Masihkah Dari Dunia Dan Untuk Dunia?

Aku merasa. Aku tidak lagi paham caranya bersyukur. Karena terlalu asik mengejar apa yang menjadi cita. Lalu lupa mengingat yang dititipkan bisa saja diambil segera.

Aku pikir. Aku tidak tahu caranya berterima kasih. Karena sering kali menagih, mengeluh dan protes. Lalu hilang bertanya pada diri sudahkah memberi yang terbaik?

Aku bergumam. Aku mungkin malu berucap maaf dengan lantang. Karena sibuk mencari kesalahan dan kekurangan orang lain. Lalu tidak pernah bertanya bahwa perilakuku akankah menyakiti hati mereka?

Aku menyungging. Aku mungkin belum belajar ikhlas. Karena tidak memberi kesempatan pada kebenaran untuk menempatkan diri dengan kokoh. Lalu aku hanya keras membatu bertahan pada dogma yang salah kaprah.

Dunia beropini. Dan aku membuang mentah-mentah. Dunia membawa berita. Dan aku baca sekilas tanpa bekas. Dunia mengadu. Dan aku kikir tidak membantu.

Padahal dunia ini yang membuatku menjadi aku. Padahal dunia ini yang memberiku kuasa sebagai aku. Padahal dunia ini menitahku berlaku aku.

Pantaskah dunia menjadi milikku? Pantaskah dunia tetap memihakku? Pantaskah dunia menurut lagi padaku?

Aah... Jika aku manusia aku pasti bisa berperilaku seperti manusia. Sayangnya, aku adalah alat. Orang-orangan di sawah yang hanya ditugasi tanpa kata dan rasa. Mobil yang kemudinya tidak pernah aku kendalikan.

Aku hanya bisa menunggu. Semoga dunia berbaik hati lagi menerimaku. Semoga dunia menjadi tempat lagi menghidupiku. Semoga dunia bersahabat kembali seperti aku dahulu yang merupakan bagian dari dunia.

Komentar

  1. Yah begitulah dunia. Dunia dikerjar, dia makin lari. Giliran ditinggalkan, dia mengikuti...
    Hehe..
    Nice post
    #salamsilentrider

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih..sudah meninggalkan jejak :D
      #salamhappyreader

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran