Memetik Senyummu
Pongah. Malam itu bintang sangat dekat dengan langit. Meskipun bulan masih jadi terang yang paling sendu. Tetap gelap menjadi juara satu. "Mah, mungkin cinta kita tidak bisa seperti cinta anak gedongan. Walaupun begitu kamu tahu aku rela memberi seluruh nafas ini." Danto sudah tidak ingin bungkam lagi pada cintanya. Berbulan memendam rasa, kini dia tidak ingin lagi tersiksa. Biar saja malam marah karena pujangga cintanya memilih manusia. Wanita di hadapannya diam seribu bahasa. Entah takut atau malu pada pemilik pertigaan penghubung desa, kota dan rumahnya. Yang jelas, wanita ini sedang berpikir sebab akibat dari tindakan yang akan diambilnya. "Kamu paling tahu bagaimana aku mengejar cintamu. Pertigaan ini bahkan menjadi saksi, Mah. Tidak akan ada yang berani menyakitimu. Katakan apa pendapatmu?" "Pertigaan ini milikmu maka tanamlah apapun di sini." "Maksudmu?" "Petik senyumku. Jika kamu berhasil maka Tuhan pun tidak punya kuas