Tidak Lagi
"Setelah ini aku mau pergi."
"Kemana?" Tanyaku penasaran. Belakangan ini, sikap Fahmi memang agak berbeda. Belum cukup dengan berhenti dari tempat kerja yang hampir delapan tahun dia singgahi, kini dia memilih pergi dari rumah untuk mengontrak sendiri.
"Ada apa denganmu? Kamu aneh akhir-akhir ini. Kamu seperti bukan Fahmi yang aku kenal."
"Aku hanya ingin tumbuh lebih dewasa," katamu singkat sambil berlalu.
Begitulah pertemuan terakhir kita. Kamu yang berlalu tanpa alasan panjang. Dan, aku yang membiarkanmu berlalu dengan mudah.
Sampai pada suatu hari, aku tahu bahwa perubahanmu adalah tentang prinsip hidup baru yang kamu yakini dengan benar.
"Ini perintah Tuhanku!" Jawabmu ketus ketika aku bertanya sorban hitam yang melilit kepalamu.
"Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah adalah perintah Tuhan kita! Bukan menyalahgunakan sorban hitam itu demi kesenangan dunia. Menipu. Menggandakan uang. Mengadukan nasib selain kepada-Nya, itu tidak benar!" Hardikku tidak mau kalah.
"Kamu masih saja naif dan bodoh. Pergilah!" Serumu singkat sambil berlalu.
Kali ini tidak akan terulang. Pernah membiarkanmu berlalu dengan mudah menimbulkan penyesalan bagiku. Dan, aku tidak ingin itu terulang.
Buukkkk
Kamu terjatuh pingsan.
Komentar
Posting Komentar