Misi Kata Titip dan Temani

Titip dan Temani

Titip dan Temani menjadi dua kata populer yang sering disandingkan. Rupanya kedua kata ini tidak serta merta hadir begitu saja ke permukaan. Namun, ada misi yang terselubung di dalamnya.

Aku pun baru menyadari. Setelah beberapa kali mengikuti suatu seminar yang diselenggarakan oleh komunitas ini. Rasanya kata Titip dan Temani amatlah dekat dengan penciptaan kita sebagai manusia.

Tentu kedua kata ini tidak pernah berkonotasi negatif. Malah, kedua kata ini memberikan power kuat dari akarnya. Jadi, bukan sembarangan kata yang begitu saja disandingkan. Bahkan hampir menjadi jargon luar biasa.

Berawal dari sebuah penciptaan. Keyakinan terhadap Tuhan, kedua kata ini berasal. Segala kepemilikan yang di dunia. Segala bentuk rupa di bumi. Bahkan segala detakan hingga hembusan napas. Segalanya adalah milik Tuhan.

Jika seorang manusia memiliki salah satu, sebagian, atau seluruhnya, maka itu hanyalah titipan. Titipan dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun titipan itu tidak sembarangan dititipkan. Titipan itu harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya.

Hal tersebut yang kemudian disebut sebagai hari hisab atau perhitungan. Lalu dilanjutkan dengan hari pembalasan sesuai dengan apa yang sudah diperbuat.

Misi kata Titip dan Temani agaknya bukan hanya perkara akhirat saja. Tetapi juga terkait dengan kehidupan sehari-hari. Bukankah kita sering menitipkan sesuatu kepada orang lain? Bukankah hal ini berarti kita tidak pernah seberkuasa itu untuk menjaga sendiri apa yang kita miliki?

Terlalu beratkah beban penjagaan itu? Atau memang kita yang sudah didesain memiliki kekuatan atau kemampuan yang terbatas?

Mungkin kita bersepakat bahwa kekuatan atau kemampuan kita terbatas. Oleh karenanya kita membutuhkan orang lain untuk membantu. Meski kadang orang lain pun sibuk dengan keruwetan dirinya sendiri. Alhasil, kita tak punya lagi tempat untuk menitipkan sesuatu.

Maka titipkanlah segalanya pada Tuhan. Bukankah penjagaanNya lebih baik dari penjagaan semua makhluk di bumi ini? Bukankah penjagaanNya lebih kuat dari penjagaan seluruh makhluk di dunia?

Lalu mintalah ditemani olehNya. Dalam setiap kondisi dan situasi. Walaupun kita tahu bahwa Tuhan senantiasa melihat apa yang kita lakukan. Bahkan Tuhan pun tahu apa yang ada dalam hati kita.

Tapi tetaplah meminta untuk ditemani olehNya. Sebab, sadar untuk meminta dan sadar bahwa pengawasan itu selalu membersamai kita, itulah nikmat yang luar biasa.

Tak heran dalam seminar tersebut, para peserta diajak untuk selalu menggumamkan kedua kata ini. Tujuannya hanya satu, agar selalu mengingat siapa pencipta manusia. Bahwa manusia tidak memiliki kekuatan dan kemampuan yang sebesar itu.

Titip dan Temani bagai afirmasi positif untuk terus bergantung pada Tuhan. Hal ini baik untuk meningkatkan rasa iman dan takwa. Afirmasi positif yang terus berulang akan berdampak pada setiap sambungan neuron manusia.

Sambungan yang menguat dan memancarkan sinyal-sinyal magnetis yang hebat. Sinyal ini dipancarkan ke alam lalu menarik banyak hal yang baik. Kemudian secara konsisten, kehidupan terasa menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Sungguh misi kata Titip dan Temani ini tidak pernah bersumber dari keinginan yang sifatnya nafsu saja. Melainkan juga berasal dari kesadaran diri yang terbatas namun bersandar pada Tuhan yang tepat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran