Untukku 24 tahun 4 bulan
Halo kamu.. iya kamu yang sedang menulis ini. I'm so proud of you. Because you never give up to everything. Keep smile and always follow your heart. Bagaimana pendewasaanmu setelah 24 tahun 4 bulan?
Membahas pemdewasaan, aku dan kita semua completely feel that times. Sadar atau tidak semua faktor eksternal dan internal membuat kita dewasa, semacam paksaan tapi tidak juga karena seperti yang banyak dikatakan orang bahwa dewasa itu adalah sebuah pilihan dan tua adalah pemberian, itu benar, sangat benar. Sekali lagi pendewasaan bagiku adalah proses teragung yang Tuhan ciptakan untuk hambaNya, kompleks tapi sesederhana itu untuk dipahami, dashyat bukan?
Mungkin berbicara pendewasaan di usiaku 24 tahun 4 bulan adalah bagaimana cinta yang datang harus disikapi. Aku tahu, umurku sudah sangat layak memasuki jenjang pernikahan. Ibu juga tiada hentinya mengingatkanku saat usiaku 25 tahun, aku harus menikah, begitulah doa seorang ibu, dan aku tidak pernah menolak atau menentangnya, karena bagiku ibu tahu apa yang terbaik untukku. Tapi perkara akan terjadi atau tidak biarkan Tuhan yang mengaturnya. Bukankah Ridho orang tua terutama Ibu adalah Ridho Tuhan juga? Jadi untuk urusan yang satu ini absolutely I truts that my Allah will give it to me, in the right time and in the sweet moment.
Bulan ini aku dikenalkan pada seorang laki-laki cukup matang, tampan, berpengalaman, traveler dan pencuriga. Memang tidak banyak laki-laki dengan kemapanannya, akan menerima begitu saja seorang wanita yang datang entah dari mana, tentu ada kecurigaan-kecurigaan tertentu yang entahlah aku pun tidak terlalu memahaminya tapi aku juga tidak ingin memusingkan hal seperti itu. Itulah kenapa aku tetap saja menjadi aku, karena perjodohan itu bukan perkara mudah, ketika harus bertemunya dua karakter yang berbeda, tidak saling mengenal, terbiasa sendiri dalam setiap aktivitasnya, tidak pernah sekalipun terkait dalam suatu kegiatan atau proses hidup sebelumnya, tiba-tiba bertemu dan harus menyesuaikan semua itu, rasanya cukup membutuhkan banyak waktu. Tetapi disanalah peran Tuhan, yang biasa kita sebut dengan takdir. Lalu takdir seperti apa? Itulah yang harus kita usahakan, apakah menjadi sebuah bentuk kata kebetulan atau sebuah kata pencapaian.
Banyak pembelajaran yang kini aku pahami tentang cinta. Semakin memantapkan hatiku untuk memilih calon pasangan hidupku kelak. Aku memang menantimu datang, tapi benarkah mereka yang datang adalah kamu? Kita pasti saling menemukan, dalam kode agama dan akhlak. Kini aku hanya perlu tahu kalo dia adalah kamu dengan tiket agama dan akhlak yang dia miliki. Jika dia memiliki itu, maka dia adalah kamu. Kamu yang aku nantikan sebagai imam dalam membina keluarga kecil kita.
Dalam sebuah proses, akhirnya dua tiket ini aku mantapkan sebagai sandaran memastikan dia adalah kamu. Kamu tahu mengapa? Karena aku butuh kamu lebih dari yang bisa kamu bayangkan. Pengabdian abadi seorang istri yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anakmu tentulah akan aku berikan. Sebelumnya, bolehkah aku mengatakan bahwa perjalan ini akan sangat berat dan melelahkan. Nantinya kamu tidak hanya tahu cara memberi nafkah yang halal tetapi kamu juga tahu bagaimana memberi perlindungan dan pengajaran. Perlindungan yang secara kasat mata tidak hanya untuk memperbaiki genting rumah kita yang nantinya bocor tetapi juga menjaga aku dan anak-anak kita dari jilatan api neraka, serta pengajaran yang secara kasat mata tidak hanya mengenai benar dan salah tetapi juga mengajarkan pola pikir bahwa terkadang benar bisa menjadi salah dan salah mungkin saja adalah kebenaran.
Sungguh berat beban yang harus kamu pikul nanti saat kita bersama memutuskan untuk membentuk keluarga. Aku paham sekali betapa beratnya tugasmu kelak. Tapi yakinlah, aku akan selalu ada untuk mendampingimu, maka dari itu akupun akan sangat bekerja keras agar layak mendampingimu dalam menjalankan tugas-tugas beratmu itu. Disini aku memang menantikan pertemuan kita, tapi aku tidak pernah sedikitpun berhenti untuk terus berbenah diri itulah kenapa aku tidak akan pernah mengeluarkan kata menyerah. Hal itu pula yang mendasariku untuk bersandar pada kedua tiket itu, karena saat kamu memilikinya aku yakin, ketulusan hatimu tidak akan bisa ditampikkan lagi. Saat kita akan saling bertemu yang mana adalah takdir Tuhan tetapi bukan dalam sebuah kata kebetulan namun sebuah kata pencapaian.
Begitulah kisah pendewasaanku diusiaku 24 tahun 4 bulan. Puji syukur selalu aku panjatkan kehadiratMu, selalu berbisik dan memelukku. Aku ingin terus merasakannya sampai aku berpulang kepadaMu. Tetaplah disisiku dan menjagaku. Aku pun akan berusaha segenap jiwa dan raga untuk terus melembutkan hatiku agara, aku selalu bisa merasakan bisikan dan pelukanmu untukku. Betapa rindunya aku kepadaMu.
Membahas pemdewasaan, aku dan kita semua completely feel that times. Sadar atau tidak semua faktor eksternal dan internal membuat kita dewasa, semacam paksaan tapi tidak juga karena seperti yang banyak dikatakan orang bahwa dewasa itu adalah sebuah pilihan dan tua adalah pemberian, itu benar, sangat benar. Sekali lagi pendewasaan bagiku adalah proses teragung yang Tuhan ciptakan untuk hambaNya, kompleks tapi sesederhana itu untuk dipahami, dashyat bukan?
Mungkin berbicara pendewasaan di usiaku 24 tahun 4 bulan adalah bagaimana cinta yang datang harus disikapi. Aku tahu, umurku sudah sangat layak memasuki jenjang pernikahan. Ibu juga tiada hentinya mengingatkanku saat usiaku 25 tahun, aku harus menikah, begitulah doa seorang ibu, dan aku tidak pernah menolak atau menentangnya, karena bagiku ibu tahu apa yang terbaik untukku. Tapi perkara akan terjadi atau tidak biarkan Tuhan yang mengaturnya. Bukankah Ridho orang tua terutama Ibu adalah Ridho Tuhan juga? Jadi untuk urusan yang satu ini absolutely I truts that my Allah will give it to me, in the right time and in the sweet moment.
Bulan ini aku dikenalkan pada seorang laki-laki cukup matang, tampan, berpengalaman, traveler dan pencuriga. Memang tidak banyak laki-laki dengan kemapanannya, akan menerima begitu saja seorang wanita yang datang entah dari mana, tentu ada kecurigaan-kecurigaan tertentu yang entahlah aku pun tidak terlalu memahaminya tapi aku juga tidak ingin memusingkan hal seperti itu. Itulah kenapa aku tetap saja menjadi aku, karena perjodohan itu bukan perkara mudah, ketika harus bertemunya dua karakter yang berbeda, tidak saling mengenal, terbiasa sendiri dalam setiap aktivitasnya, tidak pernah sekalipun terkait dalam suatu kegiatan atau proses hidup sebelumnya, tiba-tiba bertemu dan harus menyesuaikan semua itu, rasanya cukup membutuhkan banyak waktu. Tetapi disanalah peran Tuhan, yang biasa kita sebut dengan takdir. Lalu takdir seperti apa? Itulah yang harus kita usahakan, apakah menjadi sebuah bentuk kata kebetulan atau sebuah kata pencapaian.
Banyak pembelajaran yang kini aku pahami tentang cinta. Semakin memantapkan hatiku untuk memilih calon pasangan hidupku kelak. Aku memang menantimu datang, tapi benarkah mereka yang datang adalah kamu? Kita pasti saling menemukan, dalam kode agama dan akhlak. Kini aku hanya perlu tahu kalo dia adalah kamu dengan tiket agama dan akhlak yang dia miliki. Jika dia memiliki itu, maka dia adalah kamu. Kamu yang aku nantikan sebagai imam dalam membina keluarga kecil kita.
Dalam sebuah proses, akhirnya dua tiket ini aku mantapkan sebagai sandaran memastikan dia adalah kamu. Kamu tahu mengapa? Karena aku butuh kamu lebih dari yang bisa kamu bayangkan. Pengabdian abadi seorang istri yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anakmu tentulah akan aku berikan. Sebelumnya, bolehkah aku mengatakan bahwa perjalan ini akan sangat berat dan melelahkan. Nantinya kamu tidak hanya tahu cara memberi nafkah yang halal tetapi kamu juga tahu bagaimana memberi perlindungan dan pengajaran. Perlindungan yang secara kasat mata tidak hanya untuk memperbaiki genting rumah kita yang nantinya bocor tetapi juga menjaga aku dan anak-anak kita dari jilatan api neraka, serta pengajaran yang secara kasat mata tidak hanya mengenai benar dan salah tetapi juga mengajarkan pola pikir bahwa terkadang benar bisa menjadi salah dan salah mungkin saja adalah kebenaran.
Sungguh berat beban yang harus kamu pikul nanti saat kita bersama memutuskan untuk membentuk keluarga. Aku paham sekali betapa beratnya tugasmu kelak. Tapi yakinlah, aku akan selalu ada untuk mendampingimu, maka dari itu akupun akan sangat bekerja keras agar layak mendampingimu dalam menjalankan tugas-tugas beratmu itu. Disini aku memang menantikan pertemuan kita, tapi aku tidak pernah sedikitpun berhenti untuk terus berbenah diri itulah kenapa aku tidak akan pernah mengeluarkan kata menyerah. Hal itu pula yang mendasariku untuk bersandar pada kedua tiket itu, karena saat kamu memilikinya aku yakin, ketulusan hatimu tidak akan bisa ditampikkan lagi. Saat kita akan saling bertemu yang mana adalah takdir Tuhan tetapi bukan dalam sebuah kata kebetulan namun sebuah kata pencapaian.
Begitulah kisah pendewasaanku diusiaku 24 tahun 4 bulan. Puji syukur selalu aku panjatkan kehadiratMu, selalu berbisik dan memelukku. Aku ingin terus merasakannya sampai aku berpulang kepadaMu. Tetaplah disisiku dan menjagaku. Aku pun akan berusaha segenap jiwa dan raga untuk terus melembutkan hatiku agara, aku selalu bisa merasakan bisikan dan pelukanmu untukku. Betapa rindunya aku kepadaMu.
Komentar
Posting Komentar