Kesalahan
Seringkali kita mendengar untuk mencapai kesuksesan butuh banyak mengalami kegagalan. Kegagalan yang terbentuk akibat dari kesalahan pasti akan berulang kali juga terjadi. Kesalahan yang tidak pernah menjadi pelajaran hanya akan berlalu sia-sia, seperti sisa pencernaan kita. Bahkan sisa pencernaan jauh lebih baik karena ternyata berkhasiat juga sebagai pupuk.
Bicara tentang kesalahan maka akan selalu ada jalan untuk termaafkan. Seperti setiap hari ketika matahari terbit selalu menjanjikan kesempatan baru atau melanjutkan kisah yang kemarin bersambung. Banyak dari kita justru bersyukur pernah berbuat salah apalagi jika dipercaya Tuhan untuk mengetahui kesalahan tersebut. Mungkin karena kita akan tersadar kembali dari lupa bahwa tempat salah adalah manusia. Namun, bukan berarti kita selalu menjadi si pembuat salah.
Kadang benturan-benturan seperti itu sering terjadi dalam kehidupan, seperti comberan yang akan selalu bertemu persimpangan untuk mencapai muaranya. Arus air di persimpangan itu akan lebih kencang dibandingkan setelah dan sebelumnya. Iya, begitulah benturan itu terjadi lalu setelahnya akan bercampur dan menjadi tenang kembali.
Galau juga sering melanda ketika kesalahan besar kita lakukan. Bukan hanya mengutuk diri karena terlalu bodoh bisa melakukan kesalahan itu, tapi juga berprediksi pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Galau adalah rasa yang tidak terdefinisikan tapi suka sekali berkunjung dan tinggal lama dalam perasaan kita. Mungkin kesalahan dan galau berteman akrab.
Untungnya, manusia adalah makhluk paling cerdas dan kita tergolong di dalamnya. Permasalahan dalam membuat kesalahan tidak akan pernah hilang meskipun kita sudah sangat mengantisipasi hal tersebut. Iya, tentu saja, bagian dari kecerdasan kita, manusia, adalah kemampuan mengantisipasi dan beradaptasi. Jika melakukan kesalahan maka akui dan perbaiki kesalahan tersebut. Kalajengking pun akan menyengat saat kondisinya dalam bahaya, makanya kita pun sebisa mungkin hanya melakukan kesalahan saat kondisi bahaya atau situasi yang tidak bisa lagi kita kendalikan.
Kemudian bagaimana jika kesalahan itu sudah kita perbuat? Tentu saja memperbaikinya. Mungkin tidak akan sama seperti kondisi sebelumnya tapi perubahan itu hanya akan memberi dua kemungkinan, yaitu membaik atau memburuk. Anggap saja itu membaik, maka kesalahan itu hanya mampir dalam sebuah nama kesalahan tetapi sebenarnya perbuatannya adalah yang terbaik yang harus dilakukan. Lalu anggap saja itu memburuk, maka kesalahan itu adalah jalan berintropeksi diri.
Kadang benturan-benturan seperti itu sering terjadi dalam kehidupan, seperti comberan yang akan selalu bertemu persimpangan untuk mencapai muaranya. Arus air di persimpangan itu akan lebih kencang dibandingkan setelah dan sebelumnya. Iya, begitulah benturan itu terjadi lalu setelahnya akan bercampur dan menjadi tenang kembali.
Galau juga sering melanda ketika kesalahan besar kita lakukan. Bukan hanya mengutuk diri karena terlalu bodoh bisa melakukan kesalahan itu, tapi juga berprediksi pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Galau adalah rasa yang tidak terdefinisikan tapi suka sekali berkunjung dan tinggal lama dalam perasaan kita. Mungkin kesalahan dan galau berteman akrab.
Untungnya, manusia adalah makhluk paling cerdas dan kita tergolong di dalamnya. Permasalahan dalam membuat kesalahan tidak akan pernah hilang meskipun kita sudah sangat mengantisipasi hal tersebut. Iya, tentu saja, bagian dari kecerdasan kita, manusia, adalah kemampuan mengantisipasi dan beradaptasi. Jika melakukan kesalahan maka akui dan perbaiki kesalahan tersebut. Kalajengking pun akan menyengat saat kondisinya dalam bahaya, makanya kita pun sebisa mungkin hanya melakukan kesalahan saat kondisi bahaya atau situasi yang tidak bisa lagi kita kendalikan.
Kemudian bagaimana jika kesalahan itu sudah kita perbuat? Tentu saja memperbaikinya. Mungkin tidak akan sama seperti kondisi sebelumnya tapi perubahan itu hanya akan memberi dua kemungkinan, yaitu membaik atau memburuk. Anggap saja itu membaik, maka kesalahan itu hanya mampir dalam sebuah nama kesalahan tetapi sebenarnya perbuatannya adalah yang terbaik yang harus dilakukan. Lalu anggap saja itu memburuk, maka kesalahan itu adalah jalan berintropeksi diri.
sipppp nih, semoga salah-salah kita ada hikmahnya ...
BalasHapusaamiin
Semoga tidak mengulangi kesalahan yg sama
BalasHapusBener banget...hany orang yang cerdas tidak terjerembab pada lobang yg sama..
BalasHapusluar biasa kak tulisannya, antika sulit sekali nulis hal-hal yang beginian ,,, kenapa yak ???
BalasHapusTerimakasih sudah berkunjung. Mohon krisannya ya kaka kaka:)
BalasHapus