Pertemuan Yang Aku Pertanyakan
Semoga hari pertama kelas kursusku menyenangkan. Aku berharap mendapat teman-teman yang baik, syukur kalau bisa menjadi seperti keluarga sendiri. Akhirnya dengan perdebatan panjang aku memutuskan untuk memilih kursus di tempat ini. Aku sendiri lupa bagaimana caranya aku bisa tahu tempat kursus ini. Mungkin sudah jalan dari Tuhan.
Aku berjalan menyusuri jalan raya yang padat. Sudah biasa pada jam pulang kantor, jalan ini akan padat seperti ini. Aku harus mulai terbiasa dengan ini. Dengan mengendarai motor matik, aku sampai di tempat kursus. Masih lima belas menit sebelum kelas dimulai. Hanya ada seorang laki-laki paruh baya sedang duduk menghadap pintu. Sedang menuliskan sesuatu dan sesekali melihat ke arah jam di tangannya. Tidak mempedulikan aku yang baru saja masuk dan berjalan melewatinya.
Aku memilih kursi di pojok ruangan. Kemudian tidak lama datang seorang wanita yang aku kenal. Dia adalah admin dari tempat kursus ini. Aku sudah beberapa kali bertemu dengannya untuk berkonsultasi saat memutuskan untuk kursus. Selanjutnya dia dengan ramah tersenyum ke arahku dan memperkenalkan aku dengan laki-laki paruh baya itu. Ternyata dia adalah guru di kelasku nanti. Cuek sekali.
Sekali lagi laki-laki itu melihat ke arah jam di tangannya dan berkata untuk masuk ke kelas karena pelajaran akan segera dimulai. Aku baru tahu ternyata sudah ada dua orang di kelas itu. Seharusnya aku masuk saja agar tidak bertemu guru canggung itu. Aku arah tanganku kepada dua orang teman sekelasku secara bergantian. Kemudian menjabat tangannya sambil memperkenalkan diriku. Aku suka berkenalan dengan orang baru, apalagi mereka terlihat ramah.
Pelajaran dimulai dengan menarik. Tidak aku sangka ternyata laki-laki itu cukup lumayan ketika mengajar. Maksudnya tidak terlihat canggung seperti tadi tetapi benar-benar menguasai apa yang diajarkannya dan itu membuatnya terlihat percaya diri. Mungkin mengajar adalah pribadinya yang lain, lamunku.
Pelajaran pertama tentu saja memperkenalkan diri, seperti biasanya. Laki-laki ini mempertanyakan alasan kami mengikuti kursus bahasa ini. Memang agak terlihat aneh mengingat kami bukan lagi seorang siswa. Teman pertamaku, seorang laki-laki berusia 30 tahun, ternyata akan pergi ke negeri itu dalam waktu dekat ini. Selanjutnya teman keduaku, seorang wanita yang usianya lebih muda dariku, ternyata memiliki kakak yang sudah terlebih dahulu bekerja di negeri itu dan dia ingin sekali bisa ke sana seperti kakaknya. Terakhir, aku. Aku memang ingin juga pergi ke negara itu, namun sejauh ini yang aku tahu perjalananku untuk ke sana masih sangat jauh.
Ketika perkenalan beralih kepada guru kami. Ternyata laki-laki canggung itu sudah lebih dulu tinggal di sana, hampir lima tahun katanya. Banyak foto yang dia tunjukan kepada kami. Beberapa kisah lucu dan sedih saat berada di sana diceritakannya juga kepada kami. Betapa takjubnya aku pada kelas kursusku ini. Mereka, orang-orang yang ada di sini, benar-benar di luar harapanku. Keinginan mereka sungguh nyata dan sederhana. Kemudian aku masih sibuk bimbang dan memikirkan segala hal.
Mereka sungguh terlihat biasa, tapi mereka memiliki pengalaman tidak biasa bagiku. Entah kenapa Tuhan mempertemukan aku dengan mereka. Entah kenapa Tuhan membuatku berkumpul dengan mereka di ruang kelas kecil ini. Entah kenapa Tuhan membiarkan mimpiku semakin ingin aku raih. Pertemuan hari pertama ini sepertinya ingin sekali aku pertanyakan kepada Tuhan. Namun, yang pasti aku ingin tetap berada di kelas ini, sedikit demi sedikit membuat nyata mimpiku ke negeri itu seperti mereka yang ada di kelas ini.
Semoga terwujud cita2nya ke negeri sakura
BalasHapusAmiin semoga terwujud mimpinya
BalasHapus