Mencemburui Sang Surya

Genap sebulan. Tumben sekali kamu tidak angkuh memamerkan panasmu yang membara itu. Biasanya kamu diktator membuatku terus merunduk atau melipir di bawah bayangan-bayangan ketika tengah hari terpaksa harus berada di luaran.

Aneh rasanya, kali ini congkakmu pudar tak mampu menembus tebalnya awan. Bahkan sekedar salam panorama di akhir senja pun tidak. Ada apa gerangan?

Kamu yang luar biasa disiplin beredar sesuai perhitungan. Malah enggan terbit di ufuk surya membangunkan. Apalah yang hendak kamu rencanakan?

Tolong jangan berkata bahwa kamu lelah bersinar. Aku mohon jangan mulai berbisik poros tarikmu melemah menjaga keseimbangan Bima Sakti. Dan janganlah mengiba karna mungkin tidak banyak lagi wajah penuh harap setiap kali kamu datang menawarkan kesempatan.

Ooh... Mungkinkah aku sudah berhasil mencemburuimu?

Tepat sebulan lewat sehari yang lalu, saat aku pandangi panorama senja karena ulahmu. Aku tertegun membisu. Apakah kamu ciptaan Tuhan paling ajaib? Di Padang Mahsyar nanti kamu juga bintangnya.

Ternyata keesokan harinya, aku mendapat jawaban mengesima. Sebuah anugerah paling abadi. Dimana Tuhan berjanji memberi naungan di tempat tak ada lagi naungan. Di saat cinta-Nya resmi tercuri ketika keikhlasan menjadi saksi.

Jawaban sederhana tapi menggetarkan semesta. Jawaban rahasia tapi paling umum dirasakan. Aku pun mabuk mengetahuinya.

Mencemburuimu ternyata sungguh mudah. Aku hanya perlu mereka untuk menjadi kita. Dalam sebuah ikatan yang disebut persaudaraan. Persaudaraan tanpa campur tangan darah apalagi kesukuan. Hanya berdasar kecintaan karena Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran