Kenali Shaken Baby Syndrome Agar Tumbuh Kembang Optimal

Shaken baby syndrome tengah dikaitkan dengan viralnya video salah satu youtuber ternama Indonesia. Dalam video viral tersebut, terdapat bayi berusia kurang lebih 5 bulan sedang digendong satu tangan oleh sang ayah yang sedang mengendarai jetski.

Kemudian warganet ramai mengecam aksi tersebut. Bahkan terselip komentar untuk waspada terhadap shaken baby syndrome atau sindrom bayi terguncang  yang mungkin terjadi. Pasalnya, bayi tersebut memang terlihat terayun hingga berguncang.

Lalu, apakah ada pengaruh terhadap tumbuh kembang bayi? Yuk, kenali sindrom ini agar tumbuh kembang bayi bisa optimal.

Pengertian Shaken Baby Syndrome

Sindrom bayi terguncang merupakan gejala-gejala yang terjadi pada saat bayi mengalami guncangan cukup keras di area kepala. Gejala ini berupa trauma yang bisa dibilang sebagai bentuk kekerasan kepada anak.

Tentu saja sindrom bayi terguncang memberikan dampak buruk pada perkembangan bayi. Sebab sindrom ini terdiri dari pendarahan retina mata, pendarahan otak, hingga pembengkakan pada otak.

Meskipun bisa terjadi tanpa disadari tetapi bahaya sindrom ini sungguh luar biasa. Terlebih, bayi masih rentan karena memiliki bagian otak yang lunak, pembuluh darah yang tipis, dan otot leher yang lemah.

Ketika kepala bayi tersentak atau mendapat guncangan kuat, seperti berayun keras atau berguncang cepat, otot leher bayi belum mampu menyangga area kepala. Alhasil, kepala bergerak berayun hingga berguncang ke depan dan belakang dengan cepat.

Dampak Buruk Shanken Baby Syndrome

Saat kepala berguncang maka otak bayi yang berada dalam tempurung kepala juga ikut terguncang. Otak ini ikut mengalami guncangan dan bergeser hingga adanya robekan saraf. Bahkan pembuluh darah baik di dalam maupun sekitar otak juga ikut robek dan mengalami pendarahan.

Gejala selanjutnya yang bisa muncul dan sangat berbahaya yakni koma atau tidak sadarkan diri, syok, kejang-kejang, hingga lumpah atau tidak bisa bergerak. Halini sering disebut juga sebagai cedera otak parah.

Jika cedera otak belum parah, beberapa gejala yang bisa terjadi yakni bayi semakin rewel, terlihat lemas hingga mengantuk setiap saat, gangguan pernapasan, muntah, kulit pucat hingga kebiruan, tidak nafsu makan, dan tremor.

Apapun gejala dan kondisi yang dialami, apabila muncul gejala tersebut sebaiknya segera bawa bayi ke IGD. Sebab, kondisi ini tidak boleh diremehkan agar kerusakan otak permanen bisa dihindari. Proses tumbuh kembang pun tidak terganggu.

Pencegahan Shaken Baby Syndrome

Agar tumbuh kembang bayi menjadi optimal, baik orang tua maupun orang dewasa di sekitar bayi harus paham dengan sindrom ini. Sebab, gerakan apapun yang dapat mengguncang bayi terlalu keras bisa menyebabkan sindrom ini terjadi.

Berikut tindakan yang bisa mencegah sindrom bayi terguncang, yaitu.

1. Memahami bahaya dan kekerasan pada anak

Beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan yakni dengan mengikuti kelas pendidikan atau parenting terkait tumbuh kembang anak.

2. Selalu tenang dalam menghadapi bayi

Kadang bayi rewel dan sulit berhenti menangis, sehingga orang tua merasa kesal dan terbawa emosi. Lalu tanpa sadar melakukan guncangan terlalu keras pada bayi. Maka tetaplah tenang dalam setiap kondisi dan situasi dalam menghadapi bayi.

3. Menghindari segala bentuk guncangan yang terlalu keras, termasuk saat membawa bayi dalam gendongan

Selalu waspada dan hati-hati dalam menggendong agar bayi tidak mengalami guncangan yang terlalu keras.

Shaken baby syndrome agaknya cukup membuat khawatir para orang tua. Khususnya di usia bayi yang masih belia. Namun, ada saja orang tua yang kurang memperhatikan hal ini. Padahal, menjaga kepala bayi sama dengan menjaga masa depan anak. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran