Malam Ke-23 Ramadhan 1438 H
Malam apa ini? Tertulis tanggal 23 Ramadhan 1438 H. Aku tertegun. Mungkinkah malam ini adalah malam Lailatul Qadar? Dimana semua doa yang dipanjatkan terkabul. Dimana setiap napas menjadi zikir. Dimana setiap malaikat turun ke bumi, mencari hamba-Mu yang tergugu khusyuk di mimbar shalat.
Malam ini, apakah aku cukup pantas mendapatkan kemuliaan itu? Bukankah aku berlumur dosa bersimbah kekejian manusia? Aku? Apakah aku benar-benar layak mendapatkan kesempatan itu?
Sang Pencipta Hidup. Sang Pemilik Semesta. Sang Maha Kuasa. Apalah aku ini? Aku selalu sibuk dengan urusan dunia. Lalai menjaga shalat, terlambat datang ke mesjid atau keasikan tidur selepas sahur. Lalu tau-tau sudah tinggal hitungan jari Ramadhan akan pergi. Bahkan aku belum memberikan jamuan yang terbaik sebagai oleh-olehmu nanti.
Malam ke-23 Ramadhan 1438 H. Aku sungguh merasakan nikmat itu. Ada sesuatu yang dikabulkan. Ada yang tak terduga datang. Aku nyaris tak berani kembali mengingat sedetikpun apa yang baru saja terjadi.
Malam ini, ada keresahan hati yang mulai lega tetapi semakin resah. Kekosongan yang mulai terisi tetapi agak menakutkan untuk diisi. Aku ingin tetapi aku takut. Aku berharap tetapi aku cemas. Aku seperti anak kecil yang bingung.
Sebenarnya aku bahagia mengetahui ada dia yang diam-diam memimpikanku sebagai bagian dari hidupnya. Sebenarnya aku senang ada dia yang menjadi jawaban doaku sebelumnya. Sementara aku bahagia dan senang, di sisi lain banyak hal yang aku takutkan.
Ketakutan ini adalah tentang aku yang merasa tak pantas untuknya. Aku tak pernah berpikir bagaimana kemungkinan ini ada. Namun, aku percaya semua tak luput dari takdir-Nya.
Meragukan ini, bukankah meragukan kuasa-Nya? Aku juga tidak sanggup melawan yang telah ditakdirkan. Maka aku ingin tetap berjalan dengan keberanian. Menapaki setiap sendi kehidupan dengan hati yang lapang. Bukan untuk aku tetapi untuk mengejar keridhoan.
Bagaimana hati ini bisa berani dan tenang menjalani hal yang paling tidak terduga? Sungguh aku tiada kuasa. Aku berserah. Aku pasrah. Mengikuti jalan yang telah ditetapkan. Tenangkan hatiku untuk melawan setiap keresahan. Karena hati ini rapuh tak bertulang. Hilang ditelan racun jaman.
Malam ini, apakah aku cukup pantas mendapatkan kemuliaan itu? Bukankah aku berlumur dosa bersimbah kekejian manusia? Aku? Apakah aku benar-benar layak mendapatkan kesempatan itu?
Sang Pencipta Hidup. Sang Pemilik Semesta. Sang Maha Kuasa. Apalah aku ini? Aku selalu sibuk dengan urusan dunia. Lalai menjaga shalat, terlambat datang ke mesjid atau keasikan tidur selepas sahur. Lalu tau-tau sudah tinggal hitungan jari Ramadhan akan pergi. Bahkan aku belum memberikan jamuan yang terbaik sebagai oleh-olehmu nanti.
Malam ke-23 Ramadhan 1438 H. Aku sungguh merasakan nikmat itu. Ada sesuatu yang dikabulkan. Ada yang tak terduga datang. Aku nyaris tak berani kembali mengingat sedetikpun apa yang baru saja terjadi.
Malam ini, ada keresahan hati yang mulai lega tetapi semakin resah. Kekosongan yang mulai terisi tetapi agak menakutkan untuk diisi. Aku ingin tetapi aku takut. Aku berharap tetapi aku cemas. Aku seperti anak kecil yang bingung.
Sebenarnya aku bahagia mengetahui ada dia yang diam-diam memimpikanku sebagai bagian dari hidupnya. Sebenarnya aku senang ada dia yang menjadi jawaban doaku sebelumnya. Sementara aku bahagia dan senang, di sisi lain banyak hal yang aku takutkan.
Ketakutan ini adalah tentang aku yang merasa tak pantas untuknya. Aku tak pernah berpikir bagaimana kemungkinan ini ada. Namun, aku percaya semua tak luput dari takdir-Nya.
Meragukan ini, bukankah meragukan kuasa-Nya? Aku juga tidak sanggup melawan yang telah ditakdirkan. Maka aku ingin tetap berjalan dengan keberanian. Menapaki setiap sendi kehidupan dengan hati yang lapang. Bukan untuk aku tetapi untuk mengejar keridhoan.
Bagaimana hati ini bisa berani dan tenang menjalani hal yang paling tidak terduga? Sungguh aku tiada kuasa. Aku berserah. Aku pasrah. Mengikuti jalan yang telah ditetapkan. Tenangkan hatiku untuk melawan setiap keresahan. Karena hati ini rapuh tak bertulang. Hilang ditelan racun jaman.
Komentar
Posting Komentar