Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Muda

Yang muda katanya. Masih muda itu energinya banyak. Sepakat. Masih muda itu idenya liar. Setuju. Masih muda itu idealismenya tinggi. Diantaranya. Masih muda itu gak suka pikir panjang. Boleh juga. Masih muda itu gaya nomor satu. Astaga. Masih muda itu gak berani ngambil resiko. Tidak. Katanya muda, tapi energinya disimpen di ruangan ber-AC. Katanya muda, tapi idenya kok cuma jadi gertak sambel. Katanya muda, tapi satu tambah satu kenapa selalu jadi dua. Katanya muda, tapi jatuh sekali udah gak mau ngelakuin lagi. Yang muda selalu punya cara. Yang muda pantang berhenti sebelum sukses. Yang muda sukanya cari temen bukan musuh. Yang muda bikin target bukan jalani saja. Karena yang muda hanya sekali. Karena yang muda datangnya ditunggu. Karena yang muda bagian terpenting dalam hidup. Karena yang muda paling banyak meninggalkan jejak.

Temaram

Perjalanan ini selalu menuntunku bertemu dan berpisah dengan seseorang. Perjalanan ini membuatku menyukai lalu jatuh cinta dan merasakan kenyamanan pada seseorang lalu terhempas karena kepergiannya. Perjalanan ini selalu memberikan makna dalam pada hati yang tergoreskan luka lalu tidak bisa kembali utuh karena bekasnya yang tidak pernah benar-benar menghilang. Perjalanan ini selalu tentang dua titik dan berjalan seperti titik itu membuat kita lupa. Dalam takdir perjalanan ini, aku tahu kepergian dan pertemuanku denganmu, dengan kalian adalah salah satu yang terbaik. Sejujurnya aku ingin terus bersama kalian secaara utuh. Tetapi tidak bisa, hidup tidak pernah sesuai kehendak pribadi. Tidak pernah. Perjalananku selalu tentang kamu yang mengiringiku berjalan, bukan tentang aku yang tak pernah bisa apa-apa. Karena kamu memberiku, mengisiiku dan mempengaruhiku menjalani hidupku. Tidak pernah aku sekuat itu jika tanpa dirimu. Perjalanan ini memang bukan tentangku. Sama ketika ak

Merapi

Jika cintaku bisa digambarkan mungkin seperti merapi. Diam. Kokoh. Bergejolak mengkhawatirkan. Lalu meledak memilukan. Namun, menyuburkan kemudian. Lalu cintamu tak pernah sekuat itu mendaki hingga ke puncaknya. Puncak dimana aku simpan panorama paling menyenangkan dan menyejukan mata. Itu aku simpan untuk yang benar-bener berjuang melangkahkan kakinya sampai di puncakku. Lihat bagaimana aku memberikan hal teristimewa untukmu yang tetap melangkah. Belum lagi hadiah dari Tuhan yang jauh lebih menakjubkan dari panorama yang diciptakan, yaitu sebuah perjalanan. Iya perjalanan dimana kamu letakan cerita suka, duka, lelah dan canda.

Tak Kuasa

Gambar
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/ "Api semangat di sanubarimu, meski kecil jangan pernah padamkan dia," kataku. Kamu masih tidak peduli dan tidak juga kunjung menghadapkan wajahmu ke arahku. "Aku harus apa? Untuk menghilangkan sakit hatimu pada dunia?" kataku lagi nyaris memohon. Kamu tetap tidak bergeming. Aku tahu kepalamu memang 'batu' tetapi aku yakin hatimu tidak. Aku percaya kamu yang tidak pernah terlihat peduli tetapi memikirkannya dalam hati. Aku ingin tetap berbicara. Membuatmu sadar bahwa kamu tidak pernah sendiri. Atau setidaknya membuat amarahmu meledak agar aku paham apa isi hatimu sebenarnya. "Aku tahu kamu pernah disakiti lalu terluka. Semua orang juga seperti itu, termasuk aku. Kamu hanya tidak tahu bagaimana orang-orang itu berusaha keras mengobati luka itu. Beberapa sembuh, beberapa tidak bisa bertahan, tetapi bekas luka itu tidak pernah hilang dan setiap orang selalu punya pilihan untuk itu. Termasuk aku yang

Kelabu

Masih sering kali aku berkeinginan atau hanya ikut-ikutan. Sesekali melihat si A hebat dengan hidupnya, melakukan serangkaian kegiatan seperti hidupnya. Lalu, lelah di pertengahan jalan. Begitulah jika hanya ikutan. Tidak tahu esensi di dalamnya. Hanya penasaran dan berakhir tanpa pelajaran. Ketika aku ingin menjadi sesuatu dengan kemauanku sendiri. Berjalan dengan pemikiranku sendiri. Ketika itu aku bahagia dalam kesulitan yang nikmat. Begitulah ingin. Aku ingin dan aku tidak mengikuti siapapun. Aku ingin. Mungkin bisa terinspirasi lalu mengikuti, tetapi tidak bisa membohongi diri sendiri. Bertahanlah dengan jujur pada diri sendiri. Bertahan dengan tidak mengikuti hidup orang lain yang terlihat lebih hebat dan mewah. Karena hanya akan bertahan sampai akhir.

Dinding

"Hempaskan! Agar rela hatimu melepasku!" "Aku terjatuh dan kamu yang pertama mengulurkan tangan dan menarikku bangkit. Aku terpelanting dan kamu yang membersihkan semua serpihan barangku yang tercecer. Aku terseok dan kamu yang mengangkatku sampai tujuan". "Bukan aku!" "Lalu siapa? Siapa?" "Tangan Tuhanmu!" "Hik...hik...hik.... Apa maksudmu?" "Demi Tuhanku dan Tuhanmu. Aku datang karena perintah Tuhanku yang juga Tuhanmu". "Bagaimana bisa?" "Dengan percaya. Sabar. Shalat. Ikhtiar". "Aku tidak bisa! Aku sudah mencela-Nya. Membuang jauh, ketidakmungkinan itu". "Begitulah cara Tuhan mencintai hamba-Nya".

Ketika Penaku Tak Mau Berhenti

Mata penaku masih belum ingin berhenti. Guratan setiap huruf menoreh putihnya kertas dalam buku harianku. Ada kekuatan maha dahsyat untuk terus melakukannya. Lagi. Lagi. Dan, lagi. Aku masih tidak ingin berhenti. Aku banyak menulis hari ini. Tumben sekali. Mungkin berkat suasana baru yang aku duduki. Atau kecemasan baru yang aku alami. Entahlah, tetapi aku bahagia menulis apapun itu. Aku di sini di tengah hutan kota bersama nyamuk menikmati hijaunya pemandangan. Dari sekian banyak kata yang aku tulis, hanya ada satu kata yang menarik mataku. Yakin. Sepertinya, itu menunjukan hal yang aku inginkan sekarang. Sebuah keyakinan. Sesuatu yang nyaris aku lupa meletakannya. Aku terlena pada kegigihanku. Pada usahaku yang selama ini membuahkan hasil, tetapi aku lupa sebenarnya semua itu bukanlah pencapaian diriku. Aku hanya berjalan di garis yang sudah tertakdirkan untukku. Sejauh ini. Sejauh ini. Semua tentu bimbingan dari-Nya. Keyakinan itu hilang entah tertinggal dimana. Dan, aku mem

Memerdekakan Hati

Pernah merasakan hari dimana rasanya pada hari itu takdirmu akan berganti? Atau rasanya hari itu merupakan penentuan satu bab kehidupan akan berganti? Dan, yang lebih mengerikannya kamu tidak tahu apa yang akan terjadi setelah hari itu, apa pernah? Aku pernah. Aku bahkan merasakan kelu dan linu di sekujur badanku. Rasanya ingin menghilang. Raib. Tidak terlihat tetapi melihat apa yang terjadi. Dan, aku sedang merasakannya lagi. Dulu, aku tidak pernah cemas dan khawatir karena aku percaya semua akan baik-baik saja. Tetapi kali ini tidak lagi. Hidupku mulai liar dan tidak ada kepastian tentang perkara a dan b. Semuanya berjalan tanpa prediksi. Semuanya mengalir sesuai pilihan dan keputusan yang diambil. Sebab akibat itu bermain. Karma itu berjalan. Dalam semua rasa carut marut ini. Cahaya di hatiku hanya berharap satu hal yaitu kelapangan. Selalu tentang kelapangan. Karena kelapangan memberi ikhlas, kekuatan dan semangat baru lagi untuk menerima yang lain. Aku ingin kelapangan unt

Ketika Hilangnya Sebuah Etika

Apa itu etika? Pentingkah? Etika atau perilaku moral itu penting. Sama pentingnya dengan kamu menjaga harga dirimu dan sama pentingnya ketika kamu memperlakukan orang lain. Bagaimana kamu ingin diperlakukan akan sama seperti bagaimana kamu memperlakukan orang lain. Sadar atau tidak semuanya seperti bercermin, apa yang kamu perlihatkan akan sama dengan apa yang akan kamu lihat. Dan sayangnya, apa yang kamu lihat nyatanya lebih menarik perhatianmu dari pada apa yang kamu perlihatkan. Pikirkan ini, saat kita dikatakan tidak beretika, kita selalu punya seribu alasan untuk menolak perkataan tersebut. Tapi kita hanya punya satu alasan untuk menerima perkataan tersebut, yaitu dengan 'intropeksi diri'. Kembali luruskan niat untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lagi dan lagi. Karena manusia tiada yang sempurna. Pun tiada bisa memuaskan standar etika semua orang. Salah, lupa sudah lumrahnya manusia. Dan siapapun berhak menegur dan ditegur atas semua itu. Lalu perca

Menjadi Hebat dengan Membantu Orang Lain Menjadi Hebat

Gambar
http://www.globaltv.co.id/ Aku tersentak pada kalimat yang diucapkan seseorang kepadaku. Ketika aku hanya iseng penasaran menanyakan pertanyaan konyol kenapa dia mau berlelah-lelah berkorban waktu, tenaga dan lainnya untuk keberlangsungan sebuah acara yang justru merepotkan bagiku. Lalu dengan wajah innocent  orang itu menjawab, "Aku terinspirasi pada orang hebat yang membuat orang lain lebih hebat dari dirinya". Aku tercengang, kehabisan kata. Masih adakah makhluk selugu ini di jaman yang semua orang berebut harta dan kekuasaan dan hanya segelintir orang gila yang mati-matian membela mereka yang tersisih. Dan, beruntungnya aku, salah satu dari orang gila itu ada bersamaku. Aku mengenalnya begitu dekat. Kami memang sempat terpisah cukup lama, karena tempat kuliah kami yang berbeda kota. Kemudian, kami dipertemukan kembali entah pembelajaran apa yang Allah ingin berikan kepadaku. Yang jelas aku bersyukur sekali dipertemukan lagi denganmu. Iya, kamu yang ternya

Resensi Buku Sarongge

Gambar
Judul: Sarongge Penulis: Tosca Santosa Genre: Thriller Tahun terbit: Cetakan pertama, September 2012 Penerbit: Dian Rakyat Buku Sarongge mempertautkan perjalanan hidup penulis dalam masa-masa penghijauan kembali wilayah hutan lindung Taman Nasional Gede Pangrango di sekitar Sarongge. Penulis yang merupakan seorang aktivis bawah tanah memang kerap terlibat dalam membela petani melawan pemerintah. Dan, di era reformasi begitu giat peduli pada masalah lingkungan. Penggunaan gaya bahasa yang sederhana, penulis menceritakan kisah yang begitu obyektif tentang lingkungan dan hubungannya dengan manusia. Setiap bab diberi judul nama-nama tumbuhan endemik Gunung Gede Pangrango, selain nama desa Sarongge. Setiap pembuka bab juga berisi informasi mengenai nama tumbuhan tersebut. Buku ini bukan hanya mencerdaskan dengan balutan segudang informasi tetapi juga pada keromantisan kisah cinta antara tokoh utama yaitu Karen dan Husin. Kedua tokoh merupakan aktivis lingkungan yang

Resensi Buku Kontroversi Imunisasi

Gambar
Judul: Kontroversi Imunisasi Penulis: Dr. Siti Aisyah Ismail, dkk Genre: Non-fiksi Kesehatan Tahun terbit: Cetakan kedua, Desember 2014 Penerbit: Pustaka Al-Kautsar Saat ini, di masa arus informasi begitu menggila. Akses keterbukaan informasi tanpa batas. Kita justru sering dihadapkan pada informasi yang sulit terverifikasi kebenarannya. Pun termasuk masalah imunisasi. Banyak informasi yang tidak jelas sumbernya menolak atau mendukung imunisasi tanpa dasar. Berbagai paradoks dalam masyarakat mencuat kian sengit. Terutama bagi kaum muslim, status halal dan haram imunisasi menjadi perdebatan yang tidak ada habisnya. PROKAMI (Perhimpunan Profesi Kesehatan Muslim Indonesia) atau dalam bahasa inggrisnya IMANI ( Islamic Medical Association and Network of Indonesia ), terpanggil untuk mengambil tanggung jawab dalam menyuguhkan informasi berupa fakta terkait imunisasi. Dan, juga dirasa perlu mengupas persoalan dan kontroversi yang beredar di masyarakat. Khususnya, dala

Memeluknya Seorang

Saat itu aku tidak pernah pandai bercerita. Namun, wajah lugumu selalu tulus menanti munculnya suaraku. Aku gagap tetapi kamu tidak peduli. Aku merona tetapi kamu semakin baik hati. "Lanjutkan Bunda! Bagaimana merpati putih itu akhirnya menemukan rumahnya?" Aku kalah. Mata beningmu tak ayal membuatku makin berani. Aku lanjutkan cerita ini hanya untukmu. Supaya kamu mimpi indah di hamparan bunga dan bintang. "Merpati putih itu tidak pernah putus asa. Dia terus mencari. Dia terus terbang hingga sayapnya letih bahkan beberapa bulu putihnya rusak dan lepas. Hanya satu yang dipikirkan Merpati putih, cinta penciptanya tidak pernah salah. Kepercayaan itu tidak pernah pudar. Dan, ketika dia ingin berhenti, hatinya justru berpacu lebih hebat. Karena tidak mau menyia-nyiakan anugerah tersebut. Lalu, sampailah dia di gundukan tandus yang lapang. Sepelemparan mata terlihat riuh air biru berombak. Ada takdir yang memintanya berhenti, seekor penyu malang terjungkil tidak ber

Perhatianmu Tak Pernah Membuatku Ingin Pergi

Gambar
Belum lama. Sungguh belum lama. Aku dibersamai kamu. Kalian. Tapi, rasanya seperti sudah nyaman. Dekat. Dan, bahagia. Mungkin aku terlalu naif. Mungkin kebaikan ini wajar, tetapi tidak bagiku. Aku merasakannya. Dengan hati. Begitu dalam dan tulus. Perhatian itu.... Ketika aku jatuh, aku tahu ada tangan-tangan kalian yang mengangkatku kembali bangkit. Ketika itu, aku pasrah pada jalan hidup yang hanya ingin aku jalani seadanya. Namun, aku melihat tekad untuk tidak pernah menyerah. Pada kesulitan. Pada kejaliman. Dan, pada hal yang selalu bisa kita usahakan dengan maksimal. Aku tahu, bahwa tidak ada yang mudah tetapi kemudahan itu selalu ada. Kapanpun dan dimanapun. Di setiap sela ketika kita merasa sulit dan jauh sangat sulit. Ketika itu, aku berharap sesuatu terjadi padaku. Mengubahku secara sempurna menjadi lebih baik. Tanpa keterpaksaan. Tanpa ketakutan. Perlahan aku tahu dimana aku seharusnya berada, Dan, diantara siapa aku seharusnya bersama. Tu

Mata Hati

Suka geregetan kalau lihat orang sombong dan gak tau cara minta tolong. Apalagi bos-bos besar perlente yang gak pernah berhenti ngisap rokoknya. Atau bos yang ajudannya serasa rendah banget. Bukankah Tuhan hanya membedakan derajat manusia berdasarkan ketaqwaannya? Kenapa masih ada saja orang yang kayak gitu? Ya gak bosnya ya gak orang-orang di bawahnya. Kenapa tidak biasa saja? Ya sewajarnya saja, mungkin dia bos, tapi apakah harus direndahkan? Oke mungkin dia bos, tapi apakah harus rela diperintah seenaknya? Hilangkah mata hati ini? Ketika Tuhan bahkan tidak peduli bagaimana diri ini, Tuhan hanya meminta ketaqwaan itu, tetapi kalau begini ceritanya, tidakkah sama dengan menduakan-Nya? Bagaimanapun situasi dan kondisinya, semoga mata hati tidak pernah hilang dari hakikat sebenarnya kehidupan. Ancaman kapitalis, sosialis memang begitu tinggi, tetapi kepercayaan pada hati, mempertajam mata hati agaknya patut disadari. Percayalah pada Tuhan yang tidak pernah membiarka