Sayap Kupu-Kupu

"Kak, adek gak mau ninggalin Kaka!" Senyumku mengembang sekaligus memperlihatkan barisan gigiku yang tidak rapih.

"Kaka juga gak mau ninggalin Adek. Eh tapi Adek suka nakal sih! Kaka males jadinya."
Untuk mendengar kalimat itu, aku harus rela kehilangan senyumku.

Aku tidak nakal. Sungguh. Aku hanya ingin mengambil perhatian Kaka. Karena Kaka yang sudah semakin besar lebih sering pergi sendiri dengan teman-temannya. Lalu aku tidak lagi mempunyai teman bermain.

"Hei..malah bengong. Ini handphone Mama, Adek saja yang main, Kaka mau main di luar."

"Kaka...Adek ikuut..."

"Gak ah! Adek di rumah aja."

Prrkk!

Pintu ditutup. Ruangan ini seketika sepi. Padahal, TV masih menyala. Mempertunjukan tingkah anak laki-laki kembar dari negeri tetangga. Dulu, aku dan Kaka sering menontonnya. Namun, sekarang hanya ada aku. Sendiri.

Papa dan Mamaku bekerja dari pagi hingga sore. Aku akan benar-benar merasa memiliki keluarga di malam hari. Itupun kalau mereka tidak mendapat jatah lemburan. Dan di akhir pekan juga, itupun kalau mereka tidak ditugaskan dinas keluar kota.

Baiklah. Sendirian pun tidak apa. Lagi pula aku sudah biasa. Kata Mama, aku akan jadi anak pintar dengan berani ditinggal sendirian di rumah. Kata Papa, aku akan jadi anak lucu dengan tidak berkelakuan nakal.

Meskipun begitu, aku hanya ingin mereka semua ada di sini. Mungkin saat aku telah sebesar Kaka, aku akan punya banyak teman. Atau aku main saja sendiri. Pasti sore hari akan cepat datang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran