Terbiasalah dengan Kedatangan dan Kepergian


Terbiasalah dengan kedatangan dan kepergian. Bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Hanya menunggu waktu saja. Semua sudah digaristakdirkan oleh Aedllah subhanahu wa ta'ala, Sang Maha Memiliki.
Tak hanya tentang yang bernyawa, ujian pun datang dan pergi. Begitu juga dengan cobaan. Semua tentu punya jalan waktu masing-masing untuk datang dan pergi. Meski demikian terasa berbeda emosi yang tentu terbangun dari kedua kondisi ini.
Aku tertarik saja pada hal ini. Bukan bermaksud untuk menggurui atau merasa paling tahu segalanya. Hanya saja, aku pun merasakan seperti apa yang kalian rasakan. Ketika keadaan menjadi tidak menyenangkan. Lalu berlalu menjadi sangat menyenangkan.
Pada akhirnya kita dipaksa untuk terus berusaha mengupayakan. Tentu saja mengupayakan kebahagiaan. Walaupun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, prosesnya mutlak harus diaminkan. Sebab dengan itu kita menjalani hidup dan berkehidupan.
Selayaknya rembulan yang bisa datang lalu pergi. Bukan karena ingin, namun kewajiban diri menjalankan perintah Ilahi. Jadi, apakah pantas kita sebagai manusia yang kecil ini membangkang atas perintah yang sama?
Cukuplah berserah ketika kita harus datang dan pergi. Dan cukuplah berserah ketika kita mengalami kedatangan dan kepergian. Anggap saja semua merupakan perkara wajar yang lumrah terjadi. Nanti juga terbiasa. Walaupun saat dijalani terasa sulit sekali.
Kali ini aku pun mau memenangkan diri, satu kali lagi. Semua akan berlalu pergi. Datangnya perasaan sedih, marah, dan merasa bersalah ini, juga akan sirna bersama waktu yang terus berlalu. Bukan tersebab aku kuat atau perasaan ini yang menciut. Akan tetapi, semua menjadi lumrah dan terbiasa.
Hidup hanya sekali. Mampukan hati untuk terus menata diri. Menjadi versi terbaik yang kita miliki. Anggap saja ini teguran untuk lebih berarti dari masa kemarin. Sehingga kita bisa jadi lebih percaya diri. Perkara yang tidak perlu diungkit dalam hati. Padahal sukses menyayat diri.
Ah, aku sudah terlalu sibuk dan mengiba pada diri. Kini saatnya melanjutkan lagi jejak perjalanan ini. Kita sering merasa dan merasa saja sendiri. Padahal orang lain tak begitu peduli.
Sudahlah lebih baik kita menatap lagi ke langit. Ada cuaca yang sedang tidak menentu. Kadang mendung, kadang cerah. Bismillah mari kita menikmati semua dengan terus memanjatkan doa agar Tuhan mau terus memberi pada makhluk rendah ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran