Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Merasa Konyol

Siang ini, tumben sekali segala pekerjaan sudah selesai aku lakukan. Santai. Justru membuatku bingung harus bagaimana. Lalu jurus jitunya adalah membuka media sosial. Siapa tahu mendapat inspirasi menulis atau ada info menarik lainnya. Memang medsos tidak akan pernah sepi. Setiap saat akan muncul status-status baru dari yang lucunya minta ampun sampai yang obrolannya berat tingkat dewa. Rasanya membaca tulisan itu, membuat kita paham bagaimana karakter orang yang menulisnya. Walaupun lebih ahli mereka yang memang fokus bergelut pada bidang tersebut. Iya, anggaplah ini kesoktahuan anak yang lagi gak ada kerjaan. Satu demi satu, aku susuri kabar berita ter-update dari teman-teman medsosku. Lumayan untuk menghilangkan sedikit rasa lapar yang mulai menjalar. Maklum, baru beberapa hari puasa di bulan Ramadhan, masih keinget kebiasaan lalu. Sampai pada status seseorang yang nge-share video dengan caption 'Oksigen mana oksigen'. Itu mengundang tanya apalagi bagi orang yan

Diskusi Hati

Aku kira, kita sama-sama tau bahwa ada obrolan tidak kasat mata yang dilakukan oleh kedua hati kita. Walaupun ucapanku dan ucapanmu tidak menyinggung perkara itu, aku pikir hati kita telah sepakat pada sebuah kata bersama. Lantaran seringnya kita mengerti dari isyarat yang tidak terucap. Atau mendukung tanpa banyak bicara tentang perdebatan. Karena rasanya dalam diam kita paham hati kita tidak pernah berhenti berdiskusi. Dalam salah juga bukan teguran yang saling kita beri. Namun perenungan untuk memperbaiki dan tak mengulanginya lagi. Sampai kita sadar sendiri, jauhnya mata tak lagi berarti selama hati ini sudah terpatri. Aku yakin, bahasa ini hanya kamu yang mengerti. Pada kisah berdikari. Mereka hanya paham kita tak mungkin saling mengisi. Bahkan sesekali kitapun menanyakannya dalam hati. Mungkinkah kita? Sampai di tahap kesadaran untuk tidak berhenti pada kata mengerti tapi juga menerima dengan lapang hati. Bahwa memeluk yang tidak sempurna adalah keniscayaan paling hakiki.

Bisakah?

Kesukaan terhadap sesuatu memang bukan jaminan untuk mampu menjadi hebat pada sesuatu itu. Banyak faktor yang mempengaruhi. Dan banyak hal yang patut diuji. Seperti pernyataan tentang keimanan yang belum layak dikukuhkan sebelum terang ketahanan terhadap ujian dan cobaan. Pun begitu padaku. Kesukaanku pada menulis tidak pelak membuatku menjadi penulis. Katanya bermimpi memang mudah tetapi mewujudkannya secara sadar bukan seperti membalikan telapak tangan. Mimpiku memang menjadi penulis. Aah... tidak cukup istimewa memang, mengingat ada jutaan manusia yang bermimpi sama sepertiku. Namun, sejauh ini aku percaya bahwa setiap manusia telah memiliki bakat istimewa yang berbeda dengan yang lain. Hanya beberapa beruntung menemukannya dengan cuma-cuma. Lalu sisanya berjuang mati-matian. Dan sisanya itu berkali-kali lipat dari yang beruntung. Mungkin kebetulan, aku termasuk berada di sisanya. Bagus aku tidak sesensitif itu untuk peduli apa kata orang. Selama niat dan tujuanku da

Jawaban

Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui". (QS. Yunus: 89) Tengah malam itu aku terbangun. Kembali aku ingat pada banyak kabar di hari itu. Bukan kabar buruk. Bukan juga kabar baik. Namun, kabar itu berarti aku harus berhenti berharap pada satu hal. Tetapi tidak apa-apa, toh hidup akan tetap berjalan. Kehilangan satu pengharapan bukan lantas menyurutkan harapan lain yang lebih besar. Mungkin pengharapan itu bukanlah pengharapan terbaik dalam hidupku. Ya, berpikir positif itu perlu. Titik. Meskipun berusaha keras untuk menghilangkan pikiran negatif yang menggaung di kepala. Untuk beberapa saat aku kalah. Memilih kecewa itu datang, merayap dan masuk dalam setiap persendianku. Akhirnya aku sendirilah yang harus memeluk erat kecewa itu. Bagaimanapun manusia tidak ditakdirkan untuk tidak berperasaan. Ja

Kepergian

Ketika kata 'Kepergian' terucap maka yang terbayang adalah kilas kenangan-kenangan. Kilas wajah, tawa, senyum, cara berjalan dan tingkah perilakumu setiap kita bersama. Semua tidak tergantikan. "Kawan," katamu sambil menjabat tanganku. Itulah awal kebersamaan kita. Aku terbaring lemah di kamar kosan. Setelah seharian menangisi kepergianmu yang sungguh mendadak. Bukan sakit, kecelakaan atau hal wajar lain yang merenggut jiwa dari tubuh mungilmu, melainkan inilah yang dinamakan ketetapan takdir sebenarnya. Kamu hanyut dilahap ombak.  "Kamu bahkan hanya pamit untuk bersenang-senang dengan keluargamu. Namun, justru kabar kepergianmu selamanya yang aku terima. Kemana akan bermuara impian kita untuk menaklukan dunia?" Ratapku di atas nisanmu. Kembali wajah riangmu hadir di langit-langit kamarku. "Apakah orang baik selalu pergi secepat ini?" Bisikku dalam hati. Saat lelah itu nyaris membuatku tidak sadarkan diri, aku merasa dia datang l

Cahaya Berbeda

Bagaimana Tuhan bisa begitu baik? Mengirimkan kalian yang tidak pernah terlintas dalam pikiran. Bukan malah tidak peduli, aku justru berpaling lalu mengamati. Kalian memiliki cahaya unik masing-masing yang berbeda. Meskipun belum membuat terpana dunia. Namun itu cukup memberikan terang pada jalanku. Tidak seperti cahaya di ujung jalan yang selalu ingin aku tuju. Cahaya kalian teramat menentramkan. Hampir pasti, dikelilingi cahaya unik kalian adalah kebahagiaan sederhana lainnya dari hidup. Memang selain membaca cahaya alam, cahaya kalian berhak untuk dibaca. Setiap pasang mata kalian berbicara. Memancarkan warna lain yang tidak aku punya. Sungguh kawan, kalian begitu bercahaya. Bukan cahaya yang sama yang dimiliki lilin hingga obor, lampu tidur hingga lampu jalan, atau benda-benda di langit. Cahaya kalian menyala tepat di kedua bola mata. Tepat ketika papasan mata kita bertemu. Di sana pula aku menemukan cahaya itu.

20 Mei 2017

Apa yang aku catat pada hari ini? Tanda apa yang aku letakan pada hari ini? Sungguh aku hanya bisa berencana dan mengusahakannya semampuku. Jika apa yang aku catat dan aku letakan padanya belum mampu terlaksana, semoga ikhlas dan lapang hatiku. Mungkin belum cukup usaha dan doaku. Mungkin belum pantas bagiku untuk mendapatkannya. Toh, besok lusa masih ada banyak lagi kesempatan. Iya, besok lusa bisa jadi aku lebih siap mendapatkannya. Tentu besok lusa, selama aku berusaha terus menjadi baik tidak ada yang tidak mungkin untuk terjadi. Yang terpenting adalah tidak pernah menyerah. Jangan berhenti berharap. Walaupun kekecewaan tidak menampik untuk datang, tetapi menatap ke depan dan terus melanjutkan doa dan usaha lebih baik untuk diperhatikan. Karena yang terencana belum tentu yang terealisasi. Karena yang dibenci belum tentu yang tidak baik. Karena yang disukai belum tentu yang terbaik. Karena fakir, egois dan bodoh maka biarlah yang menentukan adalah yang paling be

Teruji

Setiap mimpi akan mempunyai tantangan yang berusaha mematahkan (Cinta 2 Kodi, Asma Nadia). Begitulah memang Tuhan membuat kita merasakan kesulitan untuk tahu betapa manis perjuangan dan sebuah keberhasilan. Pun ketika kita menganggap bahwa keberhasilan sudah menjadi milik kita, bukan berarti selesai karena perjuangan sebenarnya baru akan dimulai. Akan begitu seterusnya. Hingga kesadaran bahwa yang abadi adalah mempersiapkan mati dengan sebaik-baik dan seindah-indahnya amal yang tersembunyi dan mengalir dalam diam seperti angin. Bersama sabar memegakan hati, semoga lapang mempermudah hilangnya marah. Bersama ikhlas menyucikan jiwa, semoga tentram langkah kaki. Agar telinga sedikit tuli pada yang nyiyir dan mencaci. Agar mata agak buta terhadap picingan dan pelototan pandangan yang menghina. Nanti juga pada akhirnya yang tetap bersama adalah yang sungguh teruji. Berkorban pada mimpi yang sama tanpa pamrih kata pengakuan.

Karena Yang Sempurna Itu Cerita

Benar bahwa manusia hanya mampu berencana dan berusaha mewujudkan rencana tersebut. Benar bahwa manusia tidak memiliki kuasa atas masa depan walaupun hanya sedetik. Benar bahwa manusia tiada punya daya kecuali berharap, berpositif dan berdoa. Kita akan berkali-kali jatuh. Berkali-kali merangkak. Berkali-kali terguling. Bahkan berulang kali harus berhenti. Diam. Memandang lagi telah banyak hal yang sudah dilakukan. Melihat lagi bahwa sudah panjang perjalanan ini. Lalu apa? Tentu yang sempurna itu hanya ada di cerita. Tidak perlu cemas karena kesempurnaan hidup yang sesungguhnya adalah cedera bagi cerita. Untuk itulah cerita selalu asik dibaca, dihayati dan dinikmati sesekali saja. Sebatas membantu dalam memeluk hidup yang sesungguhnya. Bukan sebagai teori yang prakteknya harus sesuai. Jadi buatlah cerita yang cedera dari hidup yang sempurna. Karena rasa hidup lebih nano-nano dari cerita. Segala rasanya jauh lebih seru karena tidak ada yang pernah mampu memprediksi hati siapa

Karena Marah

Travelling memang selalu membawa cerita dan pengalaman baru. Bukan hanya dari destinasi yang dituju tetapi juga dari partner travelling kita. Belum lama ini aku dan seorang temanku melalukan travelling ke tempat yang bagi kami bagai hutan belantara. Perjalanan yang berlangsung selama 4 hari 3 malam. Bingung, lelah, takjub dan segala perasaan manusiawi pastilah berlalu-lalang tanpa henti. Puncaknya, pada malam terakhir, keegoisanku untuk bisa mengunjungi semua tempat tujuan kami, membuatku marah ketika temanku meminta untuk kembali ke homestay. Marahku memang tidak terucap dari kata-kata keras dan kasar. Aku marah dengan memilih diam dan berjalan lebih cepat darinya. Aku tidak peduli dengannya. Bahkan tiba di homestay aku masih diam seribu bahasa dan memilih segera tidur sambil memasang earphone di telinga. Beberapa saat kemudian amarahku mereda. Aku lihat temanku sudah tertidur pulas di tempat tidurnya. Melihat wajahnya, aku menyesal telah marah dan begitu egois. Aku sehar

Ruang Sahabat

Sahabat! Ketika lelah memelukmu erat balas saja dengan bisikan lillah. Karena apa-apa yang terjadi tidak akan pernah sia-sia di mata-Nya. Atau saat ketidakmampuan pada rasa bukan siapa-siapa yang bertamu, sambut saja dengan senyum keikhlasan. Karena pemilik yang pasti hanya kepada-Nya. Aku tentu tidak paham! Bagaimana Tuhan merancang hidupmu? Untuk apa ini dan itu terjadi padamu. Selain dari persepsi cerita yang telah kamu lalui. Mungkin sebatas mencoba mengerti yang bisa aku pahami. Selebihnya saran basa-basiku hanya agar kamu tetap sabar dan istiqamah. Terdengar klise. Pasti. Namun, dengan ini setidaknya aku menahanmu untuk tidak terburu-buru termasuk pada mereka yang tidak cukup bersyukur. Jadilah berandai! Berharap bukan pada manusia. Yakin dan melangkah pasti dengan melibatkan Sang Pemilik. Tidak ada yang akan luput dari-Nya. Berandai untuk kondisi dan situasi masa depan yang positif karena kekuatan itu akan datang mengubah mesta dalam kacamata kita. Segalanya mungk

Yang Hilang Itu

Keramaian ini sungguh membuatku gugup. Bahkan nyaris takut. Aku pun tidak ingin melumat mentah-mentah tanpa pertimbangan matang. Terutama setelah aku sadar terlalu banyak sihir pada golongan mereka atau mereka yang lain. Meskipun naif jika harus berpura-pura tidak paham kondisi dan situasi. Semua baik-baik saja. Walaupun beberapa kali aku merasakan gesekan antara golongan itu. Bahkan percikan bunga api sesekali muncul akibat gesekan itu. Namun seperti tidak terjadi apa-apa. Gesekan itu dianggap angin lalu dilupakan sepersekian detik setelah terjadi. Dan tokoh yang terlibat akhirnya menyimpan luka yang tak dianggap dari golongannya maupun golongan yang lain. Entah bagaimana gesekan itu semakin sering terjadi. Sampai pada akhirnya... Malam ke-27, di bawah seribu bintang langit bercahaya. Tepat ketika triliunan malaikat turun membawa kabar berita bagi mereka yang didapati sedang taat kepada Sang Pencipta. Tengah malam itu keributan terjadi. Awalnya barisan karangan bunga berj

Keinginan Terdekat Dari 27 Keinginan

Hidup tanpa impian? Aah... tidak pernah terbayangkan olehku. Mungkin rasanya seperti zombie yang hidup tetapi tidak nyata merasakan hidup. Bisa jadi juga bagai layang-layang putus yang terbang terombang-ambing oleh hempasan angin. Pastilah tidak menyenangkan. Bahkan hidup sebagai pengikut saja teramat melelahkan. Maka dari itu, entah sejak kapan, aku rasa impian adalah semangat untuk bangun di esok pagi. Impian akan berlanjut pada keinginan dan hasrat yang merengek untuk dituruti. Iya bagai anak kecil menangis ketika melihat balon atau sekotak besar ice cream coklat. Tentu sedikit elegan ketika kita sudah cukup besar untuk hanya menangis dalam diam. Jika ditanya lagi tentang keinginan terdekat yang ingin terwujud. Aku akan menjawab dengan 27 keinginan. Banyak sekali! Biarlah toh selama tidak mengganggu ketentraman hidup orang lain sah-sah saja bukan. Lagi pula, tidak ada peraturan yang memenjarakan orang yang memiliki banyak keinginan. Meskipun kapasitas diri bisa saja tak sanggu

Kehilangan Itu

Berkali-kali aku mencoba untuk mengerti apa itu kehilangan. Berkali-kali aku gagal. Sungguh aku tidak pernah benar-benar paham bagaimana kehilangan harus didefinisikan. Atau bagaimana kehilangan harus dideskripsikan. Meskipun kehilangan telah lama menjadi bagian dari hidup. Aku tetap tidak juga ahli menghadapinya. Ketika kehilangan datang kembali, aku pun harus terjungkir, jatuh, terpuruk, lemah dan hal tidak menyenangkan lain. Lagi. Mungkin saat itu aku hanya berharap waktu berhenti atau terulang kembali. Sementara aku juga tidak berdaya terhadapnya. Kehilangan bisa jadi seperti monster yang terus menghantui. Jika bukan aku yang ditinggal pergi, maka itu artinya aku yang meninggalkan pergi. Percayalah, kehilangan pastilah terjadi. Hanya saja bentuknya tidak pernah pasti. Kadang sakitnya menyeruak di hati. Sering kali justru meninggalkan sepi dan kenangan tiada henti. Bahkan kehilangan mengubah diri jadi tidak peduli karena terlalu perih dan egois terjadi tanpa permisi. Begitul

Seminggu Ini

Bagaimana cinta ditemukan? Jawabannya tidak ada yang akan pernah menemukannya. Karena cinta tidak pernah ditemukan. Cinta dirasakan. Bahkan dibuang dan disia-siakan. Cinta tidak butuh kita untuk menemukannya. Cintalah yang datang dengan sendirinya. Karena hakikatnya kitapun dicipta berkat cinta. Dan pada hakikatnya manusia adalah pemilik cinta. Bahkan tidak ada manusia keji lagi kejam. Teramat banyak bukti bahwa dari setiap manusia merupakan mereka yang baik hati lagi pemilik cinta sejati. Kitalah yang terlalu sering menempatkan manusia pada kotak-kotak hitam dan putih. Kitalah juga yang selalu mendramatisir tokoh dan kejadian hingga hitam menjadi lebih gelap dan putih yang teramat suci. Bagai hidup ini penuh benturan. Apakah salah dengan itu? Bahkan kapanpun kita berjalan senggolan dengan pejalan lain pasti terjadi. Namun benturan ini mengapa harus disikapi negatif. Bisa jadi Tuhan sengaja membuatnya agar kita saling mengenal. Atau bisa jadi ketika senggolan terjadi Tuhan ingin ki

Jadi Manusia

Seperti seorang pembaca yang tidak sabar menanti akhir dari sebuah buku yang sedang dibaca. Meskipun baru membaca beberapa bab awal dari buku tersebut, tetapi langsung berlari pada bab akhir untuk tau apakah berakhir bahagia atau tidak. Di sisi lain, penulis justru hanyut dan betah berlama-lama merangkai kata untuk menambahkan perasaan dari setiap kata yang mewakili ceritanya. Godaan. Seperti manusia yang selalu penasaran akan kejadian esok hari atau atas akibat dari keputusannya. Meskipun misteri itu justru keasikan yang menjadikan segalanya adil pada akhirnya. Sementara Tuhan telah dengan tegas membuatnya menjadi rahasia yang melebihi rahasia. Pun masih saja beberapa menggunakan cara untuk mencuri dengar rahasia tersebut. Tergoda. Seperti hidup yang jarang disyukuri, melainkan keinginan yang tidak pernah puas diucapkan mulut ini. Meskipun udara, tanah, air dan jagat raya terbilang gratis. Hampir tidak banyak manusia pandai menjaga dan memeliharanya. Malah terlena justru pada s

Serangan Hati

Karena terlalu lembut hatinya, wanita mudah tergoda dan tertipu. Kebaikan sedikit saja akan dibalas berkali lipat. Itulah karena wanita sangat mudah terenyuh. Terlalu banyak pintu dan jalan untuk masuk menjadi bagian terpenting dari wanita. Semuanya karena wanita paham bagaimana hati bereaksi. Kamu baik, perhatian, humoris dan ditambah mapan serta berwajah tampan, tentu tidak akan sulit menaklukan wanita mana saja yang kamu sukai. Sementara wanita tak cukup kuat untuk menjadi penakluk. Hampir tak hebat menguasai hati. Karena bagaimanapun kalian, para lelaki, hanya berpikir secara logika. Bahkan terkadang justru cenderung oportunis. Maka lebih baik mencegah dari pada terlanjur menjatuhkan hati. Karena jika tak berbalas, yang tersisa hanya sesak di hati. Dan lebih baik menunggu pada hati yang telah terlebih dahulu menjatuhkan hatinya. Karena lelaki punya lebih banyak serangan untuk hati. Lalu wanita akan membuka hati dengan kelembutan hati.

Akhir dan Awal

Ikhlaskanlah! Maka semoga Allah menggantikan yang lebih baik. Rencana ini memang sering kali butuh revisi. Bukan mengganti isi tetapi membuatnya lebih baik. Jika hati menjadi patah dan kecewa karenanya biarkan Allah memberi penawar dan apa yang tidak bisa menjadi urusan kita. Pun ketika terlalu sesak untuk diandaikan maka biarkan Allah membuatnya ringan dalam ke lapangan. Yakin dan berbaik sangkalah selalu. Karena kehendak-Nya selalu jadi pelangi setelah hujan lebat. Karena kehendak-Nya beriringan dengan penyembahan yang sempurna. Terkadang hari ini bisa menjadi akhir sebuah cerita. Namun saat besok ditakdirkan datang, berarti awal memulai cerita yang baru. Setidaknya kita tahu bahwa tidak ada lagi pengharapan pada jalan yang salah. Sehingga hati tak terluka lebih parah. Kala aku bisa ucapkan seribu kata. Akupun hanya akan memilih satu kata ini. Alhamdulillah. Akhir selalu menjadi awal yang akan memberi banyak pembelajaran dan pendewasaan.

Aku dan Takut

Jika di pagi hari aku terjaga. Aku punya satu ketakutan yang kian hari makin menjadi. Ketakutan itu adalah ditinggal oleh dia. Dia yang terkasih. Dia yang pertama kali tahu bahwa akan ada aku di rahimnya. Dia yang selalu menjadi orang pertama dalam setiap sejarah peradaban hidupku. Bagaimana aku harus bersikap ketika aku temukan tubuhnya dingin membisu? Bagaimana caranya aku melanjutkan hidup ketika tidak akan ada lagi dekapan hangat dari tubuhnya, atau kecupan disetiap awal langkah perjuanganku, atau bahu kuatnya yang mampu aku sandarkan segala penderitaan dan kesedihan hidup? Andai aku bisa mengulang waktu agar dia tetap muda dan membiarkan waktu berlalu bagiku untuk terus dewasa dan mengerti setiap tetes perjuangannya. Aku bahkan belum sempat memberikan dunia padanya. Meskipun aku tahu tidak ada satupun dunia yang sanggup aku genggam tanpa doanya. Ketika itu harus terjadi, akankah aku mampu bertahan? Aku akan rela menukar bahagia masa mudaku untuk menjaga dan merawatnya

Lewat Kata

Lewat kata Semburat pelangi tak begitu indah Kelam pekat terbayar busuk bau sampah Sama seperti mulut para penguasa Jangan ada yang bicara Karena berujung jeruji nantinya Demonstrasi dikata protes Perkumpulan disambut pembubaran Sedang apa? Katakan saja mati Jika hidup tak sebebas merpati Maka kita buat saja dunia mimpi Hingga kata Tak bisa lagi berdikari Sembari menunggu sepi Mari kita baca kalam Ilahi Semoga doa memasung mereka yang keji

Layang-Layang Biru

Guntur menyambar beberapa pohon besar di areal persawahan paling ujung bawah dari Sulawesi Tenggara. Seluruh warga menutup rapat-rapat jendela dan pintu. Berlindung di antara selimut. Saling mengapit antara anggota keluarga. Mengelilingi perapian karena listrik sudah padam sejak adanya pemberitahuan akan ada badai. Perasaan getir hinggap di jiwa para orang tua. Gusar pada badai yang kian mengerikan. Beberapa kali jendela dan pintu tertampar berbagai benda yang terombang-ambing angin. Beberapa kali jerit tangis bocah terdengar sedetik setelah pecahnya bunyi petir yang menggelegar. "Ayah, kapan badai akan berhenti? Lulu takut," gemetar suara bocah berusia 6 tahun ini sambil mendekap Rudi yang berada di sampingnya. "Sebentar lagi, sayang. Bagaimana kalau Ayah ceritakan kisah yang kamu sukai?" "Layang-Layang Biru! Lulu suka layang-layang biru!" Jawab Lulu senang. "Baiklah, Ayah ceritakan lagi kisah Layang-layang Biru. Dahulu di desa k

Atas Nama Malu

Tua sama dengan banyak pengalaman Muda sama dengan tempat salah Masih ada? Sepertinya hal tersebut abadi di negaraku Banyak pengalaman bisa jadi tak pandai berinovasi Tempat salah bisa jadi benar pada jalur berbeda suatu hari Tapi tembok birokrasi? Kokoh selama harta dan kekuasaan jadi pondasi Dimana dedikasi, integritas, komitmen dan kompetensi Jika semua dipandang dengan kacamata kuda Sementara benih hijau siap tumbuh kapanpun Pemain lama tak rela hilang permainan Berdalih karena malu Menuntut belas kasih dan segepok amplop coklat Atas nama malu? Bukankah itu penghancuran rasionalitas Yang akhirnya hilang bersama senja

April

"Aku tidak akan kalah dengan September. Yang selalu digadang sebagai bulan ceria." April bergegas. Mencampur cairan kuning dan merah. "Ramuan ini akan membuat kalian ceria sekaligus menantang. Aku tambahkan sedikit campuran biru agar kalian terkenang padaku selamanya," senyum April dengan tabung cairan coklat yang merupakan percampuran ketiga warna tersebut di tangan. Sejurus kemudian, April mengemas tabung tersebut. Bibirnya tidak pernah terlepas dari senyum kepuasan dan angannya tidak pernah berhenti memprediksi hasil mega karya teranyar. April yakin tahun ini adalah dia yang paling mencetak sejarah. Bukan lagi Agustus, September atau Desember. Bahkan beberapa warna merah sudah tersemat cantik merayu para petualang. "April, apakah kamu sudah siap?" Tanya ketua Tahun 2017. "Tentu! Ini pasti akan berhasil. Bimbimbap!" Dengan penuh keyakinan April menuang seluruh cairan coklat tanpa sisa ke dalam wadah berbentuk setengah lingkaran bert