Hempasan Angin
"Bagaimana aku melawan ini? Hempasan cintamu bagai angin yang masuk dalam pori-pori kecil tubuhku. Masuk begitu saja," ujarku kesal.
"Kenakan jaketmu! Aku akan pergi segera," ujarmu dingin.
"Apakah seseorang yang mengaku dirinya laki-laki selalu begitu? Pergi di saat sang wanita sudah menjatuhkan hatinya sangat dalam. Jahaaaaaaattt!" Rutukku kembali.
"Hahaha...".
"Apa?" Sungutku lagi.
Tiba-tiba jaket tebal menghujam wajahku. Terurai hingga ke tubuhku. Baru saja aku arahkan kedua lengan untuk melepas jaket itu dari wajahku, sebuah dekapan mendarat mulus. Aku terpaku. Bungkam. Mematung. Lenganku merasakan degupan jantung yang begitu kencang.
"Aku nyaris berhenti jika kamu tidak mengungkapkannya barusan".
Iya. Ada sesuatu yang lepas begitu saja. Rongga dadaku luang berganti hempasan angin semilir yang hangat.
Pernikahanku yang tanpa cinta. Kini aku tahu akan berlangsung seperti apa. Mengenalmu lebih dalam adalah prioritasku saat ini.
"Kenakan jaketmu! Aku akan pergi segera," ujarmu dingin.
"Apakah seseorang yang mengaku dirinya laki-laki selalu begitu? Pergi di saat sang wanita sudah menjatuhkan hatinya sangat dalam. Jahaaaaaaattt!" Rutukku kembali.
"Hahaha...".
"Apa?" Sungutku lagi.
Tiba-tiba jaket tebal menghujam wajahku. Terurai hingga ke tubuhku. Baru saja aku arahkan kedua lengan untuk melepas jaket itu dari wajahku, sebuah dekapan mendarat mulus. Aku terpaku. Bungkam. Mematung. Lenganku merasakan degupan jantung yang begitu kencang.
"Aku nyaris berhenti jika kamu tidak mengungkapkannya barusan".
Iya. Ada sesuatu yang lepas begitu saja. Rongga dadaku luang berganti hempasan angin semilir yang hangat.
Pernikahanku yang tanpa cinta. Kini aku tahu akan berlangsung seperti apa. Mengenalmu lebih dalam adalah prioritasku saat ini.
So swittt huhi
BalasHapusuaaah....
HapusRomantis ye...
BalasHapusIya mbloo...hehe
Hapus