Kotak Di Dalam Kotak

Banyak pemikir besar dan hebat telah merumuskan berbagai macam teori dan filsafat mengenai kehidupan. Mulai dari asal usul manusia sampai bagaimana manusia berperilaku. Pada akhirnya teori dan filsafat itu hanya menjadi panduan untuk memprediksi. Kemungkinan kesesuaiannya tidak pernah bisa terdefinisikan.

Dalamnya pola pikir manusia tidak mungkin terjangkau oleh teori apapun. Karena setiap nano mikro isi kepala manusia terbangun oleh triliunan perbedaan latar belakang dan pengalaman selama hidup. Belum lagi dicampur oleh rangsangan hormon-hormon yang sudah dan belum terjelaskan lebih spesifik.

Setiap diri kita diberikan mandat kehidupan oleh Sang Pencipta bukan hanya untuk menikmati hidup. Bahkan jauh sebelum ruh kita ditiupkan, kedua sel induk telah berjuang tanpa batas. Sel sperma tidak berdiam mengikuti aliran cairan, tetapi dia bergerak dengan gesit melawan sel sperma lain atau mengkhianti arus aliran cairan hingga mencapai sel telur. Begitupun dengan sel telur, bergerak menuju rahim sambil berusaha tidak meluruh hingga sel sperma datang. Ajaibnya ini berlangsung dalam waktu singkat.

Lantas, bagaimana bisa setelah semua perjuangan tersebut, setelah dilahirkan kita hanya menjadi manusia-manusia penikmat kehidupan? Lemah ditertawakan nasib. Jumawa dipuji oleh pujian semu. Keras melantangkan dunia tidak memberikan apapun. Atau bahagia dengan kenyamanan sebagai penerima dan pemberi seadanya.

Kita sering kali lupa bahwa mandat hidup yang diberikan Sang Pencipta dengan modal fisik, jiwa dan pikiran merupakan bekal untuk melakukan perubahan, memberi lebih banyak manfaat, menjadi lentera bagi yang tidak seberuntung kita, dan membentuk kontrol diri lebih baik. Bukan malah hidup dalam kotak kenikmatan, keegoisan dan mengkungkung diri pada kotak baru di dalamnya.

Maka, asahlah mata kita lebih tajam untuk melihat lebih banyak mereka yang kesulitan dan membutuhkan bantuin. Ubahlah pikiran kita dalam kacamata baru dengan sudut pandang bahwa tiap diri kita adalah spesial dengan segala kelebihan dan kekurangannya bukan untuk terus menuntut tanpa memberi. Dengarlah lebih peka tiap informasi secara detail dan cermat untuk berbicara tanpa merusak isi sebenarnya apalagi sampai memprovokasi. Menulislah sebagai penawar dari yang tidak bisa tersampaikan.

Mandat hidup kita tidaklah abadi. Bahkan di akhir nanti dimintai pertanggungjawaban. Meskipun tidak bisa semegah baginda nabi dan para sahabatnya, setidaknya kita bisa menghidupkan panggilan jiwa diri sendiri. Dengan demikian walaupun tidak bisa memberi banyak manfaat untuk orang lain, namun kita telah bermanfaat untuk diri sendiri dan tidak membiarkannya hidup pada kotak di dalam kotak yang diatur oleh orang lain.

Untukmu yang masih semangat berusaha menghidupkan panggilan jiwa...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran