Pesawat Kertas Biru
Apakah dunia ini sudah terlalu kejam? Hingga kalian bunuh dan lenyapkan sesuatu yang sepakat disebut dengan hati. Apakah hati itu melemahkan? Hingga kalian buang jauh-jauh rasa yang sepakat disebut dengan perikemanusian.
Dengan begitu dikira segalanya bisa dikuasai. Pemikiran salah diputar balik menjadi lumrah dan biasa saja. Sok paling mengerti. Padahal tidak semilipun kalian pahami.
Lalu mudah saja berucap langit dan bumi. Lalim. Lupakah kalian pada pemilik sejati? Bahwa ada zat yang tidak tertandingi.
Sumpah serapah sudah menjadi obrolan kalian sekarang. Arogansi menjadi kebiasaan. Gaya perlente dipasarkan. Apalagi yang tersisa dari kalian kecuali kemunafikan.
Tinggal tunggulah kekacauan lain. Seperti sinetron kekinian saja yang episodenya bertambah ketika meningkat peminat. Tinggal nikmatilah kepicikan buah otak haus kekuasaan. Seperti bertameng dalam kata-kata 'mendingan mana'.
Selamat menikmati,
Dari Manusia Setengah Dewa
Aku lipat kembali surat biru itu membentuk pesawat. Aku mengerling pada biru langit dengan hiasan awan hitam legam. Kilatan petir mulai bermain. Sudah saatnya untuk pulang.
Aku hirup napas dalam sambil menerbangkan pesawat kertas biru tersebut. Perlahan tapi pasti angin menerbangkannya. Meninggi. Meliuk-liuk. Aku tersenyum. Pesawat kertas biru memulai lagi perjalanannya dari atas puncak flyover.
Dengan begitu dikira segalanya bisa dikuasai. Pemikiran salah diputar balik menjadi lumrah dan biasa saja. Sok paling mengerti. Padahal tidak semilipun kalian pahami.
Lalu mudah saja berucap langit dan bumi. Lalim. Lupakah kalian pada pemilik sejati? Bahwa ada zat yang tidak tertandingi.
Sumpah serapah sudah menjadi obrolan kalian sekarang. Arogansi menjadi kebiasaan. Gaya perlente dipasarkan. Apalagi yang tersisa dari kalian kecuali kemunafikan.
Tinggal tunggulah kekacauan lain. Seperti sinetron kekinian saja yang episodenya bertambah ketika meningkat peminat. Tinggal nikmatilah kepicikan buah otak haus kekuasaan. Seperti bertameng dalam kata-kata 'mendingan mana'.
Selamat menikmati,
Dari Manusia Setengah Dewa
Aku lipat kembali surat biru itu membentuk pesawat. Aku mengerling pada biru langit dengan hiasan awan hitam legam. Kilatan petir mulai bermain. Sudah saatnya untuk pulang.
Aku hirup napas dalam sambil menerbangkan pesawat kertas biru tersebut. Perlahan tapi pasti angin menerbangkannya. Meninggi. Meliuk-liuk. Aku tersenyum. Pesawat kertas biru memulai lagi perjalanannya dari atas puncak flyover.
W O W 👏😮
BalasHapuskomennya sama..haha
BalasHapus