9 Dilema Deforestasi Tempo Dulu Hingga Kini

Hutan
Hutan (Sumber: Pixabay)

 Deforestasi tak lagi menjadi kejadian yang hangat diperbincangkan belakangan ini. Padahal, deforestasi masih terus terjadi. Meskipun siaran pers dari KLHK di tahun 2021 menyebutkan bahwa laju deforestasi menurun sebesar 75,03 %.

Deforestasi berarti adanya fenomena atau kejadian hilangnya tutupan pohon dan area hutan secara permanen. Hal ini bisa terjadi akibat akitivitas manusia atau kejadian alam. Seperti, kebakaran hutan, penebangan liar, atau alih fungsi lahan.

Fenomena Deforestasi

Banyak mata mulai tertuju pada kondisi hutan Papua. Hanya dalam waktu dua dekade, hutan Papua telah kehilangan 750.000 Ha hutan atau dua persen dari luas total hutan. Angka fantastis mengingat gencarnya pemerintah melawan deforestasi.

Tak jauh berbeda, hutan Sumatera dan Kalimantan sudah menjadi korban sejak lama. Tuntutan jumlah penduduk yang semakin banyak tentu berimbas pada kebutuhan yang terus meningkat. Bahkan kerusakan hutan tak mampu dicegah.

Dilema Deforestasi dari Masa ke Masa

Sepakat betapa penting keberadaan hutan, nyatanya tidak mampu menyelamatkan hutan itu sendiri. Bukan karena manusia tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Hanya saja, ada dilema muncul hingga deforestasi tetap terjadi.

Apa saja dilema hingga deforestasi masih berlangsung? Berikut ini 9 dilema deforestasi tempo dulu hingga kini.

1. Ekspansi lahan pertanian

Deforestasi tempo dulu hingga kini tak pernah lepas dari ekspansi lahan pertanian. Baik pertanian rakyat maupun modern, semuanya membutuhkan lahan yang semakin luas. Tak heran, lahan hutan yang menjadi sasaran.

2. Kebutuhan energi dan pertambangan

Kebutuhan energi dan pertambangan terus meningkat seiring kebutuhan manusia. Bahkan tambang dan mineral menjadi sektor yang tumbuh pesat. Kedua sektor ini paling banyak berada di bawah tanah hutan hingga mengakibatkan deforestasi.

3. Bencana kebakaran

Studi membuktikan bahwa deforestasi akibat kebakaran hampir selalu terjadi karena ulah manusia. Kebakaran ini dilakukan bukan tanpa sebab. Seringnya, kebakaran terjadi guna alih fungsi lahan hutan menjadi lahan terbuka lain.

4. Populasi yang semakin meningkat

Pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Tentu populasi ini mendesak lahan hutan hingga terjadi deforestasi. Namun, jika deforestasi tidak terjadi maka dimanakah manusia akan melangsungkan kehidupannya? Sungguh dilema bukan.

5. Pembukaan lapangan pekerjaan

Pembukaan lapangan pekerjaan mendesak berkurangnya lahan hutan. Hal ini terkait dengan kebutuhan penyediaan lapangan bagi masyarakat yang terus bertambah. Seperti lapangan kerja perkebunan, pertanian, hingga perdagangan.

6. Kebutuhan komsumsi yang terus berubah

Tempo dulu konsumsi manusia hanya seputar memenuhi kebutuhan primer. Namun kini, konsumsi manusia terus berubah hingga kebutuhan properti. Seperti rumah dan sarana penunjang lain yang menyebabkan deforestasi.

7. Ekspansi lahan perikanan

Ekspansi lahan perikanan juga tidak bisa diabaikan. Pasalnya, produk perikanan semakin berkembang pesat dengan segala inovasi. Alhasil, pembangunan tambak atau sejenisnya menambah angka deforestasi, khusunya di area pesisir.

8. Kebutuhan kertas untuk penerbitan buka

Dilema selanjutnya yakni deforestasi akibat kebutuhan kertas. Salah satu kebutuhan kertas yakni pada industri penerbitan buka. Tapi bagaimana jika tidak ada lagi buku beredar, sementara buku disebut sebagai jendela dunia?

9. Pembukaan jalur atau jalan

Pembangunan tidak lepas dari pembuatan infrastruktur jalur atau jalan. Sebab, infrastruktur ini memiliki peran penting dalam menghubungkan setiap area atau daerah. Sehingga lahan hutan mengalami deforestasi.

Dilema deforestasi layaknya pisau bermata dua. Bagaimana pun antisipasi atau pencegahan dilakukan, deforestasi tetap akan terjadi. Hanya saja meminimalisir laju dan dampak deforestasi agaknya lebih penting untuk diperbincangkan hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran