Siap atau Belum Siap

Menikah. September memang ceria. Akhirnya aku tahu me ngapa September begitu ceria. Undangan pernikahan berdatangan silih berganti. Bahkan dalam sehari bisa lebih dari tiga undangan pernikahan.

Tentu jika bukan sabtu ya minggu. Mungkin karena itu umum jika ada yang bertanya kapan menikah jawab saja jika bukan sabtu ya minggu. Itulah salah satu hal lucu tentang menikah.

Faktanya memang menikah gampang-gampang susah atau susah-susah gampang. Begitulah. Disebut gampang ketika mulut manis dan penerimaan dalam hati untuk melaksanakannya lillah karena ibadah kepada Allah. Susah juga karena ternyata benar, kenaifan ini kadang tergadai oleh kerasnya dunia yang menuntut ini dan itu.

Ternyata benar. Menikah adalah persatuan dua keluarga bukan hanya aku dan kamu. Agaknya ini sulit dipahami karena terkadang pemikiran tidak bisa seratus persen disamakan. Padahal, menjalankan rumah tangga adalah kerja sama antara aku dan kamu.

Pelik ketika keluarga menjadi ujian pertama menuju pernikahan. Jika pernikahan tidak lagi direstui keluarga terutama orang tua, maka untuk apa dilangsungkan. Di sisi lain, tuntutan keluarga menjadi salah satu hal menakutkan. Mulai dari seserahan, mas kawin, sumbangan pesta dan lainnya yang tidak tersebut. Jadi, lebih enak dipilihkan pasangan dari keluarga yang sudah lolos uji tapi tidak sreg di hati atau sebaliknya?

Masalah kesiapan dan belum siap. Banyak yang menyatakan jika menunggu siap ya kapan menikahnya. Lalu bagaimana dengan kenyataan belum siap menikah sudah menikah beberapa saat kemudian cerai karena belum paham hakikat membina rumah tangga? Satu lagi ironi.

Menikah di waktu yang tepat dalam kondisi siap atau belum siap. Saat itulah takdir berperan. Menikah pada waktu yang tepat, sudah tergariskan, tertulis dan pasti terjadi. Begitu janji Allah yang menciptakan kita berpasang-pasangan. Saat itu, hanya satu harapan yang tersemat semoga takdir ini memberikan jodoh panjang. Sehingga apapun yang terjadi selalu bisa dilewati.

Siap atau belum siap. Bahkan diri sendiri tidak bisa menilainya. Memimpikan sosok pujaan hati, berkata siap ketika dia datang tetapi yang datang bukanlah sosoknya, apa yang dirasakan? Kembali pada siap atau belum siap menerima kenyataan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran