Ini yang aku temukan
Sepi rasanya setelah pindah ke kosan baru. Sekarang aku merasakan kembali ketika pertama kali aku harus jauh dari keluargaku. Tinggal di asrama, untuk memperoleh pembelajaran baru dalam hidupku. Kali ini suasana itu datang lagi. Rasanya aku kesepian. Tapi, aku beruntung bisa merasakannya lagi, sehingga aku tau saat ini aku harus menjadi apa dan berbuat apa.
Mungkkin, satu yang berbeda, pola pikirku sudah tidak sama. Ya! Aku sudah dewasa. Meskipun begitu berada dalam kondisi sepi seperti ini membuatku selalu merindukan rumah. Aku ingin cepat lulus. Bahkan, aku merasa aku tidak bernai lagi untuk pergi lebih jauh dari keluargaku. Bagaimanapun juga mereka yang telah banyak membantuku melihat sebagian kecil puingan dari kehidupan ini.
Aku juga selalu merindukan ibuku. Ingin selalu rasanya dapat melihatnya, memakan masakannya, dan melihat kerusuhannya ketika beliau akan pergi kemanapun. Hemmm...Lucunya..Membuatku tersenyum saat ini. Ketika pertama kali pindah, aku menangis, aku tidak bisa membereskan kamar kosanku sendiri. Apa jadinya kalau Allah nanti memanggil ibuku? Aku bar sadar betapa ibuku sangat berharga. Allah adil kok. Lebih mentakdirkan Bapak pergi dari hidupku dari pada Ibu. Meskipun terkadang aku iri juga melihat teman-temanku yang memiliki keluarga lebih lengkap dan lebih bahagia.
Saat itu, aku langsung mengirim sms untuk ibuku. Isinya "Ibu, kesini bu, winda gak bisa ngerapin kamarnya sendiri", dan benar saja seketika itu juga ibuku menelpon dan ternyata beliau sudah menangis. Aku sadar bahwa betapa beliau menyayangiku. Meskipun aku selalu mengatakan beliau lebih sayang kakak laki-lakiku dan aku sempat merasa kecewa olehnya ketika Yosi mengatakan bahwa pada saat pulang Ibu selalu menganggapku adalah tamu. Tapi, semua perasaan itu hilang dan saat ini aku hanya percaya satu hal, Ibuku sayang sekali kepadaku.
Terima kasih ya Allah... Engkau benar, meskipun semuanya begitu sulit tapi Engkau membuatnya mudah karena telah mengirimkan bidadari untuk menemaniku. Mulai saat itu aku berjanji tidak akan membantah perintahnya. Aku juga ingat ketika telepon Ibuku ditutup, aku berdoa pada Allah, semoga Ibuku akan selalu menemaniku hingga aku berkeluarga nanti. Aku tidak bisa membayangkan jika nanti aku memiliki rumah baru, apa yang bisa aku perbuat dengan ruma baruku itu? Satu-satunya orang yang akan aku hubungi adalah Ibuku.
Jadi, Ya Allah kabulkanlah permohonan kecilku ini. Suamiku kelak haruslah laki-laki yang menyayangi Ibuku juga. Karena aku sadar bahwa kasih sayangnya kepada aku dan saudaraku yang lain tidak akan pernah hilang meskipun ayah kami sudah menyakiti hati dan jiwanya. Entahlah, apakah aku bisa membahagiakan bidadari penjagaku ini? Hanya satu kekuatan yang bisa aku lakukan adalah berdoa dan memohon kepada-Nya untuk selalu memberikan yang terbaik dan membuat senyumnya selalu menghiasi wajahnya yang sudah mulai menua.
Sudah larut. Saatnya aku mengejar sisi lain dalam hidupku, sebagai salah satu cara untuk membahagiakanmu bidadari penjagaku.
Mungkkin, satu yang berbeda, pola pikirku sudah tidak sama. Ya! Aku sudah dewasa. Meskipun begitu berada dalam kondisi sepi seperti ini membuatku selalu merindukan rumah. Aku ingin cepat lulus. Bahkan, aku merasa aku tidak bernai lagi untuk pergi lebih jauh dari keluargaku. Bagaimanapun juga mereka yang telah banyak membantuku melihat sebagian kecil puingan dari kehidupan ini.
Aku juga selalu merindukan ibuku. Ingin selalu rasanya dapat melihatnya, memakan masakannya, dan melihat kerusuhannya ketika beliau akan pergi kemanapun. Hemmm...Lucunya..Membuatku tersenyum saat ini. Ketika pertama kali pindah, aku menangis, aku tidak bisa membereskan kamar kosanku sendiri. Apa jadinya kalau Allah nanti memanggil ibuku? Aku bar sadar betapa ibuku sangat berharga. Allah adil kok. Lebih mentakdirkan Bapak pergi dari hidupku dari pada Ibu. Meskipun terkadang aku iri juga melihat teman-temanku yang memiliki keluarga lebih lengkap dan lebih bahagia.
Saat itu, aku langsung mengirim sms untuk ibuku. Isinya "Ibu, kesini bu, winda gak bisa ngerapin kamarnya sendiri", dan benar saja seketika itu juga ibuku menelpon dan ternyata beliau sudah menangis. Aku sadar bahwa betapa beliau menyayangiku. Meskipun aku selalu mengatakan beliau lebih sayang kakak laki-lakiku dan aku sempat merasa kecewa olehnya ketika Yosi mengatakan bahwa pada saat pulang Ibu selalu menganggapku adalah tamu. Tapi, semua perasaan itu hilang dan saat ini aku hanya percaya satu hal, Ibuku sayang sekali kepadaku.
Terima kasih ya Allah... Engkau benar, meskipun semuanya begitu sulit tapi Engkau membuatnya mudah karena telah mengirimkan bidadari untuk menemaniku. Mulai saat itu aku berjanji tidak akan membantah perintahnya. Aku juga ingat ketika telepon Ibuku ditutup, aku berdoa pada Allah, semoga Ibuku akan selalu menemaniku hingga aku berkeluarga nanti. Aku tidak bisa membayangkan jika nanti aku memiliki rumah baru, apa yang bisa aku perbuat dengan ruma baruku itu? Satu-satunya orang yang akan aku hubungi adalah Ibuku.
Jadi, Ya Allah kabulkanlah permohonan kecilku ini. Suamiku kelak haruslah laki-laki yang menyayangi Ibuku juga. Karena aku sadar bahwa kasih sayangnya kepada aku dan saudaraku yang lain tidak akan pernah hilang meskipun ayah kami sudah menyakiti hati dan jiwanya. Entahlah, apakah aku bisa membahagiakan bidadari penjagaku ini? Hanya satu kekuatan yang bisa aku lakukan adalah berdoa dan memohon kepada-Nya untuk selalu memberikan yang terbaik dan membuat senyumnya selalu menghiasi wajahnya yang sudah mulai menua.
Sudah larut. Saatnya aku mengejar sisi lain dalam hidupku, sebagai salah satu cara untuk membahagiakanmu bidadari penjagaku.
Komentar
Posting Komentar