Baiklah, Jika Hari Ini Tak Bisa Besok Kita Masih Punya Waktu!

"Salah satu poin dalam daftar impianku adalah bisa mendaki hingga puncak Mahameru bersamamu!" Kataku akhirnya.

Sungguh, aku tak bisa lagi menahan amarah yang menderu dalam dada. Mantan pacar yang kini telah menjadi suamiku seminggu terakhir ini, benar-benar membuatku kecewa. Bagaimana bisa dalam seminggu kamu berubah?

"Kamu berubah! Dalam waktu seminggu kamu jadi tak suka lagi mendaki? Bukannya gunung adalah jiwa yang lain?"

"Iya, sebelum aku menemukan jiwa yang paling aku ingin miliki."

Aku lempar tubuhku ke tempat tidur. Aku tutup rapat seluruh tubuhku dengan selimut. Sejurus kemudian aku rasakan belaian tanganmu di kepalaku. Aku tak ingin kalah. Tak ingin sebelum kamu bersedia membawaku ke puncak Mahameru.

"Kenapa harus Mahameru? Banyak tempat lain yang jauh lebih indah. Mahameru itu bahaya. Aku gak mau terjadi apa-apa, sayang."

"Kamukan sering ke sana. Apakah kamu tak bisa membawa istrimu ke sana?" Ucapku sengit.

"Gak saat musim penghujan seperti ini. Dan, kamu harus ngerti itu. Titik!" Katamu tegas sambil menghentikan belaian lembut di kepalaku.

Aku benci sifat keras kepalamu tapi aku tahu hanya ini kesempatan terakhir bernegosiasi.

"Baiklah, jika hari ini tak bisa besok kita masih punya waktu! Tapi janji kamu akan membawaku ke puncak Mahameru. Itukan salah satu impianku," kataku selembut yang aku mampu.

Aku dekati tubuhmu yang tertidur di sampingku. Matamu sudah terpejam. Biarlah, aku yakin kamu mendengarku. Aku ambil lenganmu dan kuletakan sebagai bantal kepalaku.

Meskipun kekesalan masih ada dalam dada, aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Aku hirup napas dalam untuk mencoba melapangkan dadaku. Bersamaan dengan hembusan napasku, aku rasakan sebuah kecupan mendarat di keningku. Hangat. Aku tahu impian itu tidak berguna jika yang dicinta bisa selalu ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran