Buku Catatan

Sayang aku belum meletakanmu pada sebuah gambar yang abadi. Aku kira kamu akan menemaniku lama. Setidaknya seperti yang lain, sampai habis lembaranmu karena tulisanku.

Saat itu, April, aku melihatmu ditumpukan souvenir. Bukan pernak-pernik lucu, umumnya orang beli. Tanganku justru menggapaimu. Mataku tak lagi bisa berpaling.

Iya. Saat itu aku telah memilihmu. Menjadi salah satu bagian penting dalam hidup seorang pelupa sepertiku. Aku mantap menukarkan sejumlah uang untuk mendapatkanmu.

Diantara barang yang aku bawa, aku memutuskan kamu sebagai hadiah untuk diriku. Itu seperti ucapan terima kasih pada diri sendiri. Bukankah penting mengapresiasi diri?

Meski belum lama waktu kita bersama, aku ingat baik dirimu. Rupa depanmu unik bergambar gajah dengan sebuah tulisan dan bercak warna-warni. Sungguh menimbulkan kesan bahagia dan manis. Ditambah lagi dengan isi polos aku bisa sesukaku berekspresi. Menggores ini dan itu, di sini dan situ, tanpa ada batasan dua garis yang selalu berjaga.

Beberapa tinta penaku terabadikan padamu. Aku tahu dengan begitu aku menyerahkan bagian kisahku padamu. Aku tidak merasa khawatir. Kamu berhak atas penghargaan itu.

Perjalanan kebersamaan kita sangat singkat. Aku kehilanganmu. Entah dimana kamu berada. Aku sungguh lupa. Sudah berkali-kali aku cari di tempat terakhir aku letakanmu. Nihil.

Kamu hilang. Oh maaf... aku kehilanganmu. Rasanya tak rela karena harapan panjang kebersamaan kita. Bentukmu yang membuatku tak pernah jengah untuk terus melihat. Dirimu yang telah aku tuliskan bagian dari kisahku. Yang kini tinggal kenangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran