Tolong Aku!
https://indraibe.files.wordpress.com/2011/10/cermin-pecah.jpg
Pukul 00.15 WIB. Aku tersentak bangun karena terjatuh dari tempat tidur. Sekujur tubuhku berkeringat. Nafasku tersengal. Aku baru saja bermimpi tetapi lupa mengenai apa.
Sudah genap sebulan ini aku terbangun di tengah malam selalu pada jam dan kejadian yang sama. Awalnya aku anggap biasa tetapi saban hari masih terjadi dan makin menjadi. Akibat jatuh dari tempat tidur yang lumayan tinggi, siku dan lututku memar. Kini semakin nyeri dan lebam.
Belum penuh kesadaranku, tiba-tiba jendela kamarku berbunyi keras. Suaranya seperti ada benda yang dilemparkan keras ke arah kaca jendela. Aku sontak melompat kaget. Apa itu? Tanyaku dalam hati. Seketika kesadaranku dipaksa mengumpul.
Aku dekati jendela. Dalam sekejab banyak benda asing menumbuk kaca jendelaku, beramai-ramai. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena suasana di luar begitu gelap dan terlalu banyak benda membentur secara bersamaan. Bahkan kaca jendelaku mulai retak, tak sanggup menahan benturan masal ini.
Aku panik. Kalang kabut aku berlari keluar kamar. Namun, pintu kamarku tak bisa dibuka. Gagang pintunya mengeras dan dingin. Aku semakin panik. Jantungku menderu cepat berkali lipat. Air mataku merebak dalam kelopak mata. Aku takut hingga gemetar kakiku.
Suara benturan benda di kaca belum juga berhenti. Pintu juga belum bisa terbuka. Aku tidak bisa berpikir jernih lagi. Sekujur tubuhku gemetar tak kuat berdiri. Rasa sakit siku dan lututku yang memar hilang terabaikan. Aku hanya bisa meringkuk memeluk lutut ketakutan di samping pintu. Apa yang terjadi?
Aku menangis sejadi-jadinya. Memanggil-manggil ibuku dan semua anggota keluarga. Berharap mereka mendengar teriakanku. Namun, tidak ada yang terjadi. Rumahku seperti tidak berpenghuni. Hanya ada aku sekarang. Hanya aku sendiri.
Suara dentuman keras ditambah bunyi pecahnya kaca jendela kamar, menyela isak tangis. Aku semakin menciut dalam ringkukan. Ada cahaya terang masuk tak diundang. Semakin terang hingga aku terperangah melihatnya. Cayaha itu semakin terang menyilaukan dan membuatku harus mengangkat tangan menutupi sinarnya agar tidak merusak mata.
Kemudian aku diselimuti cahaya itu. Tidak tampak lagi bingkai jendela, tempat tidur, pintu dan segala benda dalam kamar. Aku tersedot masuk dalam pusara cahaya silau. Aku sudah tidak bisa berpikir lagi. Pasrah sudah. Hanya segelumit doa yang semakin keras aku teriakan.
Tiba-tiba aku berada dalam sebuah ruangan. Aku layangkan pandangan memutar. Ini kamarku, pikirku dalam hati. Aku terduduk di sini, di bangku belajarku. Aku lihat jam di meja menunjukan pukul 9.00. Aku lihat keluar melalui kaca jendela, gelap. Aku pandangi wajahku dalam cermin yang sebulan lalu aku dapatkan sebagai hadiah pengunjung pertama di salah satu toko antik di pasar minggu. Aku langsung jatuh hati ketika melihat cermin tersebut. Apa yang baru saja terjadi? Tanyaku sambil bercermin.
Aku rasakan sakit di siku dan lutut ketika aku beranjak dari tempat tidur. Apakah aku baru saja bermimpi? Tapi lebam di siku dan lututku begitu nyata, pikirku dalam hati. Aku hilangkan segala keanehan ini. Mimpi itu terlalu nyata untuk menjadi sebuah mimpi. Aku sangat lelah dan mengantuk.
Aku langkahkan kaki menuju tempat tidurku yang empuk. Besok aku harus ke sekolah dan menceritakan mimpi aneh malam ini. Aku pejamkan mata. Tertidur. Hilang sudah kesadaranku.
Pukul 00.15 WIB. Aku tersentak bangun karena terjatuh dari tempat tidur. Sekujur tubuhku berkeringat. Nafasku tersengal. Aku baru saja bermimpi tetapi lupa mengenai apa. Akibat jatuh dari tempat tidur yang lumayan tinggi, siku dan lututku memar. Kini semakin nyeri dan lebam.
Tiba-tiba jendela kamarku berbunyi keras. Suaranya seperti ada benda yang dilemparkan keras ke arah kaca jendela. Aku sontak melompat kaget. Lagi? Apakah akan terjadi lagi? Air mataku mengalir begitu saja. Rasa takut genap menyelimuti. Aku harus apa? Aku harus bagaimana?
Selanjutnya kejadian itu benar terulang. Gagang pintu dingin seperti es, kaca jendela pecah terbentur dan cahaya terang itu masuk ke segala arah dalam kamar. Aku kembali tersedot cahaya terang. Kemudian tersadar telah duduk di bangku belajar dalam kamarku. Pada pukul yang sama, melihat cermin yang sama, melangkah ke tempat tidur lalu tertidur dan terjatuh pada kondisi yang sama.
Kejadian ini terus berulang. Lagi. Lagi dan lagi. Entah kapan akan berakhir. Siku dan lututku bahkan sudah mati rasa dan menghitam akibat terjatuh berkali-kali. Tuhan, aku harus apa? Apa yang sudah aku lakukan? Seseorang tolong bantu aku menghentikan ini semua! Aku mohon! Tolong aku!
Kejadian ini terus berulang. Lagi. Lagi dan lagi. Entah kapan akan berakhir. Siku dan lututku bahkan sudah mati rasa dan menghitam akibat terjatuh berkali-kali. Tuhan, aku harus apa? Apa yang sudah aku lakukan? Seseorang tolong bantu aku menghentikan ini semua! Aku mohon! Tolong aku!
Keren ini
BalasHapusMakasih kawid yg selalu jd penyemangat untukku nulis lebih baik
Hapus