Ini pasti berkah!

    Hari ini, sungguh luar biasa. Akhir-akhir ini aku memang merasa bahwa hatiku semakin mengeras. Aku sudah jarang sekali menangis, aku tidak bisa bangun malam untuk shalat tahajud, dan melupakan hal-hal yang seharusnya sudah menjadi tanggungjawabku. Ibu..aku merasa aku seperti berjalan sendiri. Merasa kesal entah dengan apa, merasa benci entah dengan siapa, merasa bersalah dan marah entah bagiamana. Aku.....merasa ada seuatu dalam diriku yang berontak. Ingin keluar, ingin berteriak, ingin bahwa semua orang tahu keberadaanku di bumi ini. Tapi, siapa aku? Makhluk lemah yng tidak berharga. Dan aku cukup sadar dengan hal itu.
     Tapi hari ini berbeda. Hari ini aku tidak sedang marah, aku tidak sedang kesal, aku tidak sedang benci, dan tidak sedang merasa bersalah. Hari ini, aku diam, merenung, mengingat, dan menangis....
    Hari ini, aku ditampar untuk dibangunkan. Aku sadar aku sudah terlalu terlena dengan semua yang aku ingin capai, tapi aku lupa dengan apa yang aku miliki. Cukup fokus dengan satu tujuan, maka semua akan sempurna. Aku sudah melupakan kesenpurnaan itu. Melupakan hakikat bahwa manusia selalu berusaha untuk sempurna karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna.
    Semalam aku menginap di kosan Ajeng, mungkin ini kebodohanku yang pertama. Aku selalu memikirkan orang lain, selalu tidak bisa menolak orang lain, selalu berusaha menjadi orang baik untuk orang lain. Tapi aku lupa diriku sendiri. Aku lupa bahwa aku memiliki jadwal dan kehidupan yang berbeda dengan teman-temanku. Aku selalu ingin hadir untuk mereka, tapi aku lupa bahwa aku tak sekalipun bisa hadir untuk diriku sendiri.
    Paginya aku pulang dengan terburu-buru, karena aku harus menjadi asprak invent jam 7 pagi. Aku pulang ke kosan entah dengan pikiran apa, tapi satu yang aku tahu, hari ini aku harus pulang ke rumah karena aku sudah janji dengan ibuku untuk pulang. Ini adalah kesalahan keduaku, tidak bisa mengatur waktu, tidak bisa merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Aku selalu terburu-buru, berangkat kuliahpun seperti itu, bangun pagi tidak bisa, mengatur jam mandi sulit, berniat shalat Dhuha tapi selalu kesiangan karena rasa malas dan selalu mengentengkan semuanya.
    Pulang dari ngasprak, di perjalanan bareng Andrian, kita ngomongin hasil UTS pehdas, dn ternyata nilai aku tidak pernah bisa sebagus nilainya. Kita juga ngobrolin tentang hal-hal yang pengen kita lakuin di skripsi dan betapa kita gak ngertinya tentang materi kuliah Pehdas. Kesalahan ketiga, aku tidak pernah bersyukur dengan apa yang aku dapat. Aku sudah dapat dosen PS Pak Eeng, tapi kenapa selalu menyalahkan beliau kalau aku masih belum bisa akrab dengan beliau, masih belum bisa bertemu beliau secara pribadi dan formal, masih belum bisa bercerita apa yang aku inginkan. Padahal, itu karena aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik ke Pak Eeng, tapi malah selalu menyalahkannya yang tidak bisa seperti dosen-dosen lainnya. Itu bukan karena beliau aneh, tapi karena beliau berbeda dari yang lain. Aku akan menjadi spesial karena tangan beliau, jadi aku harus berusaha sendiri bukan malah menyalahkan beliau. Kesalahan selajtnya aku terlalu egois, aku tahu bahwa aku tidak mengerti materi kuliah pehdas tapi tidak berusaha untuk memberi waktu lebih untuk mencoba mempelajarinya. Payah...
    Sampai di kosan, mau ngirim email ke Cahya buat tugas jurnal PHR, tiba-tiba latopnya mati karena chargerannya gak bisa nyala. Bingung gak tau harus gimana, ditambah lagi kepikiran punya laptop baru yang layarnya bisa dicopot. Apakah ini akibatnya? entah kebetulan atau tidak, tapi dulu aku juga pernah berpikir untuk membeli hp baru dan ternyata hp ku bener-bener hilang dan aku harus beli hp baru beneran. Tadi pikiranku sempat seperti itu, atau karena aku ingin memiliki laptop baru makanya laptop aku rusak?
    Tanpa berpikir panjang aku sms ke Bapak mengabarkan laptopku rusak dan ingin dibelikan laptop baru. Seketika Bapak menelpon dan menanyakan kenapa. Bapak bilang kalau Bapak tidak punya uang untuk membelikan aku laptop baru, sedetik kemudian entah kenapa air mataku langsung jatuh tiba-tiba. Aku tidak ingin membuat susah mereka, aku tahu aku belum bisa berbuat apa-apa yang bisa membahagiakan mereka. Sedih rasanya mengingat hal itu saat ini untuk ditulis kembali. Ini adalah puncak kesalahanku hari ini. Bodoh...
    Aku selalu ingin menjadi wanita dewasa, tapi sekalipun aku tidak pernah berpikiran dewasa. Apakah ini yang disebut dewasa? Bukan win, bukan ini. Lucu sekali aku melihat diriku. Selalu memikirkan apa yang aku inginkan bukan yang aku butuhkan. Selalu seperti ini. Sudah berapa kejadian yang selalu aku ulangi karena keserakahanku. Hari ini, aku harus selalu ingat untuk berpikir bukan berhasrat, untuk berstrategi bukan bernafsu.
    Hari ini, aku lembutkan hatiku lagi untuk berpikir entang diriku dan apa yang aku butuhkan. Maaf untuk segala yang aku perbuat hari ini ya Allah. Maaf untuk orang-orang yang selalu aku sakiti hatinya. Maaf untuk mereka yang selalu ada untukku tapi tak pernah aku hargai. Maaf untuk semua yang menyayangiku tapi selalu aku lupakan. Maaf spesial untuk Ibuku karena aku tidak menepati janji untuk pulang hari ini. Aku ingin memikirkan diriku sendiri mulai hari ini. Aku tidak ingin kehilangan diriku lagi. Aku tidak ingin dikenal banyak orang jika itu bukanlah aku.
    Terima kasih ya Allah sudah menyentilku. Menyentilku dengan halus hingga aku merasa sakit dan lemah. Aku tidak akan berusaha untuk memperoleh segala yang hanya ku inginkan. Aku akan berusaha sempurna. Sempurna menjadi hamba-Mu. Sempurna menjadi bagian dari umat Rasulku Muhammad.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran