Gelitik Sayap Kupu-Kupu
Sejak uluran sapu tangan itu aku terbungkam. Duniaku berwarna terutama ketika berada di sekitarmu. Ada sinyal yang selalu memerintah bibirku untuk terus tersenyum. Terkadang lintasan adegan itu terulang kembali dibenakku. Saat kamu menertawaiku yang terjatuh karena lubang yang tertutup dedaunan layu.
Aku malu. Sementara kamu terpingkal-pingkal bahagia. Kakiku lebam dan nyeri. Sementara kamu justru berkata aku tidak pernah sekekanakan ini. Kamu. Kenapa kamu begitu menyebalkan? Aku pasti terlihat bodoh di matamu kala itu. Namun, kamu bilang aku sukses mencuri perhatianmu.
Ah... aku sungguh amatir dalam urusan ini. Aku resah dan gelisah jika tidak melihatmu. Aku mulai sering membuka lamanmu di akun media sosial. Sekarang semua yang kamu lakukan menarik perhatianku. Kamu berbeda. Apakah sudah pernah aku katakan itu padamu?
Aku tersipu setiap tatapan mata kita tak sengaja bertemu. Aku rindu pada kondisi dimana hanya ada aku dan kamu. Andai kejadian itu bisa terulang lagi atau mungkinkah kejadian itu bisa terulang lagi? Jujur. Sekarang aku tahu hati kami, para wanita, sangat lemah. Sedikit saja terjadi situasi di luar kebiasaan kami maka hal itu akan begitu membekas. Seperti saat ini. Bekas itu adalah kamu.
Kamu. Lagi-lagi kamu. Setiap saat hanya kamu. Semua tanya tertuju padamu. Segala hal menjadi tentang kamu. Geliat rona merah di pipiku cuma untuk kamu. Gelitik ini katanya jatuh cinta dan rasanya seperti ada sayap kupu-kupu. Oh dunia... apa ini salah satu tipu muslihatmu?
Komentar
Posting Komentar