Warung Ibuku

   Aku selalu heran dan terkadang tidak menerima kenapa Ibuku selalu menomorsatukan warungnya. Mungkin sudah berkali-kali aku berkata untuk menutupnya. Tak tega aku melihatnya lelah seharian menjaganya. Bahkan katanya sampai sakit pergelangan tangan kanannya karena mengikat bungkusan es. Meskipun begitu, tetap saja setiap hari dibukanya warung itu.
    Warung Ibuku tidaklah besar. Dulu mungkin bisa dibilang cukup besar tapi kini cukup sepetak karena sisanya sudah dikontrakan ke orang lain. Jahatnya, aku malah suka warung ini bertambah kecil atau ditutup saja lebih baik. Aku tidak suka. Menurutku, ini seperti tidak ada privasi. Orang-orang silih berganti datang. Salah satu yang menyebalkannya adalah mereka datang di waktu-waktu yang tidak tepat seperti saat adegan drama korea yang aku tonton sedang greget atau saat waktu shalat. Menyebalkan sekalikan?
    Apapun yang terjadi warung itu masih kokoh berdiri sampai tulisan ini aku buat. Kenapa? Karena Ibuku tidak akan pernah rela jika warung ini ditutup. Katanya, warung ini sumber makan keluarga. Tapi, dilain kesempatan Ibu bilang warung ini butuh pinjaman uang lagi untuk modal, rasanya seperti tidak ada keuntungannya. Mungkin itu alasan lainnya, aku ingin warung ini ditutup  saja.
   Seingat memoriku, warung ini sudah ada sejak aku kecil. Aku bahkan ingat betul, hari-hariku dihabiskan di sana. Mulai dari sebelum mandi untuk berangkat sekolah, pulang sekolah, makan, nonton tv, ngerjain PR, dan sebelum tidur di malam harinya. Wah..luar biasa banyak waktuku dihabiskan di sana. Seharusnya akan ada hubungan yang mendalam antara aku dan warung ini. Tapi, ini tidak berlaku untuk kami. Hehe..
    Namun, setelah banyak waktu berlalu. Bertambahnya umurku, membuat bertambah juga rasa sensitifitasku terhadap kondisi di sekitar. Ini bisa sangat patut disyukuri tapi terkadang sedikit merepotkan karena harus banyak mempertimbangkan efek perilaku kita terhadap perasaan orang lain. Meskipun demikian aku sebagai pemula masih menyukai perubahan ini.
    Saat ini, aku agaknya tahu kenapa Ibuku sangat suka dengan warung ini. Mungkin ini adalah salah satu cara untuk bersosialisasi dengan warga sekitar, maklum keluargaku cenderung tertutup terutama setelah kejadian itu. Selain itu, ada juga kue THR. Rasanya, senang melihat Ibuku menerima kue THR dari setiap toko langganannya. Senyumnya tampak berbeda, sangat bahagia. Terakhir adalah sesuatu yang tidak bisa didefinisikan, seperti alasan kenapa magnet kutub utara dan selatan bisa saling tarik menarik atau kenapa wanita dan laki-laki bisa jatuh cinta pada pandangan pertama.
    Aku sadar, jika alasan terakhir itu benar adanya, tidak akan ada yang bisa menutup warung Ibuku. Warung Ibuku akan tetap kokoh berdiri. Menjadi saksi bisu pertumbuhan dan perkembangan keluargaku. Warung Ibuku akan selalu menjadi harta berharga untuk Ibuku. Meskipun banyak kerepotan-kerepotan lain dalam kesehariannya, tapi aku yakin warung Ibuku akan tetap ada selagi Sang Penguasa Tertinggi masih meridhoi keberadaanya.
    Warung Ibuku....
    Warung Ibuku.....
    Inilah kisah warung Ibuku.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran