Temaram
Perjalanan ini selalu menuntunku bertemu dan berpisah dengan
seseorang. Perjalanan ini membuatku menyukai lalu jatuh cinta dan merasakan
kenyamanan pada seseorang lalu terhempas karena kepergiannya. Perjalanan ini
selalu memberikan makna dalam pada hati yang tergoreskan luka lalu tidak bisa
kembali utuh karena bekasnya yang tidak pernah benar-benar menghilang. Perjalanan
ini selalu tentang dua titik dan berjalan seperti titik itu membuat kita lupa.
Dalam takdir perjalanan ini, aku tahu kepergian dan
pertemuanku denganmu, dengan kalian adalah salah satu yang terbaik.
Sejujurnya aku ingin terus bersama kalian secaara utuh. Tetapi tidak bisa,
hidup tidak pernah sesuai kehendak pribadi. Tidak pernah.
Perjalananku selalu tentang kamu yang mengiringiku
berjalan, bukan tentang aku yang tak pernah bisa apa-apa. Karena kamu
memberiku, mengisiiku dan mempengaruhiku menjalani hidupku. Tidak pernah aku
sekuat itu jika tanpa dirimu.
Perjalanan ini memang bukan tentangku. Sama ketika aku
bertemu kamu dulu. Aku hanya ingin berteman. Aku tidak ingin sendiri, tidak
ingin. Aku ingin tetap dibersamai, bersama-sama menentang perih dan pahitnya
dunia. Bukan karena Tuhan tidak baik padaku, tetapi karena aku tahu Tuhan
begitu baik telah mengirimkanmu. Lantas ketika Tuhan dengan tega merebutmu, aku
tak boleh menangis. Karena aku tidak punya sesuatu apapun.
Dalam kotak kecintaan ini. Aku paham artinya tak memiliki.
Aku pejamkan mataku dan melihat semuanya tidak ada. Hanya ada diriku sendiri. Ini
bukan tentang kepergian itu tetapi tentang penerimaan dan ketidakberdayaan yang aku miliki.
Aku yang hanya seorang manusia.
Ketika harus dibenturkan pada kepergian itu, perih ini tak
terperi tetapi menangis dan meraungpun tidak ada gunanya. Ketika aku harus paham tidak lama lagi semua akan berhenti dan berakhir. Mungkin tidak ada lagi
kesempatan. Mungkin aku tidak bisa lagi memberi kesempatan dan diberi
kesempatan. Namun, nyatanya mustahil tetap berpegang teguh ketika Tuhan bahkan
tidak ingin mempersatukan.
Maka pergilah dengan baik. Dengan cara yang patut. Cara ketika
kamu datang. Cara ketika aku bertemu denganmu untuk sebuah pertemanan yang baik.
Cara ketika aku dan kamu memutuskan berjalan bersama pada sebuah perjalanan
memberikan keinginan yang besar itu. Terlalu sakit memang tetapi masa itu mungkin
adalah masamu dan masaku. Masa ketika kita harus berpisah dan dipertemukan lagi
entah kapan.
Yang jelas aku mengerti bahwa ketiadaanmu adalah keinginan
Tuhan yang paling abadi. Bahwa ketiadaanmu merupakan jawaban dari kebimbanganku
selama ini. Dan, ketiadaanmu adalah kelegaan untuk selalu disyukuri.
Sampai di titik itu, aku akan mengerti ini adalah tentang aku yang harus menjadi utuh apa adanya diriku. Bukan seperti kamu atau kamu atau kalian. Seperti aku ketika Tuhan percaya membuatku hidup di dunia ini.
Komentar
Posting Komentar