Pelajaran Penting
Hari ini aku memperoleh pelajaran penting. Kalimat yang tepat untuk mengawali ceritaku hari ini adalah "Mulutmu harimaumu". Iya. Sepertinya kalimat itu sedang berjodoh denganku hari ini. Alkisah, hari bukanlah hari yang buruk, tapi justru berharga sekali. Kebetulan hari ini adalah hari raya Idul Adha. Mungkin Allah sedang mengaturku untuk lebih baik. Pagi hari aku bersedih karena tidak bisa mengikuti shalat Idul Adha. Bagaimana tidak, shala ini hanya bisa dilaksanakan satu tahun sekali. Itu pun kalau umur masih berjodoh dengan hari besar tersebut. Benar saja. Hal ini membuat moodku tidak enak. Aku hanya berdiam diri di kamar hingga pukul 09.00 am, kemudian keluar dan tidak membantu apapun di rumah. Hanya menonton TV. Berkatapun aku tidak berminat. Ini memang buruk. Aku tidak bisa mengatasi moodku ini. Aku harus ekstra bekerja keras untuk menjadi lebih dewasa lagi.
Sekitar pukul 10.00 am keponakanku Brisha datang. Moodku lumayan meningkat bagus sejak kedatangannya. Gadis kecil ini memang lucu dan ceriwis. Aku tidak bisa cuek jika dengannya. Hingga pukul 11.30 am, sepertinya aku mulai kelelahan menonton TV dan menjaganya. Aku mulai merasakan kantuk yang semakin tidak tertahan. Entah mengapa aku tidak bisa tidur dengan nyenyak akibat gangguan dari gadis kecil ini. Dia terus saja mengajakku bermain dan berbincang. Padahal aku sudah sangat mengantuk. Hingga akhirnya, aku hilang kesabaran dan agak memarahinya. Ternyata dia sudah pintar. Sudah mengerti jika perbuatannya itu salah dan jika aku marah padanya. Sebenarnya aku pun merasa bersalah telah memarahinya, tetapi kantukku sudah tidak tertahankan lagi. Aku langsung naik ke atas, meninggalkannya meskipun dia terus menanyaiku mau kemana tetapi tetap aku abaikan, masuk ke kamar dan tidur dengan lelap.
Menjelang sore aku terbangun. Aku dapati ternyata gadis dia blum pulang. Masih ada di rumahku. Aku dekati dia. Tidak pernah aku sangka dia menanyaiku "kenapa tadi marah?". Saat itu ada ayahnya (abangku) dan mbaku. Aku merasa tidak enak telah memarahinya tadi. She only little girl. Huff.....Aku yang sangat egois dan selalu emosi. Aku yang tidak bisa mengontrol diriku. Aku yang payah seperti anak kecil. Aku salah. Aku salah. Kutukku dalam hati. Semoga dia tidak trauma denganku dan tetap berperilaku seperti biasanya. Think about that. Pelajar pertamaku : Tidak bisa mengontrol diri.
Menjelang magrib aku belum beranjak dari menonton TV. Mumpung ada film seru dalam benakku. Hingga Magrib usai aku masih saja asik menonton TV. Aku benar-benar tidak membantu apapun hari ini di rumah. Terlalu malas. Terlalu keasikan memanjakan diri. Setelah film tersebut selesai barulah aku mandi. Dan terlintas dibenakku untuk mengajak teman-teman nyate bareng. Sepertinya aku butuh refreshing keluar, ujarku dalam hati. Langsung aku ajak mereka melalui grup. Tak berapa lama ada yang merespon ajakanku. Hingga akhirnya aku larut dalam obrolan itu.
Aku lupa diri. Insting iseng, usil, jahil, bercandaanku tidak bisa terbendung. Aku lupa memikirkan hati dan perasaan orang lain. Aku lupa diri. Aku terus berpikir mereka akan sejalan dengan pemikiranku. Aku terlalu asik dan bahagia karena setelah seharian tidak berbicara pada siapapun bisa memperoleh teman bercerita. Hingga akhirnya tidak sengaja aku mengeluarkan kalimat yang tidak pantas, yang menyinggung kaum laki-laki. Ternyata aku ditegur, dibilang salah, diingatkan dan disadarkan. Aku menyesal menuliskan kalimat itu. Aku pikir mereka akan menanggapi dengan gurauan. Tapi ternyata tidak. Merasa jadi sensitif atau aku yang terlalu bodoh tidak memikirkan perasaan mereka bahwa itu tidak pantas.
Kalimat itu sudah sering diucapkan oleh teman-teman kampusku. Apakah mereka tidak tau gurauan itu bukanlah hal yang sesungguhnya. Bagaimanapun. Aku mengerti sekarang, kultur teman-teman kuliahku berbeda dengan mereka. Aku tidak membanding-bandingkan mereka tetapi ternyata mereka memang berbeda. Aku yang salah menganggap mereka sama. Aku yang salah sudah membawa kultur yang berbeda di tempat yang tidak sesuai. Think about that. Pelajaranku selanjutnya : Tidak bisa melihat situasi dan kondisi. Kepekaan terhadap keadaan belum bisa aku miliki. Pikirkan perasaan orang lain, seperti yang rima katakan setiap orang berbeda bergantung latar belakang dan pengalamannya.
Aku haruslah banyak belajar. Aku sering sekali lupa diri. Makanya aku lebih menyukai kondisi saat aku terpuruk dan bersedih. Aku harus bisa semakin sabar dan sadar. Mereka semua tidaklah sama. Aku hari ini sungguh tidak menjadi manusia yang baik. Hari ini aku sungguh tidak menjadi khalifah. Aku bukanlah wanita baik. Aku tidak mau seperti ini. Aku harus berubah. Harus. Aku ingin menjadi lebih baik. Aku harus menemukan cara agar tetap sabar dan sadar. Sabar dan sadar. Aku harus bisa menjadi lebih baik. Aku ingin memperoleh laki-laki yang baik makanya aku harus bisa menjadi wanita yang baik. Bicarakan apa yang harus dibicarakan. Simpan yang harus disimpan. Biarkan Allah yang membuka semuanya. Biarkan Allah yang mengatur hidupku. Mungkin saat ini aku sudah mulai tidak bisa diatur. Aku berserah ya Allah. Sungguh aku berserah kepada Mu. Tunjukkan jalanmu. Tunjukkan jalanmu.Tunjukan jalanmu.
Begitulah kisah singkat ceritaku hari ini. Tidak penting memang untuk dibaca kalian. Tetapi bagiku ini sangat berharga, mengingatkanku dan manjagaku agar aku tidak jatuh dilubang yang sama. Kuncinya adalah sabar dan sadar. Sabar dan sadar. Harus yakin bisa menerapkan sabar dan sadar. Sabar dan sadar/
Sekitar pukul 10.00 am keponakanku Brisha datang. Moodku lumayan meningkat bagus sejak kedatangannya. Gadis kecil ini memang lucu dan ceriwis. Aku tidak bisa cuek jika dengannya. Hingga pukul 11.30 am, sepertinya aku mulai kelelahan menonton TV dan menjaganya. Aku mulai merasakan kantuk yang semakin tidak tertahan. Entah mengapa aku tidak bisa tidur dengan nyenyak akibat gangguan dari gadis kecil ini. Dia terus saja mengajakku bermain dan berbincang. Padahal aku sudah sangat mengantuk. Hingga akhirnya, aku hilang kesabaran dan agak memarahinya. Ternyata dia sudah pintar. Sudah mengerti jika perbuatannya itu salah dan jika aku marah padanya. Sebenarnya aku pun merasa bersalah telah memarahinya, tetapi kantukku sudah tidak tertahankan lagi. Aku langsung naik ke atas, meninggalkannya meskipun dia terus menanyaiku mau kemana tetapi tetap aku abaikan, masuk ke kamar dan tidur dengan lelap.
Menjelang sore aku terbangun. Aku dapati ternyata gadis dia blum pulang. Masih ada di rumahku. Aku dekati dia. Tidak pernah aku sangka dia menanyaiku "kenapa tadi marah?". Saat itu ada ayahnya (abangku) dan mbaku. Aku merasa tidak enak telah memarahinya tadi. She only little girl. Huff.....Aku yang sangat egois dan selalu emosi. Aku yang tidak bisa mengontrol diriku. Aku yang payah seperti anak kecil. Aku salah. Aku salah. Kutukku dalam hati. Semoga dia tidak trauma denganku dan tetap berperilaku seperti biasanya. Think about that. Pelajar pertamaku : Tidak bisa mengontrol diri.
Menjelang magrib aku belum beranjak dari menonton TV. Mumpung ada film seru dalam benakku. Hingga Magrib usai aku masih saja asik menonton TV. Aku benar-benar tidak membantu apapun hari ini di rumah. Terlalu malas. Terlalu keasikan memanjakan diri. Setelah film tersebut selesai barulah aku mandi. Dan terlintas dibenakku untuk mengajak teman-teman nyate bareng. Sepertinya aku butuh refreshing keluar, ujarku dalam hati. Langsung aku ajak mereka melalui grup. Tak berapa lama ada yang merespon ajakanku. Hingga akhirnya aku larut dalam obrolan itu.
Aku lupa diri. Insting iseng, usil, jahil, bercandaanku tidak bisa terbendung. Aku lupa memikirkan hati dan perasaan orang lain. Aku lupa diri. Aku terus berpikir mereka akan sejalan dengan pemikiranku. Aku terlalu asik dan bahagia karena setelah seharian tidak berbicara pada siapapun bisa memperoleh teman bercerita. Hingga akhirnya tidak sengaja aku mengeluarkan kalimat yang tidak pantas, yang menyinggung kaum laki-laki. Ternyata aku ditegur, dibilang salah, diingatkan dan disadarkan. Aku menyesal menuliskan kalimat itu. Aku pikir mereka akan menanggapi dengan gurauan. Tapi ternyata tidak. Merasa jadi sensitif atau aku yang terlalu bodoh tidak memikirkan perasaan mereka bahwa itu tidak pantas.
Kalimat itu sudah sering diucapkan oleh teman-teman kampusku. Apakah mereka tidak tau gurauan itu bukanlah hal yang sesungguhnya. Bagaimanapun. Aku mengerti sekarang, kultur teman-teman kuliahku berbeda dengan mereka. Aku tidak membanding-bandingkan mereka tetapi ternyata mereka memang berbeda. Aku yang salah menganggap mereka sama. Aku yang salah sudah membawa kultur yang berbeda di tempat yang tidak sesuai. Think about that. Pelajaranku selanjutnya : Tidak bisa melihat situasi dan kondisi. Kepekaan terhadap keadaan belum bisa aku miliki. Pikirkan perasaan orang lain, seperti yang rima katakan setiap orang berbeda bergantung latar belakang dan pengalamannya.
Aku haruslah banyak belajar. Aku sering sekali lupa diri. Makanya aku lebih menyukai kondisi saat aku terpuruk dan bersedih. Aku harus bisa semakin sabar dan sadar. Mereka semua tidaklah sama. Aku hari ini sungguh tidak menjadi manusia yang baik. Hari ini aku sungguh tidak menjadi khalifah. Aku bukanlah wanita baik. Aku tidak mau seperti ini. Aku harus berubah. Harus. Aku ingin menjadi lebih baik. Aku harus menemukan cara agar tetap sabar dan sadar. Sabar dan sadar. Aku harus bisa menjadi lebih baik. Aku ingin memperoleh laki-laki yang baik makanya aku harus bisa menjadi wanita yang baik. Bicarakan apa yang harus dibicarakan. Simpan yang harus disimpan. Biarkan Allah yang membuka semuanya. Biarkan Allah yang mengatur hidupku. Mungkin saat ini aku sudah mulai tidak bisa diatur. Aku berserah ya Allah. Sungguh aku berserah kepada Mu. Tunjukkan jalanmu. Tunjukkan jalanmu.Tunjukan jalanmu.
Begitulah kisah singkat ceritaku hari ini. Tidak penting memang untuk dibaca kalian. Tetapi bagiku ini sangat berharga, mengingatkanku dan manjagaku agar aku tidak jatuh dilubang yang sama. Kuncinya adalah sabar dan sadar. Sabar dan sadar. Harus yakin bisa menerapkan sabar dan sadar. Sabar dan sadar/
Komentar
Posting Komentar