24th 2bln

    Entah kenapa aku terus berhitung dan berpacu dengan waktu akhir-akhir ini. Sepertinya aku mulai dewasa. Mulai merangkai masa depan dan hari tuaku. Mulai mengitung berapa sisa waktuku hingga tiba saatnya aku pada saat itu. Tentu saja saat aku harus kembali kepada-Nya. Tuhan... aku tidak ingin hidup lebih lama, aku hanya ingin waktu yang Engkau berikan terasa cukup untukku menyelesaikan tugasku sebagai hambaMu.
    Sudah 2 bulan aku menjalani usia 24 tahun. Entah ini sebuah kebetulan atau sudah Engkau takdirkan. Setiap bulannya aku merasa memperoleh pengalaman baru, pembelajaran baru dan hidup dengan semangat baru. Tepat setiap tanggal 20, saat umurku menggenap, ada saja yang terjadi. Pada bulan pertama aku interview disalah satu perusahaan smartphone asal Cina, sepertinya semua orang yang bekerja disana adalah orang-orang bermata sipit, tapi Tuhan sepertinya tidak ingin aku mengabdikan tenagaku untuk organisasi tersebut. Jadilah saat ini aku bekerja disalah satu perusahaan EO mempuni di Jakarta Selatan.
    Bulan kedua aku interview disalah satu yayasan ngo di Bekasi, yayasan yang bergerak dibidang penelitian sosial. Proses wawancara selalu sangat mendebarkan. Aku selalu berusaha menjadi diriku apa adanya, karena aku tidak ingin mereka berekspektasi lebih terhadapku nanti. Benar saja, karena aku melamar di tenaga peneliti sosial, saat wawancara, sang pewawancara tidak menanyakan hal pribadi padaku, memintaku untuk memperkenalkan diripun tidak. Mungkin beliau sudah membaca CV ku dengan sangat lengkap. tapi itu bagus karena aku memang memuat semua tentangku disana.
    Saat wawancara itu, aku hanya ditanya mengenai skripsiku. Sejauh yang aku ingat aku bisa menjawabnya dengan baik, wajar saja karena itu adalah penelitian yang aku lakukan sendiri. Satu dua hingga beberapa kali pola pikirku selalu diubah sudut pandangnya. Aku memang masih terbilang idealis, hanya melihat bahwa manusia itu makhluk yang sangat baik dan mulia, tetapi sudut pandang sang pewawancara tampaknya tidak demikian. Beliau membuka pola pikirku untuk melihat secara ekonomi, mengenai untung dan rugi, materi dan betapa besarnya uang bisa berdampak pada sikap manusia. benarkah itu? Beberapa kejadian seharusnya menyadarkanku. Tetapi aku sama sekali tidak peduli dan menutup mata terhadap hal itu. Aku. Ya aku. Mungkin tidak dididik untuk selalu mementingkan uang diatas segalanya. Haruskah aku mulai sadar akan hal itu?
    Aku pikir, betapa bapak tidak pernah membuatku melihat bahwa beliau mengerahkan seluruh tenaganya untuk membiayai keluarga. Kenapa Bapak membuatku tetap buta bahwa dunia ini baik-baik saja jika kita menjadi manusia yang mulia? Kenapa Ibuku juga tidak pernah berkeluh kesah bahwa uang yang beliau peroleh harus dengan melewati banyak kesulitan. Mungkinkah Tuhan menjagaku tetap dalam pemikiran ini? Apakah yang ingin Tuhan berikan padaku nanti? Biarlah menjadi misteri dan teka-teki, karena aku juga tidak bisa menjawabnya.
    Dua minggu lagi pengumuman hasil interview itu. Entahlah, aku tidak berharap apapun, hanya meminta yang terbaik. Karena aku yakin Tuhan telah menggariskan takdirku dengan sangat hebat. Aku hanya akan terus berusaha dan terus melembutkan hatiku. Terus melembutkan hati agar aku bisa lebih meresakan saat Tuhan sedang berbicara denganku. Keep Moving. #SebarSemangat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EOA GOLD, Investasi Emas Dunia Akhirat

Mengenal Sereal Umbi Garut, Manfaat, dan Cara Mengonsumsi

Unlogic Birth dalam Al Quran