Perhatikan 4 Kriteria Ini Agar Hijrahmu Terarah



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hijrah adalah engkau meninggalkan segala kekejian baik yang tampak ataupun tersembunyi. Engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, kemudian engkau disebut sebagai Muhajir sekalipun engkau tetap berada di tempatmu.” (Musnad Ahmad 2: 224)

Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, perlu dimaknai dengan benar. Secara bahasa, hijrah berarti meninggalkan jika telah memenuhi 2 syarat, yaitu ada sesuatu yang ditinggalkan dan ada sesuatu yang dituju (menjadi tujuan). Keduanya harus terpenuhi oleh seorang yang ingin berhijrah. Meninggalkan segala hal buruk menju keadaan lebih baik dalam menegakkan ajaran Islam.

Memang dalam sejarahnya, hijrah identik dengan peristiwa hijrah Rasulullah Saw dan para sahabat meninggalkan tepat yang tidak kondusif untuk berdakwah (dari Mekkah menuju Madinah). Bahkan peristiwa hijrah itulah yang dijadikan dasar umat Islam sebagai permulaan tahun Hijriyah.

Tidak melulu tentang perkara berpindah tempat, hijrah juga dilakukan secara Maknawiyah melalui 4 kriteria berikut:

1. Hijrah i’tiqadiah atau secara aqidah


Allah SWT berfirman, “Maka segeralah (berlari) kembali mentaati Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dan Allah untukmu.” (Adz Dzariyaat: 50). Inti dari hijrah ini merupakan tuntutan syahadat Laa ilaha illallah. Keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dengan melakukan hijrah keyakinan, mu’min sejati selalu berusaha tidak mendekati kekufuran dan kemusyrikan serta berpegang teguh pada segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

2. Hijrah fikriyah atau secara pemikiran


Rasulullah Saw bersabda, “Umatku niscaya akan mengikuti sunan (budaya, pemikiran, tradisi, gaya hidup) orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta-demi sehasta, sehingga mereka masuk ke lubang biawak pasti umatku mengikuti mereka.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Fikriyah berasal dari kata fiqrun yang artinya pemikiran. Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, membuat dunia menjadi tanpa batas jarak, ruang dan waktu. Tameng isu berbumbu sekularisasi, kapitalisasi, liberalisasi, pluralisasi dan sosialisasi bahkan momunisasi telah menyusup ke dalam dasar pemikiran tanpa terdeteksi. Hijrah pemikiran menjadi sangat penting dengan kembali mengkaji pemikiran-pemikiran Islam yang murni. Pemikiran yang telah disampaikan oleh Baginda Nabi melalui para sahabat.

3. Hijrah syu’uriyyah


Dari Ibn Umar bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Selisihilah kaum musyrikin, biarkanlah jenggot, pendekanlah kumis.” (Muttafaqun ‘alaih). Syu’uriyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semau yang ada pada diri. Berbagai hal misal cara berpakaian, hiburan, musik, bacaan, gambar, hiasan, makanan, rumah atau idola, seringkali dipengaruhi nilai-nilai di luar Islam yang sifatnya permisifisme dan hedonisme atau tentang hura-hura dan senang-senang belaka. Bahkan menjadi ajang gaya-gayaan karena berkiblat pada budaya barat.

4. Hijrah sulukiyyah atau secara akhlak


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin adalah yang memberikan rasa aman bagi manusia. Dan seorang muslim adalah orang yang menjaga lisan dan tangannya sehingga tidak menyakiti muslim yang lain. seorang Muhajir adalah orang yang berhijrah dari kejahatan. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya seseorang tidak masuk surga jika ia tidak memberikan keamanan kepada tetangganya dengan segala sarana yang ia miliki.” (Musnad Ahmad 3:154 )

Suluk berarti tingkah laku atau kepribadian atau umumnya disebut akhlak. Akibat perkembangan zaman modern muncul berbagai tindakan tidak bermoral atau asusila di masyarakat seperti pencurian, perampokan, praktek riba, penghinaan atau pembulian seakan menjadi hal lumrah yang bisa ditemui kapan dan dimana saja. Sudah saatnya dalam berhijrah perlu mengoreksi akhlak dan kepribadian diri dari yang tercela (akhlaqul sayyi’ah) menuju yang mulia (akhlaqul karimah).

Semangat Berhijrah... \o/\o/\o/

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran