Untukmu Yang Dengan Tega Pergi Setelah Semua Perjuangan Ini

Maafkan aku jika sifat wanitaku selalu meminta kepastian darimu. Maafkan aku jika perasaan wanitaku selalu mengganggu dan berharap pada perhatianmu yang lebih untukku. Sekali lagi maafkan aku jika sisi wanitaku menuntut dan mengingatkan berkali-kali agar kamu bertanggung jawab pada tiap detik harapan yang kamu semaikan di hatiku. Meskipun tidak pernah kamu pelihara, melainkan aku membiarkannya tumbuh subur dengan nutrisi kesabaranku akan waktu kebahagiaan kita.

Setelah aku menyelesaikan urusanku, begitu katamu, atau setelah aku mengantongi seratus persen restu kedua orang tuaku. Baiklah aku menghargai setiap keputusanmu karena aku menghargaimu sebagai calon imamku. Namun, lagi-lagi karena aku adalah wanita. Aku harus berulang kali mengais kembali ketegaranku. Menantimu dengan sabar hingga kamu selesai pada setiap aspek urusanmu dan kembali padaku.

Aku mengamini setiap perkataanmu. Satu katamu merupakan seribu gerak tindakanku. Perlahan menunggumu menjadi bagian hari-hariku. Hingga kesadaranku selalu datang setiap tahun di hari kelahiranku. Sudah setahun. Bertambah lagi setahun. Setahun lagi. Kita masih seperti ini? Ooh... maaf bukan kita, tetapi hanya aku. Sedang kamu sudah pergi jauh mengejar satu demi satu mimpimu. Tentu saja ada aku, diurutan terakhir. Mungkin saja jika mimpimu adalah sebuah ruangan, aku tepat berada di pojoknya tertutup lukisan mimpimu yang lain. Seperti itukah aku sekarang di matamu?

Aku akan kembali mengurai semua ini. Aku tidak ingin menghapus begitu saja banyak pengorbanan yang sudah kamu lakukan untukku. Tidak setelah aku tahu rasanya ditiadakan. Tidak setelah aku paham situasi ketidakadilan. Aku tidak ingin kamu mengalaminya. Maka aku putuskan sekali lagi membuang egoku. Menjadikan sekali lagi kerasionalan memimpin perasaan ini.

Aku khatam setiap cara kita berjuang untuk kembali, bertahan dan mengikatkan jiwa agar lebih kuat. Aku yakin bersamamu adalah yang terbaik. Begitu juga kamu terhadapku. Walaupun tidak sedikit dera pesakitan menghadang. Kepercayaanku padamu sudah seperti darah yang mendaging. Di sisi lain kesadaranku pada setiap bertambahnya usiaku menggerogoti seperti penyakit yang membuatku kurung bersisa tulang.

Kemudian aku bisa apa? Selain kembali lagi mempertanyakan kesanggupanmu untuk menjadikanku halal bagimu.

Saat ini, mungkin inilah akhir penantian panjangku. Sudah tidak lagi tampak cahaya di ujung penantian ini. Sementara jiwa dan ragaku terhinggap letih terbasuh perih. Dan tidak juga kamu datang mengobati atau hanya sebagai pelipur pedih. Aku mengerti kesibukan dan keinginanmu pada akhirnya untuk menjadi kita. Namun, kamu mungkin lupa pada akhir yang kamu maksud aku bisa saja sudah hilang tertimbun debu terhimpit lukisan mimpimu yang membesar.

Setelah akhirnya dengan segala kewanitaanku, yang aku yakin membuatmu tersudut, maafkan aku atas hal itu, justru membuatmu terbebani. Kamu memilih pergi dan membiarkanku bebas menemukan dia yang lain yang lebih terbaik untukku. Aku masih sama. Kembali aku mengamini setiap perkataanmu. Ingat satu katamu merupakan seribu gerak tindakanku.

Kamu memutuskan pergi. Kamu membiarkanku bebas kembali. Maka itu adalah laksana yang segera akan aku eksekusi. Terima kasih pada perjuanganmu selama ini. Bertanggung jawab pada katamu untuk kesekian kali. Aku berharap kamu baik-baik setelah ini. Karena menjadi pribadimu sungguh sulit pun menjadi pribadiku.

Tenanglah hati! Waktu akan membuatku bereinkarnasi. Kembali menemukan darah menjadi daging. Kembali menemukan cahaya di sisi bukan di ujung nanti. Kembali bergelimang bahagia bersama dia yang lain yang tidak akan membuatku menjadi daftar terakhir atau tersudut tertutup lukisan mimpi.

Komentar

  1. Tenanglah diri, ia akan menemukan kembali darah yang menjadi daging yang menjadikannya prioritas di urutan pertamanya bukan di ujung lagi.

    Badaiiii, Mbak Winda. Prosa liris yah ini, teh? 😎

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih kafit :D :D
      Iya sepertinya prolis..hmm..

      Hapus
  2. Aku bisa komen apa, selain ini keren sekali? Aku belum bisa menulis seperti ini. Menggambarkan rasa yang mendalam. Sip, mbak Winda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih...Mba Nova, jago ngeartikel banget loh :)

      Hapus
  3. Iya, sepakat ma yang lain,
    Keren badai ih...

    Baper banget jadinya

    Lanjutkan!

    BalasHapus
  4. Two thumbs up! Lanjuut mbak wiind:)

    BalasHapus
  5. Keren mbak pesannya... Pesan yg nembak tuk laki2 yg trllu mengubar janji.. Moga aja saya gx kayak gitu.. Hehehe

    BalasHapus
  6. Maafkan aku yang semakin cantik darimu, mblo :v

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran