Doaku Semalam

Engkau tahu Tuhan, akhir-akhir ini doaku lebih banyak dan panjang. Kata Ustad, kalau sedang berdoa jangan lupa tanamkan dalam hati bahwa Tuhan akan malu melihat kita menengadahkan tangan tinggi-tinggi memohon, sementara Engkau tidak mengabulkannya. Maka sejak hari itu, aku berdoa banyak-banyak, apapun yang terlintas dalam pikiran, aku ucap bersama tetesan air mata.

Kemudian beberapa hari yang lalu, doaku memendek. Bukan karena semua doaku sudah terkabul atau aku tidak lagi percaya pada-Mu. Bukan itu. Namun, karena aku mulai minder terus meminta. Lantas tidak ada perubahan lebih baik pada diriku. Aku paham sekali banyak kewajiban, sebagai hak-Mu, tidak aku laksanakan dengan tepat. Aah... Sungguh aku termasuk orang merugi!

Jadi Tuhan, aku mohon maaf! Jangan salah keliru. Engkau tetap nomor satu bagiku! Percayalah!

Seperti doaku semalam. Aku ingat betul. Sengaja aku pasang dekat-dekat alarm agar terbangun di sepertiga malam-Mu. Sudah aku siapkan. Bagaimanapun aku tidak bisa untuk tidak banyak meminta kepada-Mu. Maka, aku jadwalkan sepertiga malam untuk berdoa banyak-banyak. Apapun itu yang terlintas dipikiranku.

Kemudian pagi ini, ada satu pesan masuk di emailku. Sebuah balasan dari email yang telah lama aku kirim. Isi pesan itu singkat. Hanya menjawab pertanyaan dari pesanku. Namun, sukses mengocok gelombang ombak besar di hati. Aah... Apa gerangan ini?

Aku tidak pernah membayangkan sebuah balasan dari email usang lusuh yang mungkin saja sudah berada di halaman ke sekian atau malah tersimpan di spam karena ketidakpentingannya. Aku mencoba mengklarifikasi rasa penasaran ini. Akan lebih baik jika semua terang dan tidak ada spekulasi berlebihan. Karena hatiku terlalu rapuh untuk dihantarkan pada ketidakpastian atau sekedar angan-angan roman picisan.

Aku membalas pesan berisi sebuah pertanyaan atas keheranan balasan email yang sudah setahun lalu ini. Kemudian kami asik berbalas pesan melalui email. Hal teraneh bagiku, di era kecanggihan teknologi seperti facebook dan whatsapp. Tidak sulit untuk mengetahui informasi umum tersebut. Walaupun begitu, mungkin ini adalah secuil keromantisan yang tertakdirkan.

Seperti waktu yang berjalan dalam diam, percakapan kami juga mengalir begitu saja. Tidak banyak. Sungguh tidak banyak. Beruntung aku tidak berharap terlalu tinggi sehingga kekecewaan ini tidak terlalu dalam menghujam. Ketika pesan terakhir yang dia kirimkan adalah ucapan pamit. Sedikit perih mencubit hati. Meskipun, aku sudah tahu cepat atau lambat ini akan terjadi.

Entahlah! Apakah ucapan pamit ini untuk sementara atau selamanya? Aku tidak mengerti dan tidak sanggup memberi jawaban meski hanya sebuah prediksi. Yang pasti aku tahu jawabannya adalah kejadian ini ada dalam doaku semalam. Doa yang aku jadwalkan. Doa yang aku malu diungkapkan pada orang lain tetapi tidak pada-Mu.

Terima kasih tidak terhingga dariku yang tidak akan pernah berhenti berdoa kepada-Mu. Doaku semalam. Secuil takdir yang menunjukan betapa Engkau sangat romantis.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran