Aku dan Takut

Jika di pagi hari aku terjaga. Aku punya satu ketakutan yang kian hari makin menjadi. Ketakutan itu adalah ditinggal oleh dia. Dia yang terkasih. Dia yang pertama kali tahu bahwa akan ada aku di rahimnya. Dia yang selalu menjadi orang pertama dalam setiap sejarah peradaban hidupku.

Bagaimana aku harus bersikap ketika aku temukan tubuhnya dingin membisu? Bagaimana caranya aku melanjutkan hidup ketika tidak akan ada lagi dekapan hangat dari tubuhnya, atau kecupan disetiap awal langkah perjuanganku, atau bahu kuatnya yang mampu aku sandarkan segala penderitaan dan kesedihan hidup?

Andai aku bisa mengulang waktu agar dia tetap muda dan membiarkan waktu berlalu bagiku untuk terus dewasa dan mengerti setiap tetes perjuangannya. Aku bahkan belum sempat memberikan dunia padanya. Meskipun aku tahu tidak ada satupun dunia yang sanggup aku genggam tanpa doanya. Ketika itu harus terjadi, akankah aku mampu bertahan?

Aku akan rela menukar bahagia masa mudaku untuk menjaga dan merawatnya. Bahkan ketika setengah hatiku berontak untuk bisa mengepakan sayap pergi jauh melihat keelokan dunia, aku akan sigap mematahkan sayap-sayap itu. Mengunci rapat setiap godaan angin yang datang membawa kabar betapa menakjubkannya dunia. Atau mengubur dalam kenangan tentang cantiknya sunset atau memesonanya padang pasir untuk dibangkitkan kembali.

Jika di pagi hari aku terjaga. Aku masih menyimpan satu ketakutan itu. Aku tidak akan membuang waktu lagi. Andai hal itu terjadi, setidaknya aku sudah berusaha memberi yang terbaik. Memberi pelukan hangat, kecupan dan bahu untuknya berkeluh kesah. Setidaknya aku tahu ketika hari itu menjadi akhir, aku siap di sisinya tanpa sesal.

Aku dan ketakutanku di pagi hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran