Udara ini beda
Rasanya tak lagi sama. Udara hari ini tak lagi sama dengan
udara yang ku hirup kemarin. Bumiku sudah tak berdaya menopang kami, para
manusia yang tidak tahu diri ini. Tak ada lagi kicauan burung untuk di dengar,
tak ada lagi suara jangkrik di malam hari hari, tak lagi embun di pagi hari
yang memandikan tumbuhan-tumbuhan di pekarangan rumah ku, dan tak ada lagi
semilir kesunyian pagi yang bisa dirasakan karena sibuknya aktivitas mereka.
Lantas apalagi yang bersisa sekaranga?
Empat hari lalu, aku baru saja merasakan indahnya kesunyian,
kesejukan, dan keasrian bumi ini. Ya! Hanya satu yang bersisa gunung tinggi
kokoh yang menjulang itu. Siapa yang bisa melawan kegagahannya kecuali yang Pencipta?
Benar sekali! Gunung itu memang tiang bumi, untung masih ada gunung yang bisa
menyangga kehidupan manusia-manusia ini.
Sedih rasanya, hari ini aku menyadari bahwa sudah banyak
sekali yang alam korbankan untuk kita. Tapi, mereka sebut itu adalah
keseimbangan. Keseimbangan macam apa? Ketika kita bereaksi alam juga akan pasti
member aksi. Ketika kita hilangkan hutannya maka alam akan kirimkan banjirnya.
Mungkin itu yang disebut hukum alam. Lalu, dimana aku harus berdiri sekarang.
Terseok-seok melihat mereka penguasa tak punya hati menetapkan peraturan yang
akibatnya semakin parah.
Meskipun aku tidak tahu saat ini berdiri dimana, tapi aku
pastikan aku akan selalu mencoba membela alamku, bukan par politikus murahan
yang bisa dengan mudah dibeli hanya dengan kesenangan dunia. Anak cucuku lebih
berharga dari apa yang mereka perjuangkan sekarang. Semangat memulai, semangat
mencoba, semangat memberi!
Komentar
Posting Komentar