Mengajarkan Tanggung Jawab
"Mak, anak saya tuh sudah besar, sudah kuliah, tapi bantuin Mamaknya saja tidak ada. Sibuk dengan gadget, kuliah dan teman-temannya, Mak."
"Kalau sudah besar seperti itu memang susah ya, Mak. Itulah hasil yang Mamak tuai setelah menanamnya saat kecil dulu. Maaf ya, Mak. Kalau sudah begitu hanya bisa berdoa pada Tuhan semoga ada hidayah dan coba diajak ngobrol pelan-pelan, Mak."
Percakapan singkat itu aku dengar dari siaran radio mobilku. Malam ini lengang. Aku mengemudi mobil dengan santai. Aku jadi ingat pernah melihat kondisi serupa dalam kehidupan nyata. Kondisi tersebut sebenarnya sangat sederhana tentang bagaimana mengajarkan tanggung jawab.
Mengajarkan tanggung jawab tidaklah mudah. Apalagi tanggung jawab tidak selalu terkait dengan balasan di saat yang sama. Tanggung jawab seringkali tidak pernah terikat dengan hak sehingga jika tidak menguntungkan akan sulit juga diterapkan.
Pertanyaan sederhana yang selalu muncul yaitu kapan waktu yang tepat mengajarkan tanggung jawab?
Jawabannya juga sederhana. Sedini mungkin.
Banyak pakar psikologi anak menjabarkan dengan rinci cara mengajarkan tanggung jawab kepada anak. Bahkan salah satu langkah kecilnya yaitu membuat anak mampu merapikan mainannya sendiri. Mudah saja.
Berbeda dari sekolah yang sangat gamblang menjelaskan tentang tanggung jawab. Di rumah, orang tua sering berkilah tidak tega. Alhasil, jadilah anak lebih mementingkan tanggung jawabnya di luar rumah. Lalu cenderung terus-menerus merasa bahwa rumah tidak membuatnya harus terbebani dengan tanggung jawab.
Akhirnya, seperti pepatah mengatakan apa yang kau tanam akan menjadi yang kau tuai.
Hmm... apa yang sedang aku lakukan. Bukankah fokus pada kemudiku lebih penting? Anakn-anakku sudah menungguku di rumah. Baiklah selamat malam semua penduduk bumi.
"Kalau sudah besar seperti itu memang susah ya, Mak. Itulah hasil yang Mamak tuai setelah menanamnya saat kecil dulu. Maaf ya, Mak. Kalau sudah begitu hanya bisa berdoa pada Tuhan semoga ada hidayah dan coba diajak ngobrol pelan-pelan, Mak."
Percakapan singkat itu aku dengar dari siaran radio mobilku. Malam ini lengang. Aku mengemudi mobil dengan santai. Aku jadi ingat pernah melihat kondisi serupa dalam kehidupan nyata. Kondisi tersebut sebenarnya sangat sederhana tentang bagaimana mengajarkan tanggung jawab.
Mengajarkan tanggung jawab tidaklah mudah. Apalagi tanggung jawab tidak selalu terkait dengan balasan di saat yang sama. Tanggung jawab seringkali tidak pernah terikat dengan hak sehingga jika tidak menguntungkan akan sulit juga diterapkan.
Pertanyaan sederhana yang selalu muncul yaitu kapan waktu yang tepat mengajarkan tanggung jawab?
Jawabannya juga sederhana. Sedini mungkin.
Banyak pakar psikologi anak menjabarkan dengan rinci cara mengajarkan tanggung jawab kepada anak. Bahkan salah satu langkah kecilnya yaitu membuat anak mampu merapikan mainannya sendiri. Mudah saja.
Berbeda dari sekolah yang sangat gamblang menjelaskan tentang tanggung jawab. Di rumah, orang tua sering berkilah tidak tega. Alhasil, jadilah anak lebih mementingkan tanggung jawabnya di luar rumah. Lalu cenderung terus-menerus merasa bahwa rumah tidak membuatnya harus terbebani dengan tanggung jawab.
Akhirnya, seperti pepatah mengatakan apa yang kau tanam akan menjadi yang kau tuai.
Hmm... apa yang sedang aku lakukan. Bukankah fokus pada kemudiku lebih penting? Anakn-anakku sudah menungguku di rumah. Baiklah selamat malam semua penduduk bumi.
Komentar
Posting Komentar