Ketika Penaku Tak Mau Berhenti

Mata penaku masih belum ingin berhenti. Guratan setiap huruf menoreh putihnya kertas dalam buku harianku. Ada kekuatan maha dahsyat untuk terus melakukannya. Lagi. Lagi. Dan, lagi. Aku masih tidak ingin berhenti.

Aku banyak menulis hari ini. Tumben sekali. Mungkin berkat suasana baru yang aku duduki. Atau kecemasan baru yang aku alami. Entahlah, tetapi aku bahagia menulis apapun itu. Aku di sini di tengah hutan kota bersama nyamuk menikmati hijaunya pemandangan.

Dari sekian banyak kata yang aku tulis, hanya ada satu kata yang menarik mataku. Yakin.

Sepertinya, itu menunjukan hal yang aku inginkan sekarang. Sebuah keyakinan. Sesuatu yang nyaris aku lupa meletakannya. Aku terlena pada kegigihanku. Pada usahaku yang selama ini membuahkan hasil, tetapi aku lupa sebenarnya semua itu bukanlah pencapaian diriku.

Aku hanya berjalan di garis yang sudah tertakdirkan untukku. Sejauh ini. Sejauh ini. Semua tentu bimbingan dari-Nya. Keyakinan itu hilang entah tertinggal dimana. Dan, aku membutuhkannya kembali. Secepat mungkin.

Kepada penaku, aku kembali terhenyak oleh guratan senyum di akhir tulisan. Apakah itu senyumku? Aku tanyakan dalam hati. Iya. Itu pasti senyumku. Aku selalu tersenyum. Bukankah aku harus tetap seperti itu? Tidak akan aku biarkan diriku hilang sembari menunggu keyakinan datang.

Ketika aku duduk di tengah hutan kota, aku lepaskan semua hal yang sesak dalam dada. Aku kembali pada alam dan ketenangannya. Aku bahagia di sini. Aku tentram di sini. Aku merasa dekat denganmu. Dekat dengan semua yang tidak pernah ada maksud menyakiti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran