Petunjuk dan Yakin
Kisah ini mungkin datang berabad-abad lalu. Ketika akal tidak benar-benar sehat untuk diajak berpikir. Hanya ada kesenangan dan kebahagiaan semu yang diagungkan oleh pemiliknya.
Berkatalah seekor belalang kepada jangkrik, "Sebenarnya kita ini sama. Mungkin hanya ukuranku yang agak lebih besar darimu."
Jangkrik melihat lamat seluruh tubuh belalang. Menimbang apa yang telah didengar dengan apa yang dilihat sekarang.
Benar saja, tubuh belalang memang lebih besar dari tubuh jangkrik. Setidaknya secara ukuran belalang lebih besar. Tapi jangkrik meragukan, apakah dengan tubuh belalang yang lebih besar maka loncatan belalang juga lebih jauh dari jangkrik?
"Kenapa kamu melihatku? Apakah muncul kekagumanmu padaku setelah melihat tubuhku ini?"
"Ah, yang benar saja. Tubuhmu memang lebih besar, tapi aku ragu apakah kamu bisa meloncat jauh dari loncatanku?"
"Apa? Meloncat?"
"Iya. Meloncat. Bukankah dengan itu kita berpindah tempat?"
Belalang terdiam. Lalu merenung untuk berpikir.
Belalang ingat bahwa dia juga memiliki sayap untuk terbang. "Kenapa harus meloncat? Tapi seharusnya, meloncat juga tidak masalah bagiku," bisik belalang dalam hati.
"Kita tidak akan pernah tau sebelum mencobanya!" pekik belalang akhirnya.
"Kalau begitu, ayo kita coba!"
"Baiklah!"
Dengan aba-aba sederhana, belalang dan jangkrik bersiap. Keduanya mengatur posisi. Dalam hitungan ketiga, mereka akan bersiap meloncat setinggi-tingginya.
Dan, siapakah yang akan meloncat lebih jauh? Belalang atau jangkrik?
.
.
-----------------
Komentar
Posting Komentar