Mendidik Atau Mendikte

Dunia pendidikan kita sedang banyak menjadi sorotan media. Berawal dari kisah verifikasi guru hingga persoalan pendidik dan peserta didiknya. Bagaimana wajah dunia pendidikan kita, semua pihak berhak mengeluarkan pendapatnya. Bukankah kita menganut demokrasi?

Tulisan ini adalah analisis singkat dan tidak bermaksud untuk menyudutkan siapa pun.

Dunia pendidikan terbentuk tentu saja dengan tujuan mulia mencerdaskan rakyat. Dengan pendidikan, diharapkan tidak akan ada lagi rakyat yang buta huruf sehingga tidak bisa baca tulis. Secara perlahan berhitung juga menjadi penting untuk diajarkan.

Berkembangnya bangsa berdampak juga pada berkembangnya bahan ajar. Sedikit demi sedikit kurikulum pendidikan mulai disusun dengan mempertimbangkan pengetahuan yang lebih luas dari belahan dunia lainnya. Maka semakin banyak pelajaran yang harus diajarkan.

Tentu saja, pendidikan kita hebat, bahkan beberapa olimpiade dunia berhasil dimenangkan oleh putra putri terbaik bangsa. Namun, memang tak ada gading yang tak retak. Alih-alih fokus pada prestasi, dunia pendidikan kita malah belum mampu menyejahterakan sang pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Selain itu, dunia pendidikan kita juga belum siap memberikan tameng yang kuat kepada anak didiknya. Lantaran semacam terbelenggu oleh sistem atau hasrat mendunia. Padahal dari sinilah karakter suatu bangsa terbentuk.

Seperti gajah di pelupuk mata tak tampak sedangkan semut di seberang nampak. Mulailah muncul kata mendidik dan mendikte. Kita terus didikte untuk mencapai standar tertentu tetapi alpa dididik untuk berpikir mencapainya. Kita seakan robot yang terus diperintah.

Bahkan ketika keberanian menyuarakan seperti demonstrasi meminta kesejahteraan bagi guru atau tindakan murid yang dirasa tidak sopan dinyatakan sebagai bentuk kegagalan dalam dunia pendidikan, tidak lah sepenuhnya benar. Ditambah lagi semakin banyak bumbu menuding hal tersebut adalah kurangnya pendidikan karakter sejak ini, menambah limpung sistem pendidikan kita.

Kembali dunia pendidikan kita berbenah diri, hingga sampai pada ide melakukan full day school. Sekali lagi guru semakin dituntut dan sekolah sebagai pusat pendidikan semakin dipertaruhkan. Ayo kita lebih cermat mengamati bahwa tugas mendidik bukan sepenuhnya tanggung jawab guru dan sekolah tetapi bagian dari tanggung jawab bersama. Dan apabila guru dan sekolah adalah aktor utama dalam dunia pendidikan, maka tidaklah pantas apabila yang dilakukannya hanyalah mendikte, bukan mendidik.

Setelah semua itu, perjalanan dunia pendidikan sangat sulit. Banyak beban berat yang harus dipikulnya. Terutama di era global ini, tidak hanya mencerdaskan bangsa saja tapi juga kecerdasan yang harus setara dengan bangsa lain. Dunia pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama, meskipun diamanatkan pada segilintir pihak tapi jangan sampai kita lepas tangan untuk membantu pihak-pihak tersebut. Kita pasti bisa dengan kearifan kita sebagai bangsa yang hidup dengan nilai gotong royong. Semoga dunia pendidikan semakin baik dan baik lagi di masa yang akan datang.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran