan pada hari itu, ta

Jiwa Kemanusiaan

    Sudah berapa banyak dari kita merenung tentang seberapa jauh manfaat hidup kita untuk orang lain. Banyak diantara kita yang sudah sedang lupa oleh keindahan dunia ini, bagaimana setelah mati tidak akan ada yang mengingat tentang kita. Hidup kemudian terus berjalan, menjadi hanya kenangan dan kesakitan. Tuhan tahukah Engkau bahwa diantara kami sering melupakan Mu? Namun, mengapa Engkau begitu baik pada kami?     Sementara di belahan bumi lain, ada yang setiap detik hidupnya dihantui kematian mulai dari tembakan hingga bom. Kemudian di belahan bumi lainnya ada sibuk mencari kedudukan tinggi, yang dengan lantang meneriakan bahwa untuk situasi dan kondisi yang lebih baik maka pilihlah saya. Selanjutnya di sisi lainnya, ada yang berpesta, menikmati indahnya dunia ini, berbelanja dengan asik, atau sekedar mencicipi makanan khas, dan mungkin saja ada juga yang sedang asik mengejar cita-cita impiannya bisa kuliah di negeri orang dengan gratis.     Sisanya, beberapa berusaha istiqamah

Nyaris Sekali

    Pernahkah kalian merasa bahwa andai kalian tetap bersama seorang teman yang kini sudah sukses? Andai ketika dia sedang merintis jalannya, kita berada disisinya untuk ikut merintis jalan kesuksesan yang sama? Andai saat itu kita tidak menyerah ikut juga merintis jalan bersamanya atau tidak mempedulikan kepentingan lain dan hanya fokus pada jalan yang sedang dirintis itu? Atau entahlah, mungkin saja seandainya kita tau bahwa jalan yang sedang dirintis itu akan menghasilkan kesuksesan? Ya... Banyak sekali andai-andai yang mungkin seandainya..     Sekarang sadarlah!! Berandai-andai adalah kegiatan paling sia-sia yang harus kita buang jauh-jauh. Waktu kita lebih berharga dari pada harus membuat andai-andai yang tidak akan pernah ada ujungnya. Lupakan semua andai-andai dan kembalilah ke dunia nyata. Kemudian sabar dan ikhlaskan semuanya. Karena kita tidak boleh lupa segala yang terjadi dalam hidup kita sudah ditakdirkan dan tidak pernah luput dari penglihatan Nya.     Kita boleh saj

Kepasrahan

    Titik akhir dari seorang hamba kepada Sang Penciptanya adalah kepasrahan. Hakikatnya kepasrahan mungkin suatu kata yang menggambarkan perilaku tidak berdaya. Namun dalam konteks ini, kepasrahan adalah pilihan. Pilihan untuk menjadi tidak berdaya dihadapan Nya. Tentu saja ini bukan perkara duniawi.     Saat kita, manusia, memilih untuk berpasrah maka dengan kata lain, segala bentuk takdir yang harus diterimanya akan diterima dengan sangat lapang dada. Meskipun sulit jika dipikirkan dalam logika. Memang tidak pernah ada logika dalam kepasrahan. Seperti kita pernah menyukai sesuatu tanpa alasan. Sebenarnya itu bukan tanpa alasan, hanya saja sesuatu yang membuat kita suka itu berjalan amat pelan dan alamiah.     Demikian juga dengan kepasrahan. Mana kala Tuhan berkehendak maka apakah daya kita. Namun kita selalu punya pilihan, dan salah satunya adalah kepasrahan. Senangnya, ketika kita mengetahui bahwa kepasrahan akan membuat hidup lebih tentram dan damai. Bukan kah Islam adalah agam

Seperti Dua Kepribadian

    Hari ini, aku akan berkisah tentang diriku, seperti biasa, keanehan atau kejanggalan yang sedang aku rasakan. Pagi hari ini berlalu sama dengan hari kemarin. Namun, siang hari ini agaknya berbeda. Entah kenapa aku terkurung dalam sisi jiwaku yang pemalu.     Ya aku seorang yang pemalu. Terkadang sisi itu sering kali muncul dan membuatku minder. Aku merasa malu sekali jika harus berhadapan dengan orang lain atau melakukan sesuatu yang bukan karena aku harus melakukannya (read: disuruh/diminta). Entahlah, sampai saat ini aku masih belum bisa mengalahkannya ketika sisi ini muncul.     Kemudian, sisi lainnya dalam diriku adalah sisi dimana aku menjadi pribadi yang sangat pemberani. Bahkan terhadap hal apapun yang orang lain tidak berani melakukannya, aku berani melakukannya. Pokoknya sangat berani. Ketika sisi diriku ini yang muncul, aku akan menjadi sosok hebat yang bisa menjadi siapa saja. Tidak segan dan tidak takut melakukan apapun yang aku sukai.     Kepribadian yang sangat

Ceritanya Baper

    Hari ini menggabut parah di kantor. Enak sih. Tapi saking enaknya jadi bener-bener enggak menghasilkan sekali. Parah banget. Kalau boleh ada pembelaan, ya anggap saja ini istirahat disela-sela hari-hari kemarin yang menyibukan. Hehe... Walaupun begitu, aku tau sih hari ini aku sudah sangat berdosa sekali menyia-nyiakan waktu singkat yang berharga ini.     Tentu saja, aku tidak mau termasuk dalam orang yang merugi. Bagaimanapun, hari ini harus tetap menghasilkan sesuatu. Ya setidaknya tulisan sederhana ini. Tulisan sederhana dari sebuah kebaperan setelah melewati berjam-jam menggabut di kantor.     Karena anak bos sedang sakit, maka terjadilah hari gabut ini. Si bos harus menjaga anak nya di rumah sakit. Memang surga dunia jika di kantor tidak ada bos. Ditambah lagi adanya WiFi mendukung sekali untuk bersenang-senang.     Entah bagaimana ceritanya aku terjebak menonton vlog salah satu pemuda berpengaruh di Indonesia. Kalau ditanya mengenai followersnya, mungkin tidak terhitung. M

Diam Bukan Mati

    Pasti kita sudah sering mendengar peribahasa air beriak tanda tak dalam air tenang mematikan. Entah kenapa hari ini aku memikirkan sesuatu tentang peribahasa itu. Mungkinkah peribahasa itu sedang diaplikasikan oleh generasiku saat ini. Sedikit info aku adalah generasi Y. Beberapa artikel memang sedang hangat membicarakan perilaku generasi Y. Bahkan beberapa ada yang sangat menggambarkan sekali tentang kami.     Kembali lagi kepada peribahasa itu. Mungkin aku kurang banyak informasi atau kurang update dalam pergaulan. Aku bisa dibilang cukup antisosial terhadap beberapa hal yang tidak penting. Namun, aku cukup sensitif menilai beberapa keresahan-keresahan yang ada di sekitarku. Beberapa yang menurutku penting, akan aku coba jabarkan.     Banyak dari generasiku sudah mulai bermetamorfosa menjadi kebanggaan bangsa, memang belum cukup kuat untuk bersaing dengan para tetua-tetua di negeri ini. Namun, mereka yang benar-benar peduli memang lebih memilih jalan yang penuh kesunyian. Se

Negeriku

    Kemarin saat menghadiri suatu seminar hasil penelitian salah satu lembaga yang fokus pergerakannya pada kebijakan di daerah, aku tersadar akan suatu hal. Saat itu, aku dan teman sekantorku berkesempatan menggantikan ketua lembaga kami. Aku senang juga karena bisa memperoleh informasi baru. Tentu saja, undangan yang datang bukan sembarang orang. Mereka ahli dan sudah banyak pengalaman berkecimpung dalam bidang ini. Lagi-lagi aku merasa kecil sekali. Namun, aku harus banyak menyerap informasi dari sini.     Singkatnya dalam seminar tersebut menyebutkan bahwa dari 3 Kabupaten yang menjadi tempat penelitian ditemukan produk unggulan yaitu Kakao. Sedikit info tentang Kakao (biji coklat). Selama ini Indonesia masih belum bisa mengolah Kakao menjadi produk jadi. Indonesia baru cukup handal mengekspor biji coklatnya. Selain itu, Indonesia masih belum mampu juga memenuhi kebutuhan dunia. Petani Kakao umumnya, membiarkan saja pohon kakao tumbuh sendiri, tanpa ada perawatan intensif. Seper